⚠️Warning⚠️
Kata-kata kasar dan tidak beradab
bertebaran, dimohon untuk tidak
meniru. Sekian-000
Ruangan itu begitu tenang, nyaris senyap. Hanya suara kertas yang terus dibalik yang terdengar. Seorang laki-laki duduk dibalik meja tampak serius meneliti setiap baris kalimat yang tertera pada berlembar-lembar dokumen yang tengah dibacanya.
Dengan wajah serius, laki-laki itu tampak garang. Dengan tato dibagian leher, dan lengannya, serta tindikan di kening kiri. Melihat sekilas, orang akan berpikir bahwa laki-laki tersebut adalah gengster, tapi siapa yang akan mengira bahwa laki-laki tersebut hanyalah anak SMA?
Dengan fisik seperti itu dan kemampuan yang dimilikinya, dia bahkan bisa menundukan orang yang jauh lebih dewasa darinya.
Na Baek Jin. Namanya terkenal sesaentro Yeongdeong-po. Kuat dan Jenius, perkasa tapi licik. Banyak orang mengagungkan namanya, bukan tanpa alasan. Dengan kemampuannya, dia berhasil menaklukan geng terbesar dan menguasai Yeongdeung-po sepenuhnya, seperti dalam permainan catur, dia menyingkirkan bidak lawan dan menaruh bidak miliknya sendiri di atas papan, lantas, menggerakan setiap langkah mereka bak boneka.
Atensi Baekjin teralihkan ketika dia mendengar suara pintu ruangan di buka. Dan seseorang yang sudah dikenalnya masuk dengan sikap pongah.
"Ada apa?" Geum Seongje, si pentolan Ganghak bertanya. To the point akan alasan dirinya diminta datang ke Yeoinaru.
Sejenak, Baekjin mengamati laki-laki dengan blazer merah yang berdiri tidak jauh di hadapannya. Membuat ekspresi yang bisa diterka oleh Seongje dengan berbagai pikiran.
Ada lebih dari satu alasan setiap kali pentolan aliansi dipanggil ke Yeoinaru -titik pertemuan utama aliansi- entah itu untuk membahas pembagian tugas, iuran, atau pun bisnis yang akan mereka jalankan kedepannya. Untuk hal-hal seperti itu, Baekjin pasti akan meminta kesediaan 4 pentolan sekolah untuk datang bersamaan, tapi kali ini Seongje hanya dipanggil sendirian, membuatnya menebak-nebak, perihal apa yang hendak Baekjin katakan padanya.
"Kau sepertinya udah bisa nebak apa yang bakal aku katakan," ucap Baekjin, memulai.
Sejenak, alis Seongje tertekuk bingung. Dia berpikir bahwa dia tidak dalam situasi bermasalah seperti Bae Jihoon, atau dalam tugas seperti Lee Sehan dari Hyungshin. Lalu kemudian, dia teringat saudarinya. Saat itu juga, urat-urat Seongje menegang.
"Maksudmu apa?" Berusaha untuk tetap santai, Seongje membalas tatapan meremehkan Baekjin tanpa gentar.
Kekehan kecil lolos dari Baekjin, membuat Seongje diam-diam menahan geram.
"Kau pikir aku tolol? Caramu menyelesaikan perbuatan adik kecimu itu bisa aku ketahui dengan mudah. Tidak ada rahasia dalam aliansi, Geum Seongje."
"Jadi apa yang akan kau lakukan?" tantang Seongje, dia menahan suaranya setenang mungkin. Tapi Baekjin tahu, ada kemarahan yang terselip dalam setiap katanya.
"Aku baru saja mendengar, setelah bermasalah dengan Yuseon, dia kembali bermasalah dengan Hyungshin. Geum Seongje, apa adik kecil mu sedang berencana untuk membuat permusuhan dengan setiap sekolah dalam aliansi? Jadi setelah ini Daehyun, Yeoil atau Ganghak?"
Seongje agak terkejut mendengar kalimat pertama yang dikatakan Baekjin. Mengenai Seoyeon terlibat masalah dengan Hyungsin.
"Dia juga terlibat dengan anak Eunjang dalam dua peristiwa tersebut," lanjut Baekjin
"Jadi, bagaimana ini? Adik kecilmu beraliansi dengan Eunjang. Dia katanya pacar Park Humin."
"Dia bukan..." sangkalan Seongje, terputus.
"Aku tidak butuh penjelasan untuk itu. Kau kendalikan saja dia, jangan sampai dia ikut campur lagi, atau aku akan menganggapnya dengan serius."
Perkataannya adalah peringatan, dan Seongje tahu, setiap peringatan Baekjin sama halnya dengan ancaman.
Sambil kembali membuka-buka dokumen, Bekjin berkata, "sekarang keluar." pada Seongje.
Tanpa kata, Seongje bebalik dan segera keluar dari ruangan kerja Baekjin, dengan perasaan terhina dan kemarahan.
Sebenarnya, Seongje sudah menerka-nerka sebelumnya bahwa mustahil Baekjin tidak mengetahui perihal masalah Seoyeon dan anak Yuseon, tapi masalahnya sangat sepele, jadi Seongje tidak begitu khawatir.
Tapi Seoyeon, anak itu malah bikin masalah baru, kali ini dengan Hyungshin. Sialnya, Seongje baru saja tahu hari ini ini dari Na Barkjin langsung.
"Ah, kampret."
Mengubah langkahnya menjadi terburu-buru, Seongje segera menuju tempat parkir dimana dia meninggalkan motornya. Tanpa membuang-buang waktu, Seongje segera mengendarai motor tersebut meninggalkan Yeoinaru menuju rumahnya.
Jam segini, Seoyeon pasti sudah pulang dari tempat les dan anak itu bukan tipe yang suka keluyuran sepulang aktivitas sekolah.
Perkiraan Seongje benar. Dia menemukan Seoyeon tengah memasak ramen di dapur. Gadis itu hanya menoleh sekilas mengetahui kepulangannya.
"Mau kumasakan satu lagi?" Seoyeon menawarkan untuk memasakan Seongje ramen. Tampak santai, tidak mengetahui bahwa saudaranya pulang dengan kemarahan.
"Katakan padaku, kau buat masalah lagi, kali ini dengan Hyungshin."
Mendengar penuturan Seongje, Seoyeon nyaris menumpahkan seluruh ramen yang baru saja dia masak ke lantai dengan sia-sia, untungnya dia dengan cepat mengontrol diri.
Tubuh Seoyeon tiba-tiba menenang. Dia menghindari tatapan Seongje yang tertuju ke arahnya dengan berpura-pura sibuk membersihkan bekas dari aktivitas memasaknya, padahal hanya ada bekas kemasan ramen yang perlu dibuang saja.
"Kau berencana menyembunyikannya dariku?"
Seoyeon dengan cepat berbalik dan menggeleng. "Tidak! Aku baru saja mau bilang," katanya. Dia menghembuskan napas berat, berjalan lebih dekat ke arah Seongje. Berdiri berhadapan dengan saudaranya hanya dihalangi oleh pantri.
"Tapi, dari mana kau tahu? Kau pasang mata-mata di Hyungshin juga ya?"
"Bukan urusanmu aku tahu dari mana," balas Seongje, acuh, membuat Seoyeon mengerlingkan bola mata jengkel.
"Bukan aku yang buat masalah, justru anak-anak Hyungshin yang bikin gaduh duluan. Mereka berkeliaran di Noryangjin dan memalak anak-anak seperti perman kampungan. Menyebalkan."
"Mereka memang preman kampungan," cela Seongje. "Tapi apa yang mereka lakukan bukan urusanmu."
"Jelas urusanku. Mereka bikin gaduh di daerah tempat aku les, itu sangat tidak nyaman."
"Ah, bikin tambah pikiran saja," gumam Seongje. Membuat ekspresi Seoyeon menjadi cemberut.
"Tidak bisakah kau tenang-tenang saja?" kata Seongje.
"Aku bisa tenang, berandal-berandal itu yang tidak. Jadi jangan salahkan aku," sangkal Seoyeon. Seongje mengerlingkan bola mata dengan raut wajah datar.
Seongje terlihat agak stress saat laki-laki itu berjalan ke arah sofa dan menjatuhkan diri disana. Seoyeon merasa agak bersalah, tapi dia meresa bahwa apa yang dia lakukan bukan kesalahan.
"Sial. Mie nya jadi bengkak."
To Be Continued

KAMU SEDANG MEMBACA
ᴡʜᴄ: ᴡᴇᴀᴋ ʜᴇʀᴏɪɴᴇ ✓
FanfictionRumor itu menyebar dan dalam sekejap, kehidupan tenang Geum Seoyeon mulai terusik. Weak Hero Class | Fanfiction Geum Seoyeon ft All Char WHC Alternative