30

104 4 0
                                    

Masih tersisa tiga hari lagi berkubang dengan jiwa yang mengambang.Aku merasa arwahku tidak di langit,pun tidak juga di bumi.Pijakkan kakiku mengayun ke dermaga yang menarik perhatianku.

Disana,ada beberapa pengunjung yang menunggu datangnya fajar.Masih pukul empat pagi,aku sudah terbangun.Semalam suntuk mataku tak bisa lelap,menunggu balasan chat yang ku kirim untuk Mas Alfi.

Entah kenapa,aku merasa ada yang sedikit menusuk sanubariku ketika menghubungi pria itu tak kunjung dijawab.Ada yang aneh,karna tidak biasanya suamiku itu menganggurkan pesanku.Centang dua yang masih abu-abu tak kunjung biru itu,menggalaukanku.

Memang,setiap aku pulang pada kenyataan hidup yang sesungguhnya,Mas Alfi tidak pernah menghubungiku lebih dulu walaupun hanya sekedar mengirim pesan tanya soal kabarku.Karna dia tau betul batasan seperti apa yang dia miliki.

Obrolan itu akan terjalin ketika situasinya memungkinkan atau dalam artian,aku bisa mengkondisikan kesempatan menanyakan kabar dan keadaan dirinya juga anak-anak.

Namun kali ini,saat kesempatan itu ada aku malah dilanda kegelisahan.Bolak-balik room chat ku buka,belum ada tanda typing menjadi status online.

Embun yang menetes memberikan kesan dingin pada kulitku.Gardigan motif bunga sakura yang membalut tubuhku lebih ku rapatkan,berjalan memasuki area dermaga.

Aku tidak memiliki banyak komentar soal pulau kecil ini,yang pasti pemandangannya sangat indah.Laut yang tenang diwaktu fajar,deruan angin yang masih malu-malu,juga kicauan burung kutilang yang merdu.

Rasanya aku ingin melumurkan tubuhku di butiran pasir putih itu,menggosok seluruh noda yang menjijikkan pada diriku.Aku tidak sedih,pun tidak menangis.Hanya saja,ku pikir birunya laut jauh lebih baik menenggelamkanku.

Aku tiba diujung dermaga,meresapi sentuhan sejuk udara pagi di pipiku,hingga kerematan jemariku dipembatas dermaga.Andai hanya dengan berenang saja bisa menyusuri pulau ini sampai ke Bandung,mungkin dari kemarin aku sudah melarikan diri.

"Setau saya,kalau ada seorang wanita berdiri sendirian di dermaga,kalau bukan hantu,pasti..."

Seorang pria berperawakan bule,berdiri disampingku.

Aku menoleh.Menunggu lanjutan kalimatnya yang menggantung.

Dia membalas tolehanku,menampilkan senyum kecil.

"Pasti apa ?"

Tanyaku datar.

"Pasti bidadari"

Dia terkekeh.Lekas aku mengalihkan pandangan kedepan.Bisa ku lirik dari ekor mataku,dia tersenyum.

"Sudah beberapa hari ini saya memperhatikan kamu,suka menyendiri.Padahal,kesini bersama keluarga kan ?"

Dia bilang apa barusan ? Suka memperhatikanku ?

Dari banyaknya pengunjung,kenapa pria ini malah memperhatikanku ? Apakah ada yang menarik dari diriku yang sudah tua ini ? Atau,matanya yang salah ?

Selain tubuhnya yang tinggi,hidungnya juga mancung.Rambutnya yang sedikit panjang terlihat seperti aktor Korea yang sering ku tonton.Aku tidak memujinya,hanya saja aku merasa sedikit aneh.

Aku menengok kanan kiri,barangkali selain aku dan dia ada seorang wanita yang memantau dari jauh.Atau mungkin juga,Ayahnya Rere ?

"Saya kesini sendirian"

Aku terkesiap.

Rasanya aku tertangkap basah mencurigainya.Atau,mungkin juga dia cenayan ?

Kok dia bisa tau ?

Berbagai macam spekulasi berseliweran di kepalaku mengenai pria asing ini.

"Oh iya.Kenalkan,saya Rangga..."

Tangannya yang tadinya menyelip pada saku celana mengurai padaku.Beberapa saat aku diam,menatap tangannya yang lebar.

"Maaf,saya harus pergi"

Jawabku tanpa menjabat tangannya.

Lekas aku berjalan meninggalkan dermaga itu.Debaran ketakutan sontak menyerangku.Tidak lucu kalau ada yang melihat dan aku tidak ingin menimbulkan fitnah.

"Tunggu ?"

Dia mengejarku.

Aku pura-pura tuli,terus melanjutkan langkah dan berharap dia tidak lagi mengejarku.

"Tunggu sebentar.Saya bukan orang jahat kok"

Dia berhasil menghadangku.

"Kamu belum menyebutkan nama"

"Apa itu penting ?"

Tanyaku mulai muak.

"Maaf,saya tidak bermaksud aneh-aneh.Saya cuma ingin saja berkenalan.Barangkali...bisa dijadikan teman ?"

Teman ?

Entah kenapa aku sedikit tidak percaya dengan orang ini.Tidak mungkin dia disini sendirian.Apa lagi,penampilannya seperti orang yang berwawasan luas.Aku bukan wanita bodoh yang tidak bisa membedakan mana yang biasa,mana yang tidak biasa.

"Maaf,saya tidak memiliki waktu untuk berbasa-basi.Kalau anda pikir yang berdiri disana tadi hantu atau bidadari,saya bukan keduanya.Ka-..."

"i am just kidding..."

Potongnya lekas.

Mungkin dia tidak ingin aku berpikiran yang iya-iya terhadapnya.

"Permisi"

Ahir kalimatku,dan berhasil meloloskan diri.

"Sampai bertemu kembali Nona !"

Bersuami duaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang