weak heroine - 22

183 44 5
                                    

⚠️Warning⚠️
Kata-kata kasar dan tidak beradab
bertebaran, dimohon untuk tidak
meniru. Sekian-

000

Mendekati ujian, kelas A hari ini pun memiliki kelas tambahan. Dengan belajar mandiri mengisi latihan soal yang telah di bagikan guru les.

Sieun, seperti biasa, fokusnya sepenuhnya tertuju pada buku di mejanya, mengerjakan beberapa latihan soal tambahan. Perhatiannya hanya sejenak teralihkan saat dia mendengar gesekan kaki kursi yang beradu dengan lantai. Heningnya kelas dapat lebih mudah mendengar sedikit suara.

Seoyeon baru saja meninggalkan kelas setelah beradu pandang dengannya. Gadis itu memberi isyarat lewat gerakan bibir yang dapat Sieun tangkap dengan jelas, bahwa dia akan pergi ke toilet sebentar.

Akhir-akhir ini, Sieun jadi lebih sering pulang hanya bersama Seoyeon saja. Karena Juntae dan Juyang yang berada di kelas dasar lebih cepat menyelesaikan sesi les mereka.

Hanya bersama Seoyeon, membuat Sieun lebih menaruh perhatian pada gadis tersebut. Bisa di bilang, Sieun adalah pengamat, terutama untuk hal akademik dan dia tertarik pada Seoyeon karena gadis tersebut berada di level yang hampir sama. Cara Seoyeon belajar, bagaimana dia mengerjakan soal dan bagaimana sikapnya yang ingin tahu saat di kelas. Semua itu jadi campur aduk dengan banyak lagi pengetahuan yang Sieun tidak sengaja temukan.

Geum Seoyeon adalah orang yang ambisius dalam belajar. Dia sensitif jika nilainya turun. Cara bicaranya semberono jika berhadapan dengan orang yang tidak disukainya. Geum Seoyeon yang ceroboh. Tentang bagaimana dia selalu lupa membawa payung saat musim hujan, atau bagaimana dia melupakan buku belajarnya di laci meja kelas.

Mungkin Sieun hanya agak berlebihan mengamati seseorang kali ini. Atau dia bodoh untuk menyadari bahwa sesungguhnya, Geum Seoyeon, cewek itu mulai jadi salah satu orang penting baginya.

"Fungsi log ya? Formula kalkulus itu yang paling susah, kan. Tapi kau udah belajar ini?"

"Curang dong udah belajar duluan."

Perhatian Sieun teralihkan oleh suara yang datang setelah bunyi kursi ditarik tepat di depan meja nya.

Seorang cowok baru saja duduk di sana. Menarik buku bahan belajar Sieun dengan seenaknya dan berlagak santai.

"Siapa kau?" tanya Sieun, dengan suara dingin. Melihat lagak cowok tersebut membuat Sieun langsung bisa menembak karakternya.

Bukannya menjawab pertanyaan Sieun, cowok itu malah mengocehkan hal lain "Padahal kelihatannya kau pintar, dan kau nggak ada alasan untuk terlibat, tapi kenapa kau melakukan itu?"

Tatapan Sieun jadi tajam, memghardik cowok di hadapannya. Sejenak, mata Sieun melirik ke arah bordiran di samping kiri dada dari blazer yang cowok itu kenakan, dan dia melihat lambang sekolah dan tulisan Ganghak.

"Aku tanya, siapa kau?" ulang Sieun.

Tapi cowok itu tetap bersikap santai "ah, harusnya kutunjukkan ini dulu." Dia meronggah sesuatu dari saku celananya, mengeluarkan ponsel, kemudian memperlihatkan sesuatu di sana. Sebuah foto yang sukses membuat jantung Sieun berdegup dengan irama keras, karena saking terkejutnya dia melihat siapa yang ada dalam foto itu dan bagaimana kondisi mereka.

Itu Juntae dan Juyang. Mereka tadi pamit pulang duluan. Tapi apa yang telah terjadi sampai mereka berahkir dalam keadaan di foto itu? Babak belur sehabis dipukuli.

"Aku sebenarnya nggak punya dendam apa-apa padamu. Tapi melihat ada anak cupu yang depresi banget belajar untuk mengubah statusnya, aku jadi merasa kesal juga, kan."

Pikiran Sieun menjadi rancu untuk beberapa saat. Melihat kondisi teman-temannya seperti itu membuatnya marah dan nyaris emosi. Tapi dia harus tenang untuk memikirkan rencana. Memprediksi siapa yang membuat Juyang dan Juntae sekarat dan memprhitungkan langkah yang akan dia ambil dari pengetahuan yang terbatas.

Sementara itu, cowok Ganghak di depannya masih mengoceh.

"Memangnya kalau belajar hidupmu bakal berubah? Yah pokonya..." Dia memutar bola mata tidak peduli.

"Tanyanya kau memelototi Seongje, di depan halte bus beberapa hari yanh lalu?"

"Kenapa kau begitu?" Dia tersenyum tipis.

"Kenapa kau begitu? Geum Seongje itu paling nggak tahan sama yang seperti itu, tahu."

Geum Seongje? Ganghak. Sieun sepertinya pernah mendengarnya. Kalau tidak salah, Juntae lah yang membahasnya. Geum Seongje dari Ganghak adalah salah satu eksekutif Aliansi yang memegang kekuasan di SMA Ganghak.

"Jadi sepertinya kau harus ikut denganku. Yah, lepas dari itu...kau pasti khawatir dengan teman-temanmu kan?"

Senyum tipis si cowok Ganghak berubah menjadi senyum sombong penuh taktik. "Gimama? Kau mau menurut dan ikut denganku?

"Atau mengabaikan teman-temanmu

"Dan tetap di sini?"

Sieun selesai menganalisinya. Cowok di depannya ini, bukan dia yang menghajar Juntae dan Juyang. Dari kedua tanganya yang bersih, serta lagak sombongnya yang banyak omong. Dia datang ke sini hanya sebagai umpan untuk memanipulasi Sieun agar pergi dengannya dengan tenang, dan membawa Sieun ke orang yang sebenarnya harus Sieun hadapi.

Geum Seongje.

"Yah, walaupun kau mengabaikan sekarang, Seongje bakal tetap menjadi dan membunuhmu, sih...gimana?"

Tanpa bicara, Sieun menutup bukunya, memasukannya ke dalam laci dan bangkit berdiri. Itu seperti isyarat bahwa dia menyanggupinya, mengikiti kemana cowok Ganghak akan membawanya.

Ada dua orang lagi yang menunggu di depan pintu Hero Academy. Mengenakan blazer yang sama. Ganghak. Mereka lebih tinggi dan berwajah masam dengan plester luka di wajah hingga leher dan sedikit lebam yang jelas masih baru.

"Oh, anak ini menurut dengan tenang ya," kata salah satu dari mereka.

"Iya."

"Darimana rasa percaya diri anak ceking culun begini, mau aja menghadapi Seongje. Udah nggak waras ya."

"Yang pokoknya, ikuti kami."

Mereka berjalan menuju gedung di seberang jalan. Dari tulisan besar di atas, itu gedung Pass Edu.

Sieun masih mengikiti tanpa kata. Bersiap-siap merencanakan strategi. Sampai ketika mereka mengarahkannya ke tangga yang jelas menunjukan arah menuju atap gedung.

Jantung Sieun langsung mencelos dan tubuhnya tiba-tiba gemetar. Dia nyaris tidak bisa menghirup oksigen untuk beberapa saat. Wajahnya semakim memucat.

"Tidak, jangan atap."

To Be Continued

ᴡʜᴄ: ᴡᴇᴀᴋ ʜᴇʀᴏɪɴᴇ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang