"Kakak cantik?? "
"Bian?? "
"Kalian?? " Tanya Retta heran.
"Bunda, ini kakak cantik yang aku ceritain ke bunda, yang waktu itu nemenin nyari bunda waktu di mall" Bian menatap Vivy lalu menatap bundanya dengan senyum lebar yang menghiasi wajahnya.
"Jadi Vivy yang waktu itu nolongin Bian? makasih banget ya, maaf loh udah ngerepotin"
"Gapapa bunda, gak ngerepotin kok, bunda kayak sama siapa aja, lagian Vivy juga kebetulan ada disana dan ketemu Bian yang lagi nyari bunda"
"Bian kamu inget gak, ini kak Vivy yang dulu sering main sama kamu waktu kamu masih kecil? " Retta bertanya pada putranya namun mendapat gelengan sebagai jawaban.
"Bian lupa buunn, kan bunda tau sendiri kalo Bian gampang lupa sama orang" Bian mengerucutkan karena tetap tidak bisa mengingat Vivy setelah mencoba mengingat-ingat masa kecilnya.
Hal itu tak luput dari pandangan Vivy yang kini menggigit pipi bagian dalamnya agar tidak menerkam bocah menggemaskan didepannya itu.
Meskipun ia tau jika Bian sudah SMA, tetap saja ia terlihat seperti bocil di mata Vivy, selain karena tinggi badan mereka yang berjarak jauh, juga karna sifat mereka yang sangat berlawanan.
'Fiks lo milik gua Biii '
"Udah dulu ngobrolnya, nanti di lanjut lagi, makanannya keburu dingin"
"Iya bun" Jawab Bian sedangkan Vivy kembali mendudukkan dirinya karena tadi sempat berdiri.
///////
Matahari telah tenggelam, Vivy memutuskan untuk pulang ke rumahnya karena memang tidak ada niatan untuk menginap disana.
Bian menatap kepergian Vivy dengan tatapan sedih, dia masih ingin bersama Vivy, tapi dia juga tidak bisa memaksa gadis itu karena Vivy memang tidak mau menginap.
Retta dan Varo menatap Bian yang kini telah memasuki kamarnya, lalu saling berpandangan dengan senyum dibibir keduanya.
Flashback
Beberapa hari yang lalu, Varo mendapat kabar dari perusahaan bahwa ada kecurangan yang terjadi di RV Company. Hal itu sudah sangat serius,dan jika tidak segera ditangani dapat menimbulkan kebangkrutan yang tentunya Varo tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Sepertinya hal ini sudah direncanakan selama berberapa tahun, karena pelaku yang melakukan itu bahkan belum diketahui dengan jelas. Asisten Varo hanya mendapat informasi jika pelaku utama penggelapan uang berjumlah ratusan juta dolar berada di perusahaan cabang yang ada di korea.
"Jadi kita harus pergi ke Korea?? " Tanya Retta begitu Varo menceritakan masalah yang terjadi.
"Ya, dan mungkin bisa sangat lama kita berada di sana, karena setelah menemukan pelaku yang menggelapkan uang perusahaan, kita juga harus menstabilkan perusahaan yang berada disana"
Itu benar, mereka memang harus berada disana minimal selama beberapa bulan, bahkan bisa sampai setahun atau lebih. RV Company adalah perusahaan terbesar di Indonesia, jadi memulihkan perusahaan seperti sedia kala memang membutuhkan waktu, apalagi masalah yang terjadi berpusat di Korea yang mana tidak mendapat pengawasan langsung dari Varo.
"Bian gak mau pergi!! " Bian sedikit berteriak karena kedua orang tuanya sari kemarin membujuknya untuk pergi ke Korea.
"Tapi masalah ini sangat serius Bian, bunda sama ayah harus segera kesana" Retta mengusap rambut Bian dan membujuknya perlahan.
"Tapi kan Bian gak harus ikut, Bian mau sekolah" Rengeknya tak ingin dipaksa.
"Bian kan bisa sekolah disana, Bian mau ya, bunda gak tega kalau ninggalin kamu sendirian"
"Bian mau sekolah disini aja bunda, Bian gak mau menyesuaikan diri lagi, lagian Bian udah gede kok, Bian bisa tinggal di sini sendiri, dan ada bibi juga yang ngurusin Bian"
Retta menoleh ke arah suaminya meminta bantuan, namun pria itu hanya menghela napas berat dan menggelengkan kepalanya.
.
.
.
Kembali ke masa sekarang
"Gimana kalau kita minta Vivy buat jagain Bian, Bunda khawatir kalau kita ninggalin Bian cuma sama asisten rumah tangga"
"Ayah juga berpikir begitu, tapi apa Vivy nya mau? bunda tau sendiri Bian gimana, bukannya ayah menganggap Bian berbeda dari anak-anak yang lain, tapi kita lah yang paling tau apa yang di alami oleh Bian"
Retta memikirkan apa yang dikatakan suaminya memang benar, Bian memang berbeda dari anak SMA kebanyakan. Sejak kecelakaan yang di alami Bian saat berumur 9 tahun, Bian yang tadinya memang manja menjadi semakin manja dan menempel pada bundanya.
Awalnya Retta dan Varo menganggap itu hanya respon sesaat setelah kecelakaan yang menimbulkan trauma untuk Bian, namun seiring berjalannya waktu mereka menyadari bahwa sifat Bian tidak seperti anak-anak lain yang seusia dengannya. Bian berlaku seperti anak kecil di usianya sang sudah memasuki 16 tahun.
Semua itu bermula saat Bian diculik sebelum ayahnya datang ke sekolah untuk menjemputnya, saat itu hujan petir, dan penculik Bian yang ngebut-ngebutan di jalan tidak melihat bahwa ada tikungan tajam didepan mobilnya. Akhirnya mobil yang mereka tumpangi menabrak pohon besar yang berada di sisi jalan.
Sejak kejadian itu, Bian mempunyai trauma terhadap petir dan tidak mau di ajak ngebut saat dijalan.
"Selain itu, mereka sama-sama masih muda, meskipun ayah percaya sama mereka, namun gak menutup kemungkinan mereka bisa melakukan sesuatu yang gak seharusnya dilakukan" Varo melanjutkan pendapatnya kepada istrinya. Sebenarnya Retta juga memikirkan hal itu, namun tak dapat dipungkiri ia lebih percaya kepada Vivy untuk menjaga Bian dari pada orang lain.
Tiba-tiba sebuah ide muncul dikepala Retta "Bagaimana kalau kita nikahkan saja mereka, kita dan orang tua Vivy juga pernah merencanakan hal itu bukan?? "
Varo sedikit terkejut dengan ide yang baru saja diungkapkan oleh istrinya itu. Retta dan Zemira memang pernah berencana menjodohkan anak-anak mereka, tapi rencana itu mereka buat disaat kuliah dan Varo kira itu hanya sebuah candaan antar sahabat, jadi ia terkejut saat Retta kembali mengungkitnya.
"Ayah setuju kan yah?? "
"Ayah sih setuju saja, dan ayah yakin kalau Vivy memang bisa menjaga Bian. Namun kembali lagi, apa Vivy dan Bian mau? " Retta yang tadinya bersemangat dan yakin idenya berhasil kini menekuk wajahnya lesu karena Varo benar, apa Vivy mau??
Huhh
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Mine (END)
FanfictionWARNING!! cerita GXB Bagi yang ga suka cowok manja, skip ___... ___... ___... ___ "Mana ada cowok yang persis sama imajinasi lo, kalo pun ada pasti maunya sama yang sejenis" "Liat aja nanti" senyum miring tersungging di bibirnya. ___...___ Vianni g...