03

5.9K 328 0
                                    

Vivy menatap Mansion mewah di depannya dengan tatapan rindu. Jika dihitung mungkin sudah 5 tahun dirinya tidak mengunjungi Mansion yang menjadi tempat tinggal Ayah dan Bundanya tersebut.

Terakhir kali Vivy kesini adalah sebelum keberangkatannya ke luar negeri dan memutuskan  untuk SMA disana. Mengingat itu membuatnya kembali merasakan saat-saat terburuk dalam hidupnya. Kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan yang terjadi tepat di malam wisuda SMP nya.

Flashback

Malam sebelum di adakannya wisuda di Kalandra junior high School, beredar berita bahwa pewaris tunggal keluarga Kalandra, Zemira Kalandra mengangalami kecelakaan bersama sang suami yang mengakibatkan mereka berdua tewas ditempat.

Vianni Gracella, anak satu-satunya dari pasangan Zemira dan Rico mengalami syok berat setelah mendengar kabar tersebut. Besok adalah hari wisudanya, yang mana seharusnya menjadi hari yang bahagia untuknya, namun kabar yang baru saja ia dapat sungguh membuat dunianya serasa hancur seketika.

Pemakaman Zemira Kalandra dan Rico Alfansyah telah selesai dilakukan, kini yang masih berada di pemakaman hanya orang-orang terdekat mereka berdua.

Vivy masih setia duduk disamping makam Mama dan Papanya. Wajahnya datar, matanya tak sedikitpun meneteskan air mata, bukannya tidak sedih, tak dapat dipungkiri bahwa yang paling sedih atas kepergian Zemira dan Rico adalah dirinya, namun ia berpegang teguh pada nasehat Mamanya yang selalu ia ingat dipikirannya "jika ingin seperti Mama, Vivy harus kuat, Vivy harus bisa jadi sandaran untuk orang yang Vivy sayang" Kalimat itulah yang kini terngiang di otaknya. Mamanya adalah wanita yang kuat, dan Vivy ingin seperti Mamanya.

Zemira Kalandra adalah seorang dominan, dan Vivy menyadari dirinya sangat persis dengan Mamanya saat dirinya kelas 2 SMP. Sejak saat itu Vivy meng-klaim bahwa dirinya merupakan seorang dominan, gadis itu ingin seperti Mamanya yang bisa mendominasi hubungannya dengan papanya.

"Kamu masih mau disini?? kakek ada urusan mendadak" Kakek Vivy dari pihak ibu menghampiri cucunya yang duduk di samping makam putri dan menantunya.

Vivy hanya menoleh dan mengangguk kecil sebagai jawaban. Akhirnya pria berusia lebih dari setengah abad itu pergi dari pemakaman diikuti beberapa asistennya.

Tinggallah Vivy dan Keluarga sahabat Mamanya yang masih berada di sekitar makam. Wanita itu bernama Retta, sahabat Zemira sejak SMP hingga duduk di bangku kuliah, dia bersama suami dan anak laki-laki nya yang sepertinya masih Sekolah Dasar.

Retta menghampiri Vivy dan berjongkok di sampingnya. Tangannya bergerak untuk menyentuh puncak kepala Vivy membuat gadis itu menoleh.

"Kamu jangan sedih ya, mulai sekarang kita adalah keluarga kamu, kamu bisa panggil Bunda sama Ayah, okee?? " Vivy hanya mengangguk pelan lalu menenggelamkan dirinya dalam pelukan Retta.

Sejak saat itu Retta dan Varo (suami Retta) serta anak laki-laki mereka sering menemani Vivy dirumahnya karena gadis itu tidak mau tinggal di mansion mereka. Hingga beberapa minggu kemudian Vivy memutuskan untuk pindah ke luar negeri dan melanjutkan sekolahnya disana.

////////

Kembali ke masa sekarang, Vivy memasuki gerbang rumah itu setelah dipersilahkan masuk oleh satpam yang membukakan gerbang.

Pintu didepannya terbuka menampilkan seorang wanita yang masih terlihat sangat cantik di usianya yang tak lagi muda. Wanita itu sepertinya terkejut melihatnya karena memang dirinya sudah sangat lama tidak berkunjung ke Mansion ini.

"Vivy?! Kamu kok gak bilang-bilang mau kesini, Bunda kangen banget sama kamu" Retta menghamburkan dirinya memeluk Vivy yang kini sudah lebih tinggi darinya.

"Vivy juga kangen sama bunda, makanya Vivy kesini" Vivy membalas pelukan bundanya tak kalah erat.

"Ayo masuk,bunda udah masak makan siang, kamu pasti masih belum makan kan? tapi Ayah gk makan siang dirumah, mungkin nanti sore baru pulang" Retta menggandeng lengan Vivy menuju meja makan karena sebentar lagi memasuki waktu makan siang. Bibi sedang menyiapkan masakan Retta dan menaranya dimeja makan.

Hari ini Vivy memang tidak pergi ke kampus karena ia hanya mempunyai kelas pagi dan ia harus melewatkannya karena ada meeting penting dengan klien dari Singapura, jadi sepulang dari kantor ia langsung ke Mansion bundanya karena sudah lama juga tidak kesana.

"Kamu kenapa gak pernah main kesini?, padahal bunda seneng banget kalo kamu ke tempat bunda, masa iya bunda sama Ayah terus yang ke tempat kamu" Retta mengerucutkan bibirnya menunjukkan bahwa ia merajuk.

"Maaf bunda, bukannya Vivy gak mau main ke rumah bunda, tapi bunda tau sendiri kesibukan Vivy 2 tahun ini gimana" Vivy menatap Retta dengan raut menyesal. Memang benar selama 5 tahun ini selalu Retta dan Varo yang mengunjungi Vivy entah itu saat di luar negeri ataupun setelah gadis itu kembali ke indonesia 2 tahun yang lalu.

"Tapi Vivy janji mulai sekarang Vivy bakal sering main kesini" Lanjutnya agar Retta berhenti merajuk kepadanya.

"Janji ya?? " Vivy menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Makanannya udah siap, bentar bunda panggil Bian dulu, dia baru aja pulang sekolah sebelum kamu datang tadi" Vivy tertegun sebentar mendengar nama itu, ini memang sesuai rencananya, namun membayangkan dirinya bertemu lagi dengan Bian-nya membuatnya sedikit bersemangat walau sebisa mungkin ia  menutupi hal itu.

"Oh ya, kamu ingat Bian kan?, kalian udah 5 tahun gak ketemu, Bian udah bukan anak SD lagi loh, dia udah SMA sekarang" Retta terkekeh dengan ucapannya sendiri yang mendapat senyum kikuk dari Vivy karena gadis itu bingung harus merespon bagaimana, tidak mungkin kan kalau ia jujur bahwa sebenarnya ia datang kesini memang ingin bertemu Bian, bisa di anggap aneh ia oleh bundanya.

Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki dari lantai dua membuat Vivy menoleh dan mendapati sang bunda turun bersama seorang lelaki yang sepertinya baru bangun tidur dilihat dari penampilannya.

Begitu sampai di meja makan, Bian baru menyadari bahwa ada seorang gadis yang sudah duduk di salah satu kursi yang ada disana. Matanya terbelalak terkejut saat menyadari bahwa gadis yang duduk disana adalah gadis yang ia temui di mall 2 hari yang lalu.

"Kakak cantik?! " Bian memekik membuat bundanya terkejut mendengarnya.

He is Mine (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang