weak heroine - 17

123 32 12
                                    

⚠️Warning⚠️
Kata-kata kasar dan tidak beradab
bertebaran, dimohon untuk tidak
meniru. Sekian-

000

"Astaga, Seoyeon, kau baik-baik saja?"

Juyang langsung menghampiri Seoyeon dengan penuh kekhawatiran.

Seoyeon tersenyum kecil. "Aku baik-baik saja, nggak perlu khawatir."

"Tapi wajahmu, lebam-lebam..."

Seoyeon meringis, dia memandangi wajah Juyang yang mendapat luka lebih parah tapi cowok itu justru menghawatirkannya.

Mereka semua punya luka dalam level yang berbeda parahnya, tapi satu-satunya yang kelihatan cuman mendapat luka lebam sedikit adalah Sieun. Cowok itu lagi-lagi membuat Seoyeon takjub.

"Kupikir dia memang hanya pandai berkelahi saja. Tapi sepertinya bukan hanya karena itu," batin Seoyeon, sembari memandangi Sieun. "Dia cerdik."

Juntae yang sempat mendengar gumaman Seoyeon, menoleh padanya. Dia hendak bertanya apa yang dimaksud Seoyeon, tapi sahutan Gayool lebih dulu mengalihkan perhatiannya.

"Hei, Humin ngajak ketemuan sama Hyuntak juga," ujar Gayool, menarik perhatian mereka yang sedang mengobrol.

"Park Humin?" Seoyeon bertanya pada Juntae, memastikan apakah Humin yang dimaksud adalah Humin yang dia pikirkan.

Juntae mengangguk. "Ya, sepertinya bukan hanya kita yang dapat masalah hari ini, melihat saat Gayool datang tadi juga," jelas Juntae.

"Yaudah," tanggap Sieun. Dia kemudian menoleh pada Seoyeon. "Seoyeon, kau mau ikut juga?"

Seoyeon terkejut atas pertanyaan Sieun. Dia mengerjap sesaat sebelum menjawab dengan pertimbangan, "eh? Boleh?"

Setelah itu, mereka segera pergi untuk bertemu Humin dan Hyuntak. Juntae sempat berhenti untuk singgah di toserba, tidak ada yang tahu apa yang dibelinya sampai saat mereka semua akhirnya berkumpul, ternyata yang Juntae beli adalah berbagai macam minuman.

Seoyeon terkejut saat Juntae memberikan minuman yang disukai Seoyeon. "Bagaimana kau tahu aku suka yang ini?" Itu soda putih kalengan.

"Juntae bisa tahu minuman kesukaan seseorang hanya dengan melihat karakter mereka," kata Hyuntak. Humin mengangguk-angguk bangga di sebelahnya.

Juntae tersenyum salah tingkah saat Seoyeon menatapnya dengan takjub.

Tidak hanya ada Humin dan Hyuntak yang mereka temui, tapi juga anak berambut pirang dikuncir yang pernah ditemui Seoyeon saat Juntae di hajar beberapa hari lalu oleh berandal Hyungshin.

Mereka semua sama babak belurnya. Dugaan Juntae sepertinya benar bahwa tidak hanya mereka di Noryangjin, tapi Humin, Hyuntak dan Gayool juga disergap. Kejadian hari ini memang telah direncanakan.

"Nona penyelamat, hai!" sapa Humin, tiba-tiba sudah berdiri di hadapannya. Dengan wajah babak belur tersenyum lebar padanya. Tapi kemudian, Senyum Humin mengendur ketika dia memperhatikan Seoyeon lebih lama dan menemukan bahwa gadis itu juga terluka.

"Kau...mereka juga memukulmu?" Tangan Humin terkepal dan garis wajahnya menjadi tegang karena kemarahan.

Mata Seoyeon melotot panik juga takut. Humin tampak siap menghajar seseorang.

"Tenang saja, orang-orang itu sudah kami hajar sampai mampus. Cewek itu juga ambil bagian," seru Gayool santai. Kemudian menyeruput minumannya dengan tenang.

Humin kelihatanya masih tidak terima. Dia mengamati wajah Seoyeon lagi. "Yah, wajah cantiknya jadi lecet," komentar Humin membuat Seoyeon terkejut dan sesaat kemudian pipinya bersemu merah.

"Dia cewek yang dirumorkan denganmu." Hyuntak datang menyapa. Seoyeon hanya memberinya senyum kecil yang masih canggung.

"Nona, penyelamat, Ini Hyuntak, sohibku," kata Humin, seraya merangkul pundak Hyuntak. Ekspresinya dengan cepat berubah. Dia kembali tersenyum.

"Ah, anak yang sering puber itu ya?" Seoyeon teringat bahwa Humin pernah menceritakan seseorang bernama Hyuntak padanya.

Mendengar apa yang Seoyeon katakan, Hyuntak langsung mendelik pada Humin. "Dasar, kau ngomong soal apa saja padanya?"

Humin langsung memalingkan pandangan untuk menghindari tuntutan Hyuntak yang terang-terangan.

Interaksi mereka membuat Seoyeon terkekeh.

Mereka menikmati kebersamaan. Tanpa alasan, untuk mereka, saling berbagi kisah satu sama lain terasa sangat menyenanagkan. Terutama untuk Geum Seoyeon.

Menjadi satu-satunya anak perempuan di antara para anak laki-laki yang baru saja berselisih dengan Aliansi. Dia bahkan tidak merasa takut.

"Apakah kita semua akan mengantar Seoyeon?" Juntae tiba-tiba buka suara saat mereka tengah berjalan bersama menuju halte.

"Antar sampai halte saja," sahut Seoyeon.

"Tidak bisa begitu, kalau ada anak Aliansi yang menyergap bagaimana?" kata Humin.

"Kalau itu, kalian sungguh tidak perlu khawatir," kata Seoyeon, merasa sungkan. Pandangan para anak cowok itu tertuju padanya semua.

"Ya, kami tahu kau bisa berantem. Tapi, mau bagaimana pun kau tetap anak cewek. Kau tidak bisa melawan jika yang menyergap lebih dari satu orang kan?" kata Hyuntak.

"Setidaknya, salah satu dari kami ada yang bisa mengantar sampai rumah."

"Aku saja," Humin langsung mengajukan diri.

Mata Seoyeon langsung melebar. "Tyidak! jangan Park Humin." Dia spontan dan dia terkejut atas reaksinya sendiri.

"Eh? Memang kenapa?"

Seoyeon meringis saat melihat ekspresi bingung dan penuh tanya dari Humin saat cowok itu memandangnya.

"Karna bisa gawat kalau sampai Seongje melihat kau mengantarku pulang." Seoyeon hanya bisa menjawab dalam benaknya.

"Aku hanya tidak ingin merepotkan. Sungguh, tidak apa-apa," kata Seoyeon. Mencoba meyakinan mereka.

"Kau tinggal di mana?" tanya Sieun.

"Daerim," jawab Seoyeon.

"Daerah itu..." gumam Juntae, membuat semua pandangan tertuju padanya.

"Juntae, ada apa?" tanya Gayool.

"Kudengar, disanalah Geum Seongje dari Ganghak tinggal," beritahu Juntae. Ekspresi wajahnya kemudian meringis takut. "Bahkan blazer merah Ganghak terkenal sebagai simbol horor dilingkungan itu. Dia menaklukan para berandal di sana sejak kemunculannya saat smp."

Seoyeon menelan ludah. Juntae benar-benar mengetahui banyak hal.

"Sebenarnya, tidak semenyeramkan rumornya," kata Seoyeon.

"Apa kau mengenal Geum Seongje?" Teo yang sejak tadi hanya diam saja, tiba-tiba mengajukan pertanyaan.

Rasanya, Seoyeon nyaris jantungan karena pertanyaan mendadak Teo.

"Bukankah namamu Geum Seoyeon?" ujar Gayool. "Marga kalian sama. Apa kau mengenalnya?"

Pertanyaan Gayool bahkan tidak meredakan kekhawatirannya.

Seoyeon menjadi agak tegang seiring dengan perasaan gelisahnya. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan dalam situasi ini. Seoyeon tidak ingin berbohong, tapi dia juga tidak ingin memberitahu mereka bahwa dia adalah saudari Seongje.

Sekarang, dia terjebak.

To Be Continued

ᴡʜᴄ: ᴡᴇᴀᴋ ʜᴇʀᴏɪɴᴇ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang