51

982 54 0
                                    

Sama seperti bab sebelumnya, kalau gak suka skip aja, btw ada sedikit adegan berbau dewasa, tidak disarankan untuk membaca.

Sekian terima kasih😉

*******

Vivy menggendong Bian ke kamar mandi karena pria itu kesulitan untuk berdiri sendiri, entah lupa jika dirinya tengah hamil, atau menganggap Bian-nya lebih penting, Vivy juga menggendong Bian setelah memandikannya.

Tanpa memakaikan baju untuk Bian, Vivy meletakkan tubuh telanjangnya di atas kasur yang sprei nya telah di ganti saat dia memandikan Bian tadi.

Vivy mengambil salep yang telah di bawakan oleh anak buahnya, lalu mendekati Bian yang terbaring di ranjang, pria itu menutup area bawahnya dengan selimut karena tidak ada apa pun yang bisa menutupinya selain itu.

"Kenapa di tutup? " Tanya Vivy sambil tersenyum geli.

"Malu... " Cicit Bian tanpa melihat ke arah Vivy.

"Padahal tadi juga dimandiin, kok baru malu sekarang? " Tanya Vivy jail, senang rasanya melihat Bian kembali menjadi dirinya sebelumnya, tidak lagi menunjukkan ekspresi seperti tadi.

"Ivy ihh.. "

"Iya iya, gak jail lagi, sekarang buka selimutnya " Vivy mengakhiri acara menggoda Bian, mengingat dirinya masih harus mengobati luka suaminya.

Bian menggeleng pertanda tidak mau menuruti perkataan Vivy, tangannya menggenggam erat selimut yang menutupi bagian atas pahanya.

"Kalau di tutup gimana Ivy ngobatinnya? "

"Bian sendiri aja "

"Bian nggak mau dengerin Ivy lagi? " Tanya Vivy dengan sebelah alis terangkat, terselip sedikit ancaman dalam suaranya.

Takut Vivy marah dan meninggalkannya, Bian pun menurut dan menyibakkan selimut itu dari atas tubuhnya.

Vivy menyuruh Bian membalikkan tubuhnya, lalu duduk di samping pria itu. Meskipun wajahnya terlihat tenang, Vivy menahan diri mati-matian agar tidak melakukan yang iya-iya kepada pria di depannya.

Setelah Bian membalikkan badannya, Vivy bisa melihat lubang belakang Bian yang lecet dan sedikit terbuka, pasti karena wanita jalang itu terlalu kasar memasukkan tangannya.

"Pasti sakit kan? " Tanya Vivy lebih seperti bergumam, tangannya mengusap pelan bagian yang lecet itu.

"Eh? E-e-enggak kok " Ucap Bian gugup karena Vivy tak kunjung menjauhkan tangannya dari sana, membuat wajahnya merona hingga ke telinga.

"Ivy masukin ya? " Pinta Vivy sambil menunduk dan membisikkan kalimat itu tepat di telinga Bian.

Namun sepertinya pertanyaan itu hanya formalitas belaka, karena satu jari Vivy sudah masuk ke dalam tubuh Bian.

"Ivy pengen hapus bekas sentuhan jalang itu " Bisik Vivy saat Bian terlihat hendak menolak apa yang Vivy lakukan.

Mendengar itu membuat Bian tidak jadi memberontak, jika memang hal itu bisa membersihkan tubuhnya yang kotor, kenapa nggak? Lagi pula Vivy melakukannya dengan lembut, tidak sampai menyakitinya seperti Nindy tadi.

"Good boy " Puji Vivy saat Bian patuh di bawah sentuhannya.

Vivy menambah jarinya membuat Bian mengeluarkan desahannya, dia tidak pernah melakukan hal seperti ini, rasanya aneh, namun Bian menyukai semua sentuhan Vivy pada tubuhnya.

"Vy... akh "

"Kenapa, hm? "

"Ja-jangan shh " Bian tidak bisa menyelesaikan ucapannya karena Vivy semakin mempercepat gerakan tangannya.

"Jangan apa, sayang? "

"Bi-an berdiri " Ucap Bian dengan susah payah.

Vivy tersenyum jahil mendengar pengakuan Bian, dia mengubah posisi Bian menjadi menyamping tanpa melepas tangannya yang berada di belakang.

Ada yang tegak, namun bukan keadilan.

"Mau dibantu? " Vivy memegang benda itu yang sudah mengeras seakan siap memuntahkan isinya.

"Ta-tapi ada dede bayi, akh " Bian tidak bisa berhenti mendesah karena gerakan tangan Vivy tak juga berhenti saat dia berbicara.

"Siapa bilang harus di masukin ke bawah? " Tanya Vivy sebelum membaringkan dirinya di depan Bian, namun lebih ke bawah hingga wajahnya berhadapan dengan benda yang pernah memasuki tubuhnya.

"Hah?! "

Vivy memasukkan benda itu ke dalam mulutnya dan mengulumnya perlahan, Vivy menggunakan tangan dan mulutnya untuk memuaskan suami kecilnya, tanpa mempedulikan bagian bawahnya yang juga basah dan berkedut minta di masuki.

"Ivy.. ahh.. jangan di-masukin.. akh.. jo-rok " Ucap Bian di iringi desahan lucknut dari mulutnya.

Vivy tak mempedulikan hal itu, memilih untuk melanjutkan aktivitasnya memuaskan kelinci binalnya.

"Akh! Ma-u.. cum.. hh " Tak bisa menahannya lagi, Bian menyemprotkan cairannya di mulut Vivy, bertepatan dengan Vivy yang mengeluarkan tangannya dari lubang analnya.

Bian melihat adik kecilnya yang masih bersarang di mulut Vivy, sperma yang dia keluarkan terlihat memenuhi mulut wanita itu hingga beberapa tumpah keluar dan membasahi sekitar wajahnya.

Bian menarik paksa adik kecilnya, lalu meraih wajah Vivy menyuruhnya memuntahkan cairan di mulutnya.

"Ivy, cepet muntahin!! " Ucap Bian mendesak, tangannya memegang kedua pipi Vivy yang mempunyai jejak cairannya.

Menolak menuruti permintaan Bian, Vivy malah menelan seluruh isi mulutnya lalu menjulurkan lidahnya ke arah Bian.

"Kok di telen?! " Tanya Bian khawatir, takutnya terjadi sesuatu dengan istrinya jika menelan cairan itu, bukankah itu kotor?

"Mereka mau ketemu sama temen-temennya " Maksudnya ketemu sperma Bian yang sudah bersarang di perutnya.

Wajah Bian merona karena ucapan Vivy, juga karena mengingat yang baru saja mereka lakukan.

"Umm kotor lagi deh, padahal baru mandi " Vivy menurunkan pandangannya ke arah selangkangan Bian.

"Ivy, jangan di liat!! " Pekik Bian sambil menutupi adik kecilnya yang terekspos.

"Kenapa masih malu sih? Orang udah liat semua " Vivy mengambil tisu di atas nakas dan membersihkan sperma Bian di sekitar mulutnya, lalu mengambil tisu lagi untuk membersihkan milik Bian.

Setelah membersihkan bagian depan pria itu, Vivy melanjutkan aktivitasnya yang tadi sempat tertunda, mengoleskan salep pada luka Bian.

///////

"Bawakan sepuluh pria kekar untuk kedua jalang itu, biarkan mereka menikmati hadiah dariku, buat mereka berdua puas, tapi jangan sampai mati, setelah itu siksa perlahan sampai mereka meminta sendiri kematiannya " Ucap Vivy kepada orang di seberang telepon, nada datarnya terdengar dingin di sertai kekejaman di setiap kalimatnya.

Vivy rasa hanya hukuman itu yang pantas untuk orang yang sudah berani menyentuh hingga melecehkan suaminya.

Vivi tidak berbohong saat mengatakan tidak jijik ataupun merasa bahwa Bian kotor, namun dia tidak bisa menahan amarahnya mengingat tangan wanita jalang itu menyentuh miliknya yang sangat berharga dan sangat dia jaga.

"Baik nona " Ucap lawan bicara Vivy menyanggupi perintah atasannya.

He is Mine (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang