Tiga bulan telah berlalu dengan cepat, dan tidak ada masalah berarti yang terjadi dalam periode waktu tersebut. Bahkan bisa dikatakan ada hal baik yang terjadi, Retta dan Varo telah menyelesaikan masalah di Rv Company lebih cepat dari yang di prediksi, dan mereka telah kembali menetap di Indonesia.
Dalam waktu tiga bulan ini, Vivy dan Bian juga menjalani hidupnya dalam kedamaian, tidak ada masalah apapun yang menghampiri mereka, tentunya dengan penjagaan Vivy yang semakin ketat terhadap keluarga kecilnya.
Kondisi Bian juga tidak separah waktu awal kehamilan Vivy, Bian sudah jarang mengalami mual-mual seperti dulu, biasanya hanya beberapa hari sekali terjadi di pagi hari.
Tapi jangan salah, meskipun sudah jarang mengalami mual, keinginan anehnya masih tetap berkelanjutan dan merepotkan Vivy.
Beberapa waktu terakhir Bian sering meminta ke luar negeri hanya untuk memakan makanan khas di sana, dan jika tidak dituruti maka Bian akan melewatkan jam makannya.
Pernah suatu kali Vivy harus menghadiri rapat yang sangat penting, dan terpaksa tidak bisa menuruti Bian yang ingin ke Jepang untuk memakan sushi disana, jadi Vivy menyuruhnya untuk memakan sushi dari restoran miliknya. Tapi yang terjadi malah di luar prediksinya, Bian memuntahkan seluruh isi perutnya dan jatuh pingsan, setelah itu harus di rawat selama 2 hari di rumah sakit.
Sejak itu Vivy selalu berusaha memenuhi keinginan Bian se-aneh apapun itu.
Namun yang sangat tidak bisa di toleransi oleh Vivy adalah kejadian beberapa hari yang lalu, dimana suaminya ingin memeluk salah satu temannya.
Vivy tidak akan keberatan jika yang di inginkan Bian adalah Doni atau Rean, tapi yang ingin di peluk Bian adalah Rina, garis bawahi nama itu, Rina! Gadis yang menyukai suaminya.
Tentu saja Vivy menolaknya mentah-mentah, mana mau dia melihat suaminya berpelukan dengan gadis lain, Vivy bahkan sempat menuduh Bian lah yang menginginkan itu, bukan bayinya. Tapi sekali lagi Vivy harus menuruti permintaan suaminya, karena setelah Vivy menolak permintaan itu, Bian mengunci diri di kamar dan tidak mau makan.
Vivy tidak mau Bian berpelukan dengan Rina, tapi dia lebih tidak mau jika Bian di rawat di rumah sakit lagi, jadi Vivy dengan berat hati mengizinkannya.
Kembali ke masa sekarang, Bian ikut ke kantor Vivy karena ini hari sabtu, dan sekolahnya libur, jadi dia tidak mau sendirian di rumah.
"Ivy mau rapat, Bian ikut? " Tanya Vivy menawarkan. Dia harus segera ke ruang rapat, inilah alasan dia ke kantor hari ini.
"Nggak ah, Bian mau kerja " Jawab Bian sambil beranjak berdiri, menimbulkan kerutan di kening Vivy.
"Kerja? " Beo Vivy, merasa heran dengan pernyataan Bian, sejak kapan Bian kerja?
"Iya, Bian tiba-tiba pengen kerja, mungkin dede bayi yang pengen " Vivy hanya ber'oh' ria mendengar penjelasan Bian, ternyata suaminya ngidam ingin bekerja.
"Bian mau kerja dimana emang? Jangan capek-capek loh? "
"Nggak akan capek kok, Bian mau ke perusahaan Ayah "
Bukan tanpa alasan Bian ingin ke perusahaan ayahnya, beberapa hari yang lalu Varo meminta Bian untuk sesekali datang ke perusahaan, agar Bian terbiasa jika sudah waktunya menggantikan Varo nanti.
Varo dan Retta sepakat untuk tidak lagi menyembunyikan identitas anak mereka, karena bagaimanapun cepat atau lambat Bian lah yang akan memimpin Rv Company, jadi mereka menyuruh Bian sesekali mengunjungi kantor agar terbiasa di sana, juga sedikit-sedikit belajar tentang management.
"Yaudah, biar di antar Rendy, nanti pulangnya Ivy jemput " Ujar Vivy karena rapat akan segera dimulai, jadi dia tidak bisa mengantar Bian.
Tadi mereka berangkat ke sini berdua, tidak membawa sopir, jadi Vivy hanya bisa meminta asistennya untuk mengantar Bian, lagipula Rendy tidak akan mengikuti rapat kali ini karena sudah ada Vivy.

KAMU SEDANG MEMBACA
He is Mine (END)
FanfictionWARNING!! cerita GXB Bagi yang ga suka cowok manja, skip ___... ___... ___... ___ "Mana ada cowok yang persis sama imajinasi lo, kalo pun ada pasti maunya sama yang sejenis" "Liat aja nanti" senyum miring tersungging di bibirnya. ___...___ Vianni g...