⚠️Warning⚠️
Kata-kata kasar dan tidak beradab
bertebaran, dimohon untuk tidak
meniru. Sekian-000
"Hei, diantara kalian, ada yang tahu bajingan bernama Yeon Sieun?"
"Yeon Sieun? Seperti nama perempuan," gumam Seoyeon. Pandangannya tertuju ke arah dafar berisi nama anak-anak dengan nilai tertinggi di Hero Academy, dan nama Yeon Sieun berada pada peringkat pertama.
"Kenapa Babi itu mencari Yeon Sieun?" Pikir Seoyeon, bertanya-tanya. Apa Yeon Sieun itu bajingan berandalan juga? Tapi bagaimana bisa? Dia murid cerdas, tidak sembarangan orang bisa masuk list peringat atas di Hero Academy. Anak secerdas itu mustahil seorang berandal. Seharusnya, jika Yeon Sieun beneran cerdas, anak itu pasti tahu kalau menjadi berandal yang suka berkeliaran mengajak berkelahi orang itu sama sekali tidak ada gunanya. Dengan kecerdasan serta pengetahuan, masa depannya terjamin.
"Duh, untuk apa aku memikirkannya," decaknya. Menarik diri dan segera berjalan keluar dari gedung Hero Academy. "Aku jadi memikirkan banyak hal nggak penting sejak menghajar anak-anak Yuseon tempo hari." Dia mengeluh sepenjang langkahnya, merutuk tentang ketidak beruntungannya akhir-akhir ini. Gara-gara berurusan dengan tiga cecenguk sekali saja, jadi ada banyak berandal yang mulai berada di sekitarnya dan mengganggu fokusnya.
"Oh iya, aku harus bicara dengan Kim Jia. Aku harus memintanya untuk tidak mengatakan kejadian waktu itu pada orang lain. Bisa gawat kalau namaku tersebar." Seoyeon sudah bersiap menelfon Kim Jia untuk mengajaknya bertemu, tapi dia mengumpat pelan, merasa bodoh tiba-tiba ketika ingat dia tidak punya nomor telepon cewek itu.
"Dasar, fokuslah, Geum Seoyeon."
Saat ini, Seoyeon tidak bisa kembali ke sekolah karena jam sekolah sudah berakhir beberapa jam yang lalu, dan dia juga tidak tahu dimana rumah Kim Jia berada. Jadi dia terpaksa harus menunggu sampai besok untuk menemuinya untuk berbicara dan memberitahunya untuk tidak banyak bicara mengenai kejadian tempo hari.
Seoyeon memutuskan untuk berjalan-jalan sejenak sebelum pulang ke rumah. Lagi pula, dia tidak tahu apa yang harus dilakukan jika dia pulang. Orang tuanya sibuk bekerja dan Seongje selalu keluyuran samapi malam, tidak ada yang bisa diharapkan.
Sebuah kedai ayam menarik perhatian Seoyeon. Jadi dia segera menyebrangi jalan dan menuju ke sana. Mangambil antrian di belakang seorang cowok tinggi dan agak berkulit lebih gelap.
"Harganya jadi 21 won."
"21 won? Oke." Cowok itu meronggah saku celananya. 5 detik kemudian, dia mulai kelabakan saat tidak bisa menemukan uangnya. Maka dengan ekapresi mengeruh, dia memandang si penjual. "Paman, aku tidak bisa menemukan uangku."
"Yaampun, lalu bagaimana?"
"Bisakah paman mencatatnya? Aku akan kembali lagi besok dan membayarnya. Paman mengenaliku bukan? Aku pelanggan tetap kedai ini."
"Ya, tentu saja aku tahu. Kau hampir tiap minggu datang ke sini. Tapi, aku benar-benar tidak bisa membuatmu lewat begitu saja."
"Tapi aku benar-benar tidak punya uang sekarang," keluhnya. Memasang ekspresi memelas, berusaha membujuk. Tapi si penjual tampaknya tidak bisa meruntuhkan prinsipnya meskipun terlihat sekali kasihan.
Seoyeon yang sejak tadi mengawasi akhirnya maju. "Pakai saja uangku dulu. Ini paman, dan untuk pesananku juga" Seoyeon menoleh ke belakang, dan agak terkejut menemukan wajah sumrigah cowok itu.
"Penyelamatku," gumam Cowok itu. Matanya berbinar penuh terimakasih pada Seoyeon.
Cowok itu mengikuti Seoyeon lalu mengambil tempat duduk di hadapan Seoyeon. "Terima kasih. Datanglah ke sini besok dan akan kuganti uangmu."
"Aku tidak yakin aku bisa datang ke sini besok," tanggap Seoyeon.
"Yah, kalau begitu bagaimana aku bisa mengganti uangmu?" Cowok itu tampak sedang berpikir. Ekspresinya terlihat lucu hingga membuat Seoyeon ingin sekali tertawa.
"Bagaimana dengan aku datang ke sekolahmu saja?"
"Kupikir akan menarik perhatian."
"Kau benar," tanggap Cowok itu. Dia kembali diam untuk berpikir.
Seoyeon meliriknya setelah menerima antaran pesanan ayamnya. "Jika kau sangat ingin mengembalikannya, bagaimana dengan ke Hero Academy? Aku les di sana."
Matanya segera berbinar. "Oh, baiklah. Kalau begitu aku akan ke sana besok."
"Aku tidak tahu akan sebanyak ini," gumam Seoyeon sembari menatap tumpukan ayam yang menurutnya terlalu banyak hanya untuk dirinua sendiri. Pandangnnya kemudian tertuju pada cowok yang duduk dihadapannya, yang pandangannya malah tertuju pada ayam milik Seoyeon. Terlihat ngiler. "Kau...mau sebagian?" Tawar Seoyeon ragu-ragu, tapi tidak butuh waktu lama untuk Seoyeon mendapat tanggapan setuju dari cowok yang duduk dihadapannya.
"Blak-blakan sekali. Meskipun wajahnya macam preman, tapi sepertinya dia baik. Terlihat agak bodoh sih."
Setelah menikmati ayam yang ternyata rasanya enak dan cukup memuaskan. Mereka meninggalkan kedai ayam bersama.
"Sepertinya arah kita sama," kata Seoyeon, melihat bahwa mereka berjalan ke arah yang sama.
"Aku sebenarnya mau pergi ke rumah kawanku. Arahnya lewat sini."
Seoyeon mengangguk-angguk paham.
Mereka hanya diam selama perjalanan. Berjalan seperti tidak saling kenal dalam posisi Seoyeon di depan dan cowok itu agak jauh di belakangnya.
Sampai beberapa saat kemudian, seseorang menghadang jalan Seoyeon dan menariknya paksa ke dalam gang sepi dan mendorongnya begitu saja sampai dia tersungkur.
"Hei, kau. Kemari dan lihat apakah aku menarik orang yang benar." Cowok itu memanggil dengan lagak bossy. Seoyeon yang kebingungan akhirnya mengetahui permasalahannya saat dia melihat salah satu dari tiga orang yang dihajarnya tempo hari muncul.
"Benar, itu dia."
Jawaban cowok itu membuat Seoyeon mengumpat. Dia tidak perlu lagi membungkam Kim Jia, karna sepertinya anak-anak Yuseon sudah bergerak sendiri untuk mebalasnya, membuatnya terlibat dalam masalah yang lebih menyebalkan.
"Hoi! Mau kalian apakan cewek itu," sahut sebuah suara, mengambil alih perhatian tiga orang yang berada dalam gang. "Yaampun, anak Yuseon. Kalian ini benar-benar ya. Masa ganggu anak cewek juga."
"Kau Pa...Park..Humin?"
Cowok yang menarik Seoyeon tadi tiba-tiba mundur. Sementara itu, cowok yang datang adalah cowok yang dibantu Seoyeon dikedai ayam tadi.
"Park Humin? Bukannya itu..." mata Seoyeon melebar setelah dia memproses dan mengerti apa yang membuat cowok sok bossy itu tiba-tiba mundur. Seoyeon terlalu lama larut dalam pikirannya saat dua cowok Yuseon itu kabur sehingga meningalkan Seoyeon dan Park Humin di gang dalam suasana hening.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴡʜᴄ: ᴡᴇᴀᴋ ʜᴇʀᴏɪɴᴇ
FanficRumor itu menyebar dan dalam sekejap, kehidupan tenang Geum Seoyeon mulai terusik. Weak Hero Class | Fanfiction Geum Seoyeon ft All Char WHC Alternative