weak heroine - 02

434 65 1
                                    

Warning⚠️
Kata-kata kasar dan tidak beradab
bertebaran, dimohon untuk tidak
meniru. Sekian-

000

Ada sebuah organisasi terkenal di Yeongdeungpo. Berisi sekumpulan anak-anak berandal yang cukup diakui dan punya reputasi di sekolah mereka masing-masing. Ada lima sekolah yang menjadi pilar dari organisasi ini. Yuseon, Hyungshin, Ganghak, Daehyun dan Yeoil. Masing-masing dari lima sekolah itu punya satu pentolan dengan reputasi yang berbeda-beda. Mereka menyebut organisasi itu Aliansi.

Peristiwa yang terjadi kemarin dimana Seoyeon mengalahkan tiga orang cowok dari SMA Yuseon telah berhasil menyebar diantara para berandal dan anak-anak yang punya hobi memantau situasi lingkungkan berandal-berandal itu -sebut saja otaku berandal- Hingga kabar itu berhasil sampai ke telinga Bae Jihoon, orang nomor satu Yuseon, salah satu eksekutif-nya Aliansi.

"Brengsek, Aku tau kalian memang payah, tapi masa kalah sama anak cewek," komentar itu terlontar dari Kang Jeongyeon, si tangan kanan Be Jihoon.

Tiga cowok yang dikalahlah Seoyeon kemarin, kini, sedang berada dalam posisi setengah pus up, lengan mereka gemeteran karena sudah berada dalam posisi itu cukup lama. Keringat membasahi nyaris seluruh wajah mereka. Padahal sudah bonyok di habisin Seoyeon kemarin, tapi hari ini mereka malah harus berhadapan dengan Jihoon.

"Dasar bedebah tolol." Jihoon menghentakan kakinya ke punggung salah satu anak cowok yang pus up di hadapannya, membuat anak itu langsung jatuh terjembab, menahan ringisan, keluhan serta umpatan.

Masih dengan kaki menginjak anak cowok di bawahnya, Jihoon yang marah melirik ke arah antek-antek di belakangnya. "Padahal belum kelar masalah sama si keparat Park Humin. Brengsek." Satu tendagan keras memukul telak anak cowok lain yang sedang dalam posisi pus up, membuat anak itu langsung terlempar dan terkapar kesakitan. "Enyah kalian, cecunguk-cecunguk sialan!"

Tiga anak yang sudah babak belur itu langsung ngibirit setelah diusir Jihoon. Berlari menjauhi area yang sudah menjadi lokasi tetap bagi Jihoon dan antek-anteknya nongkrong.

"Si keparat Haiba itu belum kasih kabar juga?" Jihoon menatap Jeongyeon, tandanya pertanyaan itu dilontarkan untuknya.

"Sudah beberapa hari ini cecunguk itu tidak datang ke sekolah, tidak ada kabar juga."

"Babi itu," geram Jihoon, rasanya seperti ingin menghajar wajah jelek Haiba sekarang juga. "Memang kadang-kadang harus dihajar dulu biar sadar. Dasar tai."

Jihoon menghembuskan napas kasar, menjatuhkan dirinya ke sofa dan bersandar angkuh. Menatapi antek-anteknya dengan air muka super songong. Dia kemudian menunjuk ke satu orang dan berkata, "kau, selidiki anak macam apa yang mengalahkan cecunguk-cecunguk payah yang bikin malu itu. Kalo bisa ngalahin tiga cowok payah, dia pasti jago brantem. Tapi kalau yang jago brantem macam kau, pasti bisa mengatasinya kan? Satu orang saja cukup."

"Sisanya tetap jalanin rencana ngeberantas cecunguk-cecunguk Eunjang."

===

Setiap pulang sekolah, Seoyeon akan pergi ke tempat bimbelnya. Hero Academy, salah satu pusat bimbel yang cukup besar di area Noryangjin. Ada cukup banyak anak dari sekolah yang berbeda-beda les di sana.

Sudah banyak orang yang datang dan berkeliaran dalam gedung begitu Seoyeon tiba, bermacam-macam seragam, dari laki-laki sampai perempuan. Beberapa membaur, beberapa lagi berjalan sendiri-sendiri dan tampak terasing. Seoyeon melangkah ringan, langsung menuju kelasnya dan menempati bangku yang biasa dia tempati, duduk tenang dan mulai mengeluarkan buku dari tasnya. Bermaksud mengerjakan beberapa latihan soal sembari menunggu guru les tiba.

"Wah bangke, seriusan?"

"Rumornya sudah beredar di antara anak-anak Yuseon."

"Masa iya sih cewek?"

"Aku sih nggak percaya. Tapi wajah mereka memang parah bonyoknya. Si Bae Jihoon itu juga sampai marah."

"Wah, parah banget."

Pembicaraan anak-anak laki-laki dibangku belakangnya berhasil mengusik Seoyeon. Mendengar kata 'Yuseon, anak cewek dan bonyok' sudah bisa dipastikan kejadian mana yang tengah di bahas orang-orang itu.

"Sialan, aku lupa soal si Bae Jihoon."

Tiba-tiba saja, fokus Seoyeon jadi tergoyahkan. Kini, dia tidak lagi mengerjakan sisa soal latihan, tapi justru sibuk dengan pikirannya sendiri mengenai apa yang bisa terjadi kedepannya.

"Kayaknya mereka belum tahu kalo itu aku."

Mata Seoyeon dalam sekejap melotot lebar, teringat pada teman sekolahnya yang dia tolong kemarin. Kim Jiah, Seoyeon perlu menemui gadis itu dan memintanya untuk tidak memberi tahu siapa pun kalau yang berkelahi dengan tiga anak Yuseon kemarin itu Seoyeon.

Guru les yang memasuki kelas segera membuyarkan pikiran Seoyeon, serta menghentikan obrolan anak-anak di meja bagian belakang. Semua anak mulai duduk tenang dan fokus untuk mengikuti kelas.

Mengesampingkan kekhawatirannya sejenak, Seoyeon kembali fokus pada pelajaran yang tengah di hadapinya. Jika Kim Jiah berkeliaran di daerah Noryangjin saat itu, antara gadis itu hanya berjalan-jalan saja atau gadis itu juga baru saja pulang dari tempat bimbel. Kemungkinan opsi kedua cukup besar karena area Noryangjin memang pusatnya tempat-tempat les di Yeongdeungpo dan Hero Academy yang paling populer.

Seoyeon harap dia punya keberuntungan untuk cepat bertemu gadis itu lagi, setidaknya sebelum rumor menyebar lebih luas dan sulit baginya untuk menghindari jangkauan anak-anak Yuseon lagi.

Well, dari rumor yang beredar tentang Bae Jihoon. Cowok itu cukup punya harga diri tinggi. Namun, di antara para eksekutif aliansi, jagoan dari Yuseon itu yang paling lemah, tapi, Seoyeon tidak bisa berpatokan pada hal itu, karena siapa pun yang menjadi bagian dari eksekutif aliansi pasti bukan orang sembarangan.

Boleh saja Bae Jihoon adalah orang terlemah di antara eksekutif aliansi, tapi diluar dari itu, cowok itu tidak boleh diremehkan. Seoyeon jadi ingat kalau Seongjae juga bagian dari organisasi berandal itu. Apa dia harus minta tolong?

"Hell, tidak akan pernah. Aku pasti bakal ditertawakan bajingan itu."

Menggeleng kuat-kuat untuk mengusir ide tersebut. Seoyeon justru mengutuk Seongjae saat itu juga saat dia teringat bagaimana tengilnya ekspresi meremehkan saudara laki-lakinya itu.

To Be Continued

ᴡʜᴄ: ᴡᴇᴀᴋ ʜᴇʀᴏɪɴᴇ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang