weak heroine - 23

215 51 5
                                    

⚠️Warning⚠️
Kata-kata kasar dan tidak beradab
bertebaran, dimohon untuk tidak
meniru. Sekian-

000

Seoyeon kembali ke kelas tidak lama setelah dia keluar untuk pergi ke toilet. Tapi saat dia melirik ke arah meja Sieun, cowok itu sudah tidak ada di sana.

Secara naluriah, Seoyeon melihat ke arah jam dinding untuk melihat apakah jam kelas tambahan sudah selesai, namun masih ada 30 menit lagi. Seoyeon makin penasaran kemana perginya Sieun yang bahkan tas nya masih digantung disisi meja.

Tapi hal tersebut tidak terlalu jadi perhatian Seoyeon, karena mungkin, Sieun hanya pergi ke toilet atau membeli minuman. Seoyeon pun mengabaikannya dan kembali duduk di kursinya sendiri, lanjut mengerjakan soal yang tersisa.

Namun, hingga beberapa menit berlalu, sampai Seoyeon selesai mengerjakan soal terakhir, Sieun masih juga belum kembali. Kali ini, Seoyeon jadi lebih perhatian.

Dia pun bangkit berdiri dan berjalan menghampiri salah satu murid yang duduk di sebelahnya. Menegurnya dengan ramah dan sopan.

"Hei, apa kau lihat kemana cowok yang duduk di sebelah sana pergi?" Sambil menunjuk ke arah bangku Sieun duduk tadi.

Murid itu menoleh ke arah tudingan Seoyeon sebelum menjawab sambil memperbaiki letak kaca matanya yang sedikit melorot.

"Ah, tadi aku liat dia pergi bareng anak cowok."

"cowok?" Alis Seoyeon menekuk, berusaha menebak siapa yang mengajak Sieun pergi. Seoyeon tahu bahwa Juntae dan Juyang sudah pulang duluan karena mereka sempat pamit juga padanya. Jadi tidak mungkin mereka.

"Cowok itu pakai blazer merah, kayaknya anak Ganghak."

Seketika itu juga, mata Seoyeon membelakak. Mendengar kata Ganghak, pikirannya langsung tertuju pada saudara laki-lakinya.

"Jangan bilang itu Seongje. Tapi tidak mungkin dia bakal datang kesini sendiri buat mengajak Sieun berkelahi."

"Anak buahnya?"

Seoyeon berdecak pelan. Dia berterima kasih pada murid yang memberinya informasi. Lantas, Seoyeon langsung keluar dari kelas sampai keluar dari gedung, karena menurutnyas tidak mungkin mereka bakal berkelahi di dalam tempat les.

"Ke mana kira-kira?"

Kian detik berlalu, rasa cemas Seoyeon makin meningkat.

Jika dugaannya benar bahwa Seongje adalah dalang dibalik menghilangnya Sieun sekarang, entah apa yang akan Seongje lakukan pada Sieun.

Sieun pandai menentukan strategi dan memperhitungkan langkah ketika bertarung dengan orang lain, itulah yang membuatnya selalu menang. Dia pandai menganalisis dan memancing lawannya menuju jebakan serangannya. Seoyeon sudah melihat beberapa kali gaya bertarung Sieun itu, dan jika dibandingkan dengan Seongje yang justru kebalikan dari Sieun dengan gaya bertarungnya semberono tapi brutal, Seoyeon takut, Sieun tidak bisa menanganinya.

Dengan panik dan gelisah yang menjadi satu, Seoyeon berusaha mengamati beberapa tempat dengan terburu-buru, menebak di mana cowok Ganghak itu akan membawa Sieun, sampai akhirnya Seoyeon tidak sengaja melihat sosok Humin berlari masuk ke dalam salah satu gedung di seberang jalan.

Gedung Pass Edu. Feeling nya langsung terkoneski bahwa keberadaan Humin ada hubungannya dengan Sieun dan Ganghak. Jadi, tanpa berlama-lama, Seoyeon segera pergi menyusul Humin.

Saat Seoyeon masuk, Humin sudah berhasil memgalahkan dua anak Ganghak yang berjaga di balik pintu masuk.

"Humin-na!!!" cegat Seoyeon.

Langkah Humin yang baru mencapai beberapa anak tangga, sejenak terhenti saat mendengar panggilan dari suara familiar.

Seoyeon langsung disungguhkan dengan wajah marah Humin yang mengerikan. Cowok itu sedang dalam mode siap tempur tapi juga khawatir akan keadaan temannya.

"Nona penyelamat, aku sedang tidak punya waktu sekarang. Mari bicara nanti," kata Humin. Sangat serius, tapi masih menjaga nada suaranya.

Seoyeon mengangguk. "Tentu. Kau mencari Sieun, kan?" Seoyeon menghampiri Humin hingga mencapai satu anak tangga di bawahnya. Dia mendongkak dan menatap cowok tersebut dengan tampang serius juga. "Aku juga mencarinya."

Nafas berat Humin terdengar jelas. "Kalau gitu ayo. Tapi saat di sana, kau jangan ladeni para cecenguk itu, biar aku yang urus mereka." Humin berbicara sepanjang mereka menaiki tiap anak tangga hingga mencapai atap.

Ada satu orang yang menjaga pintu keluar atap. Dalam sekali bogeman dari Humin, cowok itu langsung tumbang. Dan dengan kekuatannya, Humin mendorong pintu yang terkunci sampai terbuka. Mengagetkan orang-orang yang ada di sana.

Situasi atap sangat kacau, dengan pot-pot pecah berserakan, kursi-kursi yang pasti tadinya tersusun, jadi berhamburan.

Humin langsung memukul orang yang mencekal Juntae dengan keras, membuat cowok itu langsung terpental. Humin bereaksi begitu cepat, tidak sedikitpun terpengaruh akan situasi yang sedang melingkupi semua orang di sana. Yang baru saja menyaksikan hal tidak terduga.

Dimana Seoyeon juga ikut terpengaruh.

Di sana, sosok Sieun yang kacau dengam luka dan darah, duduk di atas tubuh Seongje yang pingsan dalam keadaan kacau babak belur.

"Seongje...kalah?"

Tatapan Seoyeon tertuju ke arah saudaranya. Pada Seongje yang pingsan. Seoyeon tidak percaya. Seongje dikalahkan. Tubuhnya dipenuhi luka-luka, darah mengotori banyak bagian tubuhnya. Jantung Seoyeon berdetak kencang karena rasa khawatir yang membuncah.

Beberapa detik, Seoyeon terpaku tanpa bisa bergerak. Pikirannya yang blank sesaat itu akhirnya dapat kembali berpikir. Maka, tanpa memperdulikan Humin yang menghajar satu persatu anak buah Seongje yang ada di atap saat itu, Seoyeon berlari ke arah Sieun dan Seongje berada. Yang ketika dia sampai di sana, bersamaan dengan itu, tubuh Sieun jatuh lemas ke belakang. Menarik perhatian orang-orang di sana. Namun mereka semua dibuat terkejut akan tindakan Seoyeon, terutama Humin, Juntae dan Juyang. Karena alih-alih memperdulikan Sieun yang pingsan, dia justru terlihat lebih menghawatirkan Geum Seongje yang terkapar masih tidak sadarkan diri.

To Be Continued

ᴡʜᴄ: ᴡᴇᴀᴋ ʜᴇʀᴏɪɴᴇ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang