18

110 4 0
                                    

Malam itu adalah malam keretakkan rumah tanggaku bersama Mas Alfi.Beliau pergi dari rumah dengan tas yang berisi beberapa pakaiannya.

Akhirnya...

Yang aku takutkan sudah terjadi...

Tiga malam,aku mengurung di kamar dan mendiami anak-anak juga Bang Ali.Setiap kali mereka mengetuk pintu,sebanyak itu juga aku tidak membukanya.

Keadaan kamar seperti habis dijatuhi pesawat.Puing-puing itu berserakkan diseluruh area kamar.

Aroma Mas Alfi masih tertinggal disini,membuat air mata kepiluanku tak berhenti tumpah.

Tiga hari pula aku tak sedikitpun menyentuh makanan yang dititip Alwi ataupun Lia kepada Umar.

Tenagaku masih kuat untuk mencari dimana keberadaan Ayy sekarang.Lekas ku sambar kunci mobil setelah aku mendapatkan informasi dari Rio sahabat Alwi yang bekerja di Caffe si bajingan itu.

"Bu ?"

"Ibu mau ke-..."

"BUKA PAGARNYA UMAR !!!"

Umar serba salah,bingung menuruti perintah Bang Ali atau aku.

"EBI JANGAN GILA LO !"

Teriak Bang Ali menghadanh didepan mobil sambil merentangkan kedua tangannya.

Pippp Piiiiiipppp !!

"MINGGIR BANG ALI !"

"GAK ! TURUN GAK LO ?!"

"TURUN EBI ! LO LAGI NOT OKEY !!"

PIPPP PIIIIPPPP !!!

"MINGGIIIIIIIRRRR !!!"

Ku injak gas,aku sudah tidak tahan lagi.Di otakku,Ayy harus mati.Gara-gara dia,rumah tanggaku diambang kehancuran.

Mas Alfi meninggalkanku bersama anak-anak tanpa kabar,dan nomornya sulit ku hubungi.

Semua gara-gara si anjing itu !

"JANGAN SALAHIN GUE KALAU OTAK LO ANCUR GUE TABRAK BANG ALI !"

"Bu...astagaaaa..."

"UMAR ! HUBUNGI ALWI SKARANG !"

Perse-tan !!

"Ba-baik Bang..."

PIIIIPPP !!! PIIPPPPP !!!

"EBI GAK LUCU YAAH ?!"

PIIIPPP PIIIPPPP !!!

Lagi,ku tekan klakson dan menginjak memainkan gas.

"An-jjjiing !!"

"Umar,buka pagarnya !"

"Hah ?"

"GUE BILANG BUKA PAGARNYA BANGSAT !"

Bang Ali buntu sambil menyugar rambutnya kasar melihatku sudah tak bisa lagi dibujuk,akhirnya dia mengalah.

Bagus !

"I-iyah Bang..."

Umar lari tergopoh-gopoh membuka pagar.Dan kesempatan itu tidak aku lewatkan.Ku lepas rem dan...dengan kecepatan tinggi ku banting setir membelok keluar dari halaman rumah.

Diperjalanan ponselku tak berhenti bergetar,itu panggilan dari Alwi.Laporan Umar sudah sampai ke telinga anak itu.

Sudah pasti,tidak ku gubris.

Selama diperjalanan,kecepatan tinggi tidak ku jeda.Dari informasi yang Rio berikan,Si jangkrik itu akan bergeser dari tempat itu ke Caffe tepat pukul lima sore sebelum magrib.

Bersuami duaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang