weak heroine - 07

257 53 2
                                    

⚠️Warning⚠️
Kata-kata kasar dan tidak beradab
bertebaran, dimohon untuk tidak
meniru. Sekian-

000

Pada akhirnya, Seoyeon mengabaikan telfon dari Seongje, bahkan sampai tidak menggubris rentetan pesan yang dikirmkan. Seoyeon sepenuhnya mengebaikan saudaranya tersebut.

Semalam, Seoyeon yang dengan percaya dirinya berkata bahwa dia akan menyelesaikan masalahnya sendiri, bersikap sok di depan Seongje. Tapi, pagi ini dia di hantam badai yang membuat masalahnya lebih besar dan jadi berantakan.

"Cecenguk Yuseon sialan, pasti cowok yang kabur dari Park Humin kemarin pelakunya." Dia mengutuk

Seoyeon sama sekali tidak bisa fokus selama kelas berlangsung. Pikirannya benar-benar terdiktrasi oleh postingan sialan yang menyangkut pautkan dirinya dan Humin.

Bagaimana dia akan menyelesaikannya? Bagaimana cara dia lepas dari masalah ini. Karena bukannya lepas, Seoyeon malah makin terikat.

"Sialan."

Dia seharusnya memikirkan soal pra ujian yang akan segera datang. Seoyeon seharusnya fokus untuk belajar, tapi gara-gara berurusan dengan sampah Yuseon dia malah terlibat masalah menyebalkan.

Ketika kelas akhirnya dibubarkan dan para anak kelas mulai keluar, Seoyeon dengan lemah bangkit dari tempat duduknya. Masih dengan pikiran kacau. Dia bahkan sampi tidak bisa mencatat materi yang dijelaskan oleh guru les tadi.

Pandangan Seoyeon mengedar, dia melihat semakin sedikit anak yang masih berada dalam kelas. Membereskan perlengkapan belajar mereka dengan tenang dan tidak terburu-buru. Sampai pandangannya kemudian berhenti pada sosok Yeon Sieun.

Seoyeon tiba-tiba punya ide untuk meminjam catatan darinya, karena dia tahu Sieun adalah anak peringkat atas yang memiliki nilai bagus, dan anak seperti dia cacatannya juga pasti lengkap. Tapi Seoyeon ragu, karena dia sudah disangkut pautkan dengan Humin, dia jadi segan mendekati anak yang berjulukan ular putih itu.

"Tidak usalah, malah tambah rumit kalau aku sampai terlibat dengannya juga."

Dengan pasrah, Seoyeon mengambil tasnya, menyampirkannya ke satu bahu dan berjalan lesuh menuju pintu kelas. Tapi, ketika dia tidak sengaja bersinggungan dengan Sieun yang hendak keluar kelas, Seoyeon yang terkejut secara refleks mengambil langkah mundur.

"Eh, maaf," katanya, mengira dia menabrak Sieun. Karena pikiranya sedang tidak fokus.

Sieun menoleh, seperti biasa dengan ekapresi dingin dan datar. Dia menatap Seoyeon yang hanya berdiri diam sampai kemudian dia mengangkat tangan, mengulurkan sesuatu ke hadapan Seoyeon yang merubah ekapresi menjadi kebingungan karena tidak paham atas tindakan Sieun saat ini.

Sieun menyerahkan buku pada Seoyeon, yang tidak Seoyeon pahami bagaimana Sieun tahu dia sedang membutuhkannya.

"Kembalikan lagi setelah kau selesai menyalinnya," kata Sieun. Seoyeon menerima bukunya dengan agak linglung.

"Terima kasih, akan kukembalikan dalam keadaan masih baik-baik."

"Ngomong-ngomong, kau Geum Seoyeon?"

Seoyeon mengamgguk. "Apa dia juga mau mengecek kalau aku beneran pacar Humin?" Dia diam-diam berdecih sinis atas pemikiran itu.

Sieun langsung pergi setelah itu, meninggalkan Seoyeon yang jadi orang terakhir dalam kelas. Dia berjalan menuju lobi, sengaja menghentikan langkahnya di depan daftar nama peringkat atas Hero Academy. Dan tatapannya tertuju pada nama Geum Seoyeon yang berada pada peringkat 4.

Dugaan Seoyeon salah. Sieun tertarik padanya bukan karena postingan macebook -lagi pula Sieun sama sekali tidak tahu soal itu. Yang dia perdulikan adalah Seoyeon juga salah satu dari anak-anak berperingkat atas dalam konteks akademik.

•••

"Jangan mengacangiku lagi. Temui aku sekarang atau kujemput kau langsung di tempat les mu."

Kalimat mutlak yang Seongje kirimkan menjadi cikal bakal Seoyeon akhirnya pasrah dan pulang ke rumah. Dia sudah menyerah, entah apa yang akan Seongje katakan dan lakukan.

Seoyeon menemukan saudaranya itu di ruang tamu rumah mereka, duduk di sofa dan bertampang serius. Saat tatapan mereka bertemu, Seoyeon seperti menerima serangan laser berasal dari mata tajamnya.

"Menanganinya sendiri. Jangan ikut campur." Seongje mengulangi kata-kata yang Seoyeon ucapkan padanya tadi malam dengan nada remeh. "Hah, jadi caramu menanganinya adalah dengan jadi pacar Park Humin? Kau pikir mereka bakal takut? Kalau mau cari perlindungan setidaknya cari yang lebih masuk akal sedikit. Apa karena bedebah itu berhasil mengalahkan Bae Jihoon kau jadi melemparkan diri padanya..."

"Jangan asal menyimpulkan begitu dong," sela Seoyeon. Dia jadi kesal sendiri karena dihakimi begini. "Aku juga terkejut dengan postingan itu tahu..."

"Bagaimana kau bisa berhubungan dengan bedebah Park Humin itu?"

"Aku sama sekali nggak pacaran dengannya. Kemarin itu cuman kebetulan bertemu, dia membantuku saat aku di sergap anak Yuseon. Aku bahkan tidak tahu kalau dia itu Park Humin sampai anak Yuseon itu mengatakan namanya."

"Cih!"

Seoyeon mendelik kesal atas respon Seongje.

"Cukup sampai di sini. Kau diam-diam saja, jangan banyak tingkah. Biar aku yang urus." Seongje bangkit berdiri dan hendak pergi, tapi Seoyeon mencegatnya saat dia hendak melewati Seoyeon.

"Bagaimana kau akan mengurusnya? Nanti kalau masalahnya tambah rumit gimana?"

"Nggak bakal. Aku cuman mau cari orang yang posting foto sialan itu, dan menyuruh menghapusnya."

Seoyeon merasa khawatir. Dia mengawasi Seongje yang pergi meninggalkannya sendirian di rumah. Tidak yakin soal perkataannya tentang hanya menyuruh menghapus postingan, pasti bakal ada hal lain yang dilakukannya.

"Ngomong-ngomong. Apa Park Humin sudah melihat postingan itu juga ya?" Dia tiba-tiba jadi penasaran atas reaksinya. Melihat Park Humin yang berperagai cukup santai, Seoyeon jadi tidak punya bayakan bagaimana Humin akan merespon postingan mengenai mereka yang beredar di macebook.

"Aku pasti kena jampi-jampi. Karena itulah masalah terus menghampiriku."

"Kuharap, Seongje benar-benar akan menyelesaikannya. Agar aku bisa sepenuhnya fokus pada pra ujian yang akan datang."

Buku ditangannya mengambil fokus Seoyeon. Dan dia menghembuskan napas berat karenanya. Seoyeon tidak tahu bagaimana dia bisa terlibat dengan berandal terkenal Eunjang. Dari mulai Park Humin si monster serta Yeon Sieun si ular putih.

Gadis itu mengeluh sambil menyeret langkah berat masuk ke dalam kamarnya. Dengan pikiran kacau memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

To Be Continued

ᴡʜᴄ: ᴡᴇᴀᴋ ʜᴇʀᴏɪɴᴇ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang