weak heroine - 14

136 35 19
                                    

⚠️Warning⚠️
Kata-kata kasar dan tidak beradab
bertebaran, dimohon untuk tidak
meniru. Sekian-

000

Celana kain, Hoodie hitam bertudung dan dompet. Tidak perlu berdandan, hanya pakai lipbam saja agar bibir tidak kering. Seoyeon keluar dari rumah dan pergi untuk membeli makanan diluar.

"Enaknya makan apa  ya?" gumamnya. Berjalan santai sambil memasukan kedua tangannya ke saku hoodie.

"Udara malam ini terasa sejuk, pas sekali untuk jalan-jalan." Sudut-sudut bibir Seoyeon tertarik ke atas hingga membentuk senyum. Dia menghirup udara dalam-dalam dan menghembuskannya dengan penuh kelegaan.

"Ohya, apa aku ke kedai ayam yang waktu itu saja ya? Sepertinya tidak cukup untuk mencicipinya sekali saja. Baiklah, aku ke sana saja." Dia akhirnya memantapkan tujuannya.

Ada cukup banyak orang rupanya yang meramaikan kedai ayam tersebut saat Seoyeon tiba disana. Seoyeon mengamati sejenak untuk menemukan tempat duduk yang tersisa. Dia menemukan satu meja dengan dua kursi, satu kursi sudah ditempati, jadi tersisa satu kursi.

"Kedai ini memang populer, nggak salah sih, rasa ayamnya memang enak."

Setelah selesai memesan, Seoyeon segera mendekati meja yang ditargetkannya. "Permisi, apa aku boleh duduk di sini? Meja yang lain sudah penuh."

Orang yang ditegur Seoyeon menoleh dengan mulut yang penuh daging ayam. "Eh? nona penyelamat."

Seoyeon menipiskan bibirnya, tersenyum meringis mengetahui bahwa orang yang ditegurnya adalah Park Humin.

"Duduk saja, silahkan, silahkan." Humin berkata riang, ekspresi wajahnya yang super ceria sehingga terkesan seperti orang bodoh membuat Seoyeon merasa lebih tenang.

"Terima kasih."

"Sama-sama," balas Humin. "Sudah memesan?"

Seoyeon mengamgguk. "Sudah."

"Ayam goreng di sini enakkan? lihat kau kembali untuk mencicip lagi," kata Humin, kelihatan bangga.

Seoyeon terkekeh. "Benar. Tapi tempatnya agak jauh dari tempat tinggalku, jadi sepertinya aku akan jarang datang. Jika dekat, pasti akan jadi tempat langganan."

"Wah, aku sepertinya harus beritahu paman agar segera membuka jasa pesan antar."

Tidak lama kemudian, pesanan Seoyeon tiba dan Humin dengan akrabnya memberitahu pemilik kedai ayam tentang usulannya untuk membuka jasa pesan antar. Si pemilik menanggapinya dengan ramah sebelum meninggalkan meja mereka dan pergi untuk melayani pelanggan lain.

"Aku dengar dari Juntae, kau membantunnya saat dia dihajar cecenguk Hyungshin. Terima kasih ya," kata Humin, dengan senyum cerah.

"Bukan apa-apa," tanggap Seoyeon.

"Akhir-akhir ini, beberapa area di Yeongdeungpo sedang kena usik Hyungshin, termasuk Noryangjin..."

"Ya, dekat tempat bimbel ku. Muak banget melihat rompi merah akhir-akhir ini. Tapi mereka sepertinya menargetkan anak Eunjang saja."

Humin tiba-tiba mendengus dan ekspresi wajah cerianya berubah jadi garang. Seoyeon sampai terkejut. Wajah Marah Humin sangat menyeramkan.

"Tidak heran julukannya adalah monster, dia kelihatan seperti beruang yang siap memangsa," pikir Seoyeon.

"Itu karena aku," aku Humin. Perasaan bersalah dan marahnya menjadi satu, membuat ekspresinya tidak karuan. "Aku memang sudah menduga sebelumnya, tapi tidak terpikirkan kalau mereka bakal menyerang orang-orang terdekatku dan bukannya menyerangku langsung."

Sebenarnya, Seoyeon tidak begitu paham apa yang Humin bicarakan, tapi sepertinya ada kaitan dengan rumor tentang penolakan Humin yang tidak ingin bergabung dengan aliansi sehingga Aliansi mem blacklist Eunjang.

"Ngomong-ngomong. Apa alasanmu tidak ingin bergabung dengan aliansi? Kudengar, pentolan yang bergabung dengan kelompok itu mendapat keuntungan yang fantastis," tanya Seoyeon. Dia tahu hal ini karena Seongje selalu mempunyai uang lebih banyak dari uang bulanan yang dikirimkan orang tue mereka, Seoyeon juga tahu kalau aliansi itu bukan sekedar geng berandalan biasa, mereka juga berbisnis dan menghasilkan uang secara nyata.

"Tidak ingin saja, menjadi bawahan Na Baekjin dan melakukan hal-hal kotor yang diperintahkannya."

Seoyeon tertengun mendengar pernyataan Humin. Dan pikirannya langsung tertuju pada Seongje. Dalam benaknya langsung timbul pertanyaan.

Kira-kira apa saja yang telah dilakukan Seongje dibawah perintah Na Baekjin?

Obrolan tentang aliansi berlalu begitu saja dan digantikan dengan obrolan yang lebih ringan. Humin bercerita banyak hal pada Seoyeon, membuat Seoyeon lebih rileks dan mereka menjadi lebih akrab.

"Si Hyuntak itu sering kena penyakit puber dan suka sekali menyendiri seperti orang galau saja..."

Seoyeon hanya menanggapinya dengan tawa, cerita Humin tentang sahabat dekatnya.

"...belum lama ini dia bahkan bolos sekolah selama satu minggu. Dugaanku, dia pasti pergi kepantai dan menggalau sendirian di sana seperti saat SMP dulu."

Masih tertawa geli mendengar cerita Humin. Seoyeon bisa membayangkan bagaimana menggelikannya sahabat Humin itu saat duduk ditepi pantai dan menggalau sendirian sambil memandang lautan yang luas.

Obrolan mereka berlangsung sampai Seoyeon dan Humin menghabiskan ayam goreng mereka, dan kemudian berjalan bersama menuju halte bus.

"Ohya, Humin," tegur Seoyeon, sebelum Humin menceritakan moment puber Hyuntak yang lebih kocak.

Humin menoleh dengan tanda tanya di wajahnya.

"Apa hari ini Sieun masuk sekolah?" tanya Seoyeon. Sempet kepikiran soal kemarin, karena memberikan payungnya pada Seoyeon, Sieun pasti pulang basah kuyup setelah turun dari bus, dan bagaimana jika karena itu, Sieun jadi sakit.

"Dia datang kok tadi. Kenapa?" tanya Humin, menunjukan rasa penasarannya dengan jelas.

"Kemarin Sieun meminjamkan payungnya padaku. Aku jadi tidak enak karena dia harus pulang basah kuyup setelah turun dari bus. Kemarin kan hujan seharian." Seoyeon menjelaskan.

Humin mengangguk-angguk mengerti. "Dia kelihatan baik-baik saja kok. Wajahnya pucat..."

Mata Seoyeon membelakak, dan langsung menyerobot, "dia sakit?"

"Eh, aku mau bilang kalau wajahnya pucat seperti biasa," kata Humin.

"Ah." Seoyeon legah dan kemudian memgamgguk-angguk paham. Dia lupa kalau Sieun itu memang anaknya selalu kelihatan pucat.

Bus yang tiba memutus obrolan Seoyeon dan Humin. Karena bus tersebut adalah bus yang akan Seoyeon tumpangi untuk pulang, Seoyeon segera pamit pada Humin.

"Bus ku sudah tiba. Sampai jumpa lain kali, Park Humin."

"Dah, Nona penyelamat." Humin melambai riang pada Seoyeon yang sudah duduk di dalam bus. Seoyeon membalasnya dengan senyum ramah.

"Dia masih saja memangilku seperti itu," gumam Seoyeon, menghela napas pasrah.

To Be Continued

A/n

Aku mau bikin poling couple. Di jawab ya~
Antara:

Seoyeon x Sieun

Seoyeon x Humin

Ayaou tentukan pilihan kalian~

ᴡʜᴄ: ᴡᴇᴀᴋ ʜᴇʀᴏɪɴᴇ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang