63. Orang Tua

324 65 20
                                    

Halo!

Maaf agak terlambat dari yang biasanya update Sabtu. Dunia nyata lagi Chaos banget minggu ini rasanya 😭

~

SELAMAT MEMBACA!

"Pak, ini tadi ada ojol nganter paket." Bi Dul menyerahkan sebuah kotak berukuran cukup besar yang terbungkus kertas kado berwarna biru muda.

Awan baru menyelesaikan sarapan langsung menerima kotak yang ternyata agak berat itu. Diperhatikannya setiap sisinya yang terbungkus rapi. Ukurannya hanya sedikit lebih besar dari kotak sepatu, tapi rasanya jauh lebih berat dari sekedar sepatu.

"Dari siapa, Bi?" tanya Awan yang tak menemukan informasi pengirimnya di kotak.

"Mbak Naya kata ojolnya."

Awan mengangguk beberapa kali lalu melirik bocah yang sejak tadi memperhatikan kotak itu dengan mata berbinar. 

"Itu kado dari Tante Nay buat Rendra ya, Pa?"

"Ini buat Papa!" 

"Yang ulang tahun kan Rendra, Pa!"

"Ini Tante Nay beliin sepatu buat Papa."

"Gak mungkin!"

Tak puas dengan respon Rendra yang kesal akibat keusilannya, Awan tambah memeluk kado itu dan membawanya menjauh dari meja makan.

Rendra mengejar papanya, berulang kali berusaha merebut kado yang diyakini sebagai miliknya. 

"Papa mah tukang bohong!"

"Heh, bocil mulutnya."

Tak menyesali perkataannya, Rendra balas menatap papanya sengit. 

"Ya udah lah. Nih!" kalah Awan. Ia menyerahkan kotak itu dan berhasil membuat ekspresi putranya berubah 180 derajat. Raut muka kesal Rendra berubah sumringah saat kotak yang cukup berat untuknya itu berhasil dipeluknya. "Ini sekalian!"

Rendra sekali lagi menerima barang yang diulurkan Awan, akhirnya Ia cukup kewalahan karena kotak tadi saja sudah harus dipegangnya dengan dua tangan.

"Ini apa, Pa?" tanya Rendra dengan kening mengerut. Ia tentu tahu apa yang tadi diberikan oleh papanya, yang Rendra tidak mengerti adalah kenapa Awan memberikannya.

"Kunci mobil."

"Buat apa?"

"Kamu berangkat sekolah sendiri aja. Anak Papa yang ini udah mulai nakal sekarang. Jadi Papa mau cari anak lagi yang lebih sopan, lebih cakep, lebih pinter, lebih semuanya," kata Awan.

Rendra yang baru saja senang karena hadiah langsung berubah lagi raut mukanya. Si bocah mendongak lalu tak melepas tatapannya dari Awan. Perlahan bibir bawahnya maju seiring berubahnya raut mukanya. Mulai sadar dengan kesalahannya, Rendra menaruh hadiahnya dan maju memeluk kaki papanya.

"Kamu sekalian cari Papa lain aja lah sana."

"Rendra gak bisa nyetir, Pa. Ayo anterin Rendra cari Papa baru."

"Rendra... bisa-bisanya ya kamu bilang gitu."

Bocah itu masih memeluk kaki ayahnya, tapi terdengar tawanya yang samar-samar di sana.

Rendra mendongak lagi, memang tidak terlihat penyesalan di wajahnya. Anak itu malah tertawa puas karena berhasil membuat ayahnya kesal pagi-pagi.

"Maaf ya, Papa," kata Rendra akhirnya. 

Dengan menurunkan egonya, Awan meraih tubuh mungil itu dan menggendongnya. 

"Jangan bilang mau cari papa baru lagi, ya."

Menikahi RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang