64

1.1K 60 0
                                    

Beberapa bulan telah berlalu, Bian telah kembali menjalankan aktivitasnya seperti semula, yaitu sekolah, namun beberapa kali dia juga membolos untuk membantu Vivy merawat Alexa.

Untuk urusan kantor Vivy telah mengambil alih kembali meskipun dia hanya beberapa kali datang ke kantor, itupun hanya sebentar. Sebagian besar pekerjaannya di limpahkan pada asisten dan sekretarisnya, sedangkan untuk anaknya, dia akan di rawat oleh Bibi saat dia dan Bian tidak ada di rumah.

Setelah kejadian waktu itu, Vivy dan Bian sepakat untuk tidak menggunakan jasa baby sitter untuk Alexa, mereka akan merawatnya sendiri dan di bantu oleh Bibi yang sudah menemani Vivy sejak kecil, jadi lebih bisa di percaya dari pada orang lain.

Semakin hari semakin terlihat jika Alexa lebih menempel kepada Daddynya, bahkan bisa dibilang dia hanya mau bersama Vivy saat membutuhkan asi atau karena terpaksa saat Bian sedang sekolah.

Meskipun masih bayi, Dia seakan sudah bisa memilih dengan siapa dia merasa nyaman, dan puncak kenyamanannya adalah saat bersama Daddynya.

Hari ini Bian mengikuti kerja kelompok setelah pulang sekolah, jadi dia baru sampai rumah saat langit sudah mulai gelap.

Dia melangkahkan menuju menuju lantai dua dimana kamarnya berada. Di sana sudah ada Vivy yang terlihat sedang duduk di ranjang membelakanginya.

"Ngapain Vy? ' Tanya Bian kepada Vivy yang sepertinya belum menyadari kedatangannya.

"Eh, Bian udah pulang? " Vivy menoleh untuk melihat Bian yang berjalan ke arahnya.

Sejak melahirkan, Vivy tidak lagi mengantar jemput Bian, biasanya pak Anton lah yang akan menggantikan tugasnya itu, kecuali kalau Vivy sedang ada pekerjaan di kantor, maka dia yang akan mengantar serta menjemput Bian.

"Ivy lagi ngapain? " Bian mengulangi pertanyaannya yang belum di jawab oleh Vivy. Dia sempat mengerutkan kening melihat Vivy memasukkan tangannya ke dalam baju yang di pakainya.

Bukannya menjawab pertanyaan Bian, Vivy malah mengerucut kan bibirnya dan menunjukkan wajah melasnya kepada Bian. Dia mengulurkan sebelah tangannya untuk menarik Bian dan memeluk perutnya.

Bian tersenyum geli melihat Vivy yang seperti ini, Jarang-jarang istrinya tidak menunjukkan sisi dominan nya terhadap dirinya.

"Ivy kenapa? " Tanya Bian tanpa melunturkan senyum di bibirnya.

Vivy mengeluarkan tangannya yang berada di balik bajunya lalu menunjukkannya pada Bian. Di sana ada sebuah lipatan kain yang lumayan tebal dalam kondisi setengah basah.

Kening Bian berkerut melihat kain di tangan Vivy, dia tidak paham maksud wanita itu.

"Bian tau kan kalo Alexa udah jarang minum asi? "

Bian mengangguk menjawab pertanyaan Vivy, tapi dia masih tidak paham dengan apa yang terjadi.

"Hari ini dia rewel banget, gak mau minum asi sama sekali, tapi asinya keluar terus, jadi basah "

Sekarang Bian paham apa yang terjadi, Alexa memang sering rewel jika dia tidak ada, tapi biasanya tidak sampai tidak mau minum asi seperti ini.

Bian mengusap rambut Vivy, istrinya pasti kelelahan, dia tidak ada di rumah untuk membantunya menenangkan Alexa, selain itu asinya terus keluar disaat anaknya tidak mau meminumnya, Vivy pasti kerepotan.

"Ivy capek ya? " Tanya Bian lembut, Vivy mengangguk tanpa menjauhkan kepalanya dari perut Bian. Di saat lelah seperti ini dia ingin ber manja-manja kepada suaminya.

"Mau Bian bantu nggak? "

"Bantu apa? " Tanya Vivy heran, dia mendongakkan kepalanya untuk mwnatap Bian yang berdiri di depannya.

"Katanya Alexa gak mau minum asi, kalo gitu Bian aja yang minum " Ujar Bian dengan wajah tanpa dosanya, dia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan yang ada.

Vivy terkekeh mendengar penuturan Bian.

"Bilang aja kalau Bian emang mau, pake sok-sokan mau bantuin segala! "

"Nggak kok, Bian beneran mau bantuin " Ucap Bian dengan wajah serius yang di buat-buat, membuat Vivy mengeraskan tawanya.

"Tau ah, Bian ngambek! " Bian menyilangkan tangannya di depan dada dengan bibir mengerucut.

"Mana ada orang ngambek bilang-bilang? " Ejek Vivy berganti menggoda Bian.

"Ivy nyebelin! " Bian melepaskan tangan Vivy yang masih melingkar di perutnya lalu hendak pergi dari sana, namun Vivy menghentikannya dengan menarik tangannya.

"Katanya mau bantuin Ivy? "

"Nggak jadi! Ivy nyebelin! " Bian membuang mukanya ke arah lain sambil mendengus, mengisyaratkan kalau dia sedang kesal.

"Iya iyaa Ivy minta maaf deh, jangan ngambek dong? " Bujuk Vivy sambil menarik tangan Bian hingga pria itu jatuh terduduk di pangkuannya.

"Kali ini Bian maafin, awas aja kalau Ivy nyebelin lagi! " Ancam Bian dengan mata menyipit.

"Iya deh, gak nyebelin lagi. Gak janji tapi " Vivy mengatakan kalimat terakhir di dalam hati, karena jika dia mengucapkannya langsung Bian akan kesal lagi padanya.

"Yaudah, sekarang Ivy tiduran, Bian gak mau kayak gini, nanti Ivy tambah capek "

Vivy menurut dan membaringkan dirinya di sebelah Bian, di susul pria itu yang kini membuka kancing bajunya untuk 'membantunya'.

Entah berapa lama Bian meminum asi yang seharusnya milik anaknya, dia bahkan hampir tertidur saking menikmatinya. Tapi sebelum itu Vivy lebih dulu menepuk-nepuk pipinya untuk menyuruhnya makan malam.

"Nggak mau Vy, Bian kenyang " Tolak Bian sambil menguatkan matanya agar tetap terbuka, jujur dia sudah sangat mengantuk sekarang.

"Kenyang? Kan Bian belum makan malam? " Heran Vivy atas pernyataan Bian barusan. Tapi tak lama kemudian dia sadar apa yang membuat Bian kenyang padahal belum makan malam.

"Pokoknya Bian harus makan malam, masa cuma nenen bisa kenyang? "

"Beneran Vy... ini Bian juga udah ngantuk banget, mau tidur "

"Nggak boleh, Bian harus makan malam dulu, trus mandi sama ganti baju, baru boleh tidur " Ucap Vivy tegas tak menerima penolakan. Dia langsung menutup kancing bajunya lalu meraih Bian dan menggendongnya menuju lantai bawah.

Bian yang sudah mengantuk hanya menurut saat Vivy menggendongnya ke meja makan, dia bahkan hanya diam di pangkuan Vivy dan menerima suapan yang diberikan istrinya.

"Yang kecil udah tidur, ganti yang besar " Gumam Vivy saat membawa Bian kembali ke kamar setelah menyelesaikan makan malam mereka.

"Gimana kalau kita bagi tugas aja Vi? " Usul Bian setelah mendengar gunakan Vivy barusan.

"Bagi tugas? "

"Iya, Bian ngurusin yang kecil, Ivy ngurus yang besar " Ucapnya melantur karena kesadarannya hanya tinggal setengah, kepalanya bahkan sudah terkulai di bahu Vivy.

"Ada-ada aja sih, kalau bayi besarnya Ivy mau di manjain juga Ivy masih sanggup kok "

"Terus manjain Bian ya Vy? Bian suka " Lirih Bian sebelum kesadarannya benar-benar terenggut dan jatuh ke alam mimpi.

"Pasti " Lirih Vivy sambil mengusap belakang kepala Bian.

He is Mine (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang