weak heroine - 05

280 53 3
                                    

⚠️Warning⚠️
Kata-kata kasar dan tidak beradab
bertebaran, dimohon untuk tidak
meniru. Sekian-

000

Park Humin. Nama yang cukup terkenal, terutama bagi mereka yang menggeluti dunia berandal. Meski Seoyeon kurang mengikutinya, tapi ada banyak orang yang membicarakannya, siapa itu Park Humin dan bagaimana dia menjadi salah satu musuh Aliansi.

Ada yang berkata, jika saja Park Humin tidak pernah terlibat perkelahian sengit dengan Bae Jihoon saat SMP, maka, Aliansi pasti akan merekrutnya menjadi anggota.

Mereka bilang, Park Humin yang berkekuatan seperti monster adalah satu-satunya yang bisa menembus pertahanan pertama jajaran eksekutif Aliansi.

"Aku tidak menyangka bahwa anak yang membujuk paman kedai ayam tadi dengan puppy eyes itu adalah Park Humin si monster."

"Kau baik-baik saja?" tanya Humin. Matanya mengejrap-ngejrap bingung saat dia melihat gadis yang hendak dibantunya tengah menatapnya tanpa berkedip.

"Anak yang keliatannya bodoh ini, Park Humin?"

Humin menarik tangannya lagi, masih diliputi kebingungan karena gadis itu masih saja diam. Sambil menggaruk-garuk belakang kepalanya, Humin menatap sekitar dengan agak linglung, berpikir apa yang terjadi pada gadis yang masih duduk di tanah dan diam seperti patung.

"Eeee, hei, kau...baik-baik saja? Apa kau kerasukan? Hei!"

Mata Seoyeon mengejrap, segera tersadar setelah mendengar suara Humin yang cukup keras. Dengan ekspresi terkejut, dia menatap Humin yang berjongkok di depannya. "Ah, maaf. Aku agak syhok," katanya, segera bergerak bangkit dari tanah dan berdiri tegap di hadap Humin yang jauh lebih tinggi darinya.

Dengan senyum legah, Humin berkata, "syukurlah. Aku pikir kau kerasukan setan."

Seoyeon hanya senyum meringis menanggapinya.

"Ngomong-ngomong, kau punya masalah ya sama anak-anak Yuseon?" tanya Humin ketika mereka berjalan keluar dari gang.

"Bisa dibilang begitu," kata Seoyeon. Dia tidak yakin akan memberitahu Humin permasalahannya, karena mereka baru saja bertemu dan meski kesannya terhadap Humin cukup baik, tapi Seoyeon tetap merasa waspada karena dia belum benar-benar mengenal cowok yang tengah berjalan bersamanya saat ini. "Tapi bukan karena aku yang cari masalah duluan, loh."

"Sudah kuduga. Mereka itu memang suka cari masalah dengan orang lain."

Seoyeon mengangguk tanpa sadar, menyetujui perkataan Humin barusan. Memang sih, sebagian besar masalah anak-anak sekolah di Yeondeungpo adalah karena ulah cecenguk peringkat bawah aliansi yang suka bikin ribut dan menganggu orang lain, makanya Seoyeon sama sekali tidak senang soal Seongje yang ikut terlibat dengan organisasi berandal itu.

"Ah, aku lupa. Terima kasih," kata Seoyeon. Dia melirik bersamaan ketika Humin juga meliriknya. Cowok itu tersenyum hingga matanya nyaris tertutup.

"Tentu."

"Karena bantuanmu tadi, aku pikir kau tidak perlu mengganti uangku lagi."

"Eh?"

Langkah Humin tiba-tiba terhenti, membuat Seoyeon yang berjalan satu langkah di depan ikut berhenti dan menoleh ke belakang. Dia tersenyum pada Humin dan melanjutkan ucapannya, "tadi itu hampir saja aku kena masalah yang lebih besar. Aku tidak perlu kau mengganti uangku, bantuan tadi sudah cukup untuk membayarku balik."

"Kau tidak sedang bercanda kan?"

Ekspresi Humin yang tidak menyangka membuat Seoyeon terkekeh, dia lantas mengangguk. "Tentu saja tidak."

Humin mengambil langkah lebih dekat dan kembali mensejajarkan dirinya dengan Seoyeon. Senyumnya merkah dengan tatapan berbinar, sangat berterima kasih.

"Kalau begitu, kalau kau punya masalah dengan orang-orang tadi kau bisa panggil aku. Aku akan datang menolongmu seperti Supermen." Humin memeragakan dirinya dengan percaya diri, mengangkat satu tangannya ke atas seolah-olah dia Supermen yang siap terbang. Membuat Seoyeon terkekeh lagi.

"Sebenarnya tidak perlu. Tapi terima kasih."

Mereka berpisah di persimpangan yang berbeda. Dan Seoyeon akhirnya tiba di rumahnya dengan batin yang kelelahan.

Seoyeon berpikir rumahnya akan sepi karena dia pikir, orang tuanya masih bekerja dan Seongje keluyuran seperti biasanya hingga malam. Tapi, Seoyeon menemukan saudara kembarnya tengah berada di dapur, berkutat dengan wajan dan alat masak lainnya.

Alih-alih menuju kamarnya, Seoyeon mengambil tempat duduk di meja pantri dan menegur saudaranya, "hoi, kesambet apa kau sampai pulang sore dan bukannya  malam?"

Tanpa berbalik, Seongje membalas, "kau sendiri, kenapa kau keluyuran sampe hampir malam begini?"

"Suka-sukaku. Lagipula, dirumah nggak ada orang."

Seongje mematikan kompor dan mulai menyajikan nasi goreng yang dibuatnya ke atas dua piring. Membawanya ke meja pantri dan memberikan satu piring ke hadapan Seoyeon yang menerimanya dengan senang hati.

"Meski tampang preman begini, dia tetap jago masak juga."

"Aku dengar, kau terlibat dengan anak-anak Yuseon."

Seoyeon hampir tersedak oleh suapan nasi goreng pertamanya. Dengan kelabakan dia merampas air yang disodorkan Seongje dengan tenang.

Ketenangan gadis itu buyar, Seongje tahu saat dia mengawasi Seoyeon meski hanya melalui ekor matanya. Seoyeon pasti berniat menyembunyikan masalah darinya, tapi sayangnya, Seongje punya orang di Yuseon yang berperan sebagai telinga untuknya. "Kupikir kau tidak mau terlibat masalah--"

"Memang," sela Seoyeon cepat. Dia selesai dengan urusan hampir tersedaknya dan membalas Seongje, "cecenguk-cecenguk itu yang cari masalah."

"Mereka tahu namamu."

"Cih!"

"Masalah dengamu tidak begitu penting. Karena kau hanya terlibat dengan cecenguk payah yang tidak berguna."

"Memang. Tapi mereka pasti bakal bawa orang lebih kuat buat balas dendam. Dasar mental sampah. Aku bahkan dicegat tadi. Brengsek!"

Mendengar gumaman Seoyeon di akhir kalimatnya, Seongje langsung memutar pandangan menoleh ke arah Seoyeon sepenuhnya, mengamati saudarinya dengan seksama selama beberapa saat. "Kau tidak terluka tuh."

"Kau berharap aku terluka? Dasar kakak payah."

Tidak memperdulikan hinaan Seoyeon, Seongje kembali menyantap nasi goreng buatannya, sembari bergumam. Gumaman yang masih terdengar oleh Seoyeon. "Berarti kau melawan cecenguk tingkat bawah lagi. Cih, memang anak Yuseon nggak ada yang hebat. Dasar sampah."

Seoyeon melirik Seongje. Berpikir bagaimana jika Seongje tahu kalau dia lolos hari ini bukan karena dia menang setelah berkelahi, tapi karena cecenguk Yuseon itu kabur karena ada Park Humin. Apa reaksi Seongje jika tahu kalau Seoyeon kini berteman dengan anak Eunjang terutama Park Humin yang jadi musuh Aliansi.

To Be Continued

A/n

Update lagi, yay!
Kali ini aku masukin interaksi Geum sibling. Gimana menurut kalian?

Ngomong-ngomong, Seoyeon udah ketemu Humin sama Sieun (meskipun dia belum sadar kalau anak kurus nan pucat di tempat les nya itu Sieun.) Aku bakal buat Seoyeon ketemu satu persatu dan terlibat sama geng Eunjang.

Jangan lupa vote terutama komentarnya!

ᴡʜᴄ: ᴡᴇᴀᴋ ʜᴇʀᴏɪɴᴇ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang