Sudah 2 hari berlalu, namun Bian masih tetap mengabaikan Vivy, bahkan tidak pernah berinisiatif menyapanya sama sekali.
Mereka yang biasanya selalu ber manja-manja pun seakan menghilangkan kebiasaan itu, bukannya Vivy tidak ingin, tapi Bian lah yang selalu menghindarinya.
Dia juga berkali-kali mencoba meyakinkan Bian kalau yang dia ucapkan 2 hari yang lalu bukanlah omong kosong, tapi Bian selalu menolak untuk mempercayainya.
Di sisi lain, Bian bukannya sengaja ingin mengabaikan Vivy, dia hanya tidak ingin istrinya terlalu cemburu kepada siapapun yang berada di dekatnya.
Sebenarnya dia bisa saja mempercayai ucapan Vivy jika itu menjadi yang pertama kalinya, tapi beberapa hari sebelumnya Vivy juga sering cemburu tidak jelas saat dia bersama bibi ataupun siapa saja perempuan yang berada di rumah.
Dia tau kalau Vivy posesif padanya, tapi dia juga tidak ingin kalau Vivy sampai memecat baby sitter anak mereka hanya karena keposesifannya.
"Bian, Ivy mau pergi bentar, mungkin nanti pulangnya pas makan siang, Ivy nitip jagain Alexa ya? " Kira-kira seperti itulah kalimat terakhir Vivy sebelum berangkat ke luar kota untuk menghadiri pertemuan penting tadi pagi.
Saat itu Bian hanya menganggukkan kepalanya singkat sebagai respon, jadi Vivy langsung pergi begitu saja setelah berpamitan pada suaminya.
Kini Bian merasa kesepian karena ketidakhadiran Vivy di sekitarnya, biasanya meskipun dia sedang mendiami Vivy, wanita itu akan selalu di sekitarnya entah itu untuk membujuknya atau sekedar mengamati interaksinya dengan Alexa, namun saat ini Vivy sedang tidak ada di rumah, jadi dia sedikit merasa kehilangan.
Huh, padahal dulu juga sering begini, ditinggalkan oleh Vivy untuk urusan bisnisnya, tapi entahlah, sekarang rasanya berbeda setelah wanita itu selalu menemaninya setiap hari.
"Sus, Saya mau istirahat, tolong jagain Lexa di kamarnya, dia lagi tidur kok " Bian melihat jarum jam menunjukkan pukul sebelas siang, dia memutuskan untuk tidur sebentar sembari menunggu jam makan siang.
Alexa juga sudah tidur di kamarnya, jadi dia meminta Suster Anna menjaganya.
"Baik Tuan " Jawab Suster Anna dengan senyum penuh arti di wajahnya. Bian yang tidak mengerti maksud senyuman itu hanya menganggapnya angin lalu dan melangkahkan kakinya menuju kamar.
Bian merebahkan dirinya di tempat tidur tanpa mengunci pintu kamarnya terlebih dahulu, dia sengaja melakukan itu takutnya Vivy tiba-tiba pulang dan dia belum bangun untuk membukakan pintu.
Beberapa saat kemudian, Bian telah terlelap dalam tidurnya, hingga tidak menyadari kalau pintu kamarnya terbuka dari luar.
Seorang wanita masuk ke dalam kamar dengan senyum miring di bibirnya, kakinya melangkah perlahan dengan mata yang menatap lekat seorang pria yang tertidur di ranjang sambil membelakangi dirinya.
Saat sudah berada tepat di samping ranjang, dia mendudukkan dirinya di belakang pria itu, lalu mengulurkan tangannya ke arah punggungnya.
Tangannya menyusup masuk ke dalam kaos yang dikenakan pria itu dan mengusap punggung telanjangnya.
Merasakan sesuatu yang dingin mengusap punggungnya, Bian yang tadinya tertidur sontak membuka kedua matanya dan terlonjak kaget. Dia segera bangun dan menjauh dari orang itu.
Biasanya dia akan merasa nyaman jika Vivy yang menyentuhnya, namun telapak tangan yang barusan berada di punggungnya tidak selembut telapak tangan Vivy, jadi dia langsung menghindari sentuhan itu.
Matanya membola saat melihat siapa yang berada di kasurnya, pelaku yang dengan lancang menyentuh punggungnya adalah orang yang menyebabkan pengabaiannya kepada Vivy beberapa hari terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Mine (END)
FanfictionWARNING!! cerita GXB Bagi yang ga suka cowok manja, skip ___... ___... ___... ___ "Mana ada cowok yang persis sama imajinasi lo, kalo pun ada pasti maunya sama yang sejenis" "Liat aja nanti" senyum miring tersungging di bibirnya. ___...___ Vianni g...