43

1K 55 0
                                    

"Sa-saya hamil?? " Tanya Vivy tanpa menutupi keterkejutannya, dokter yang berada di depannya pun agak terkejut melihat reaksi Vivy yang tidak menunjukkan binar bahagia seperti pasangan suami istri kebanyakan saat menerima kabar tersebut.

Pernah suatu kali Vivy memikirkan kemungkinan ini saat mendapati menstruasinya yang tak kunjung datang, namun ia menepis pikiran itu karena mungkin saja dirinya tengah kelelahan dan menyebabkan siklus menstruasinya tidak normal.

"Benar nona, Anda hamil " Ucap dokter itu menjawab keraguan Vivy, namun ekspresi yang ditunjukkannya tidak dapat di prediksi, Vivy mengerutkan keningnya seperti menunjukkan ketidaksukaannya.

Wajar dokter itu heran, karena biasanya pasangan suami istri akan bahagia saat mendapat kabar kehamilan sang istri, namun pasien di depannya tidak terlihat demikian.

"Tapi saya tidak mengalami gejala-gejala awal kehamilan yang biasanya dialami oleh ibu mengandung " Sanggah Vivy menolak percaya diagnosa dokter, siapa tau dokter salah mendiagnosanya.

"Menurut keluhan suami anda, sepertinya gejala seperti mual dan pusing dialami olehnya, kalau tidak salah, apakah suami anda menginginkan sesuatu yang aneh dalam beberapa hari terakhir? "

Vivy berpikir sebentar, setelah itu mengangguk, Bian memang beberapa kali meminta makanan yang tidak disukai nya, dan itu aneh menurut Vivy.

"Kalau begitu benar, kemungkinan besar suami anda yang mengalami ngidam mewakilkan anda " Dokter itu menjelaskan, membuat Vivy menjadi yakin dengan diagnosa yang diberikannya.

Sebenarnya Vivy bukannya tidak suka mengandung buah hatinya bersama Bian, namun ia tidak berencana untuk memiliki anak dalam beberapa tahun ke depan, setidaknya sampai Bian lebih dewasa.

Menimbang kondisi Bian yang belum sepenuhnya normal membuat Vivy tidak yakin untuk memiliki anak. Vivy takut suaminya belum siap, dan anaknya tidak akan mendapatkan kasih sayang yang seharusnya, selain itu Vivy juga takut tidak bisa membagi perhatian dan kasih sayangnya secara adil untuk anak dan suaminya.

"Bian mau punya dedek bayi? " Ucapan polos Bian menyadarkan Vivy dari lamunannya, bahkan disaat menerima kabar seperti ini pun pria itu tidak terlihat seperti calon ayah.

Vivy mengangguk dengan senyum getir, "Bian seneng? " Tanyanya sambil mengusap pelan puncak kepala Bian.

Mendapat anggukan Bian membuat beban di hati Vivy sedikit terangkat, setidaknya suaminya senang dengan berita kehamilannya, untuk kedepannya akan dia pikirkan saat masanya tiba.

"Apa ada pantangan atau anjuran selama masa kehamilan saya? " Bagaimanapun yang ada di dalam perutnya adalah miliknya dan Bian, jadi Vivy tidak berniat untuk mengabaikannya.

"Saran saya jangan terlalu lelah dan selalu makan makanan yang sehat, selain itu harus diiringi dengan vitamin dan susu ibu hamil agar janinnya semakin kuat "

Setelah berterima kasih dan menerima resep Vitamin untuknya dan obat pereda mual untuk Bian, Vivy berlalu dari sana dan menuju mobilnya bersama Bian.

"Ivy, di sini beneran ada dedek bayi? " Setelah memasuki mobil, Bian meletakkan tangannya di atas perut Vivy sambil menatap tanya istrinya.

Vivy tersenyum lalu mengangguk.

"Dedek jangan makan ya? jangan nyusahin mommy " Ucap Bian didepan perut Vivy, seakan mengajak bicara calon anaknya.

Senyum hangat tersungging di bibir Vivy, biarlah apa yang akan terjadi nanti, yang pasti sekarang ia akan menjaga calon buah hatinya sepenuh hati.

"Hihihi Bian mau punya dedek bayi " Pria itu terkikik geli dengan apa yang baru saja dilakukannya. Vivy pun dibuat terkekeh melihat tingkah manis suaminya yang mencoba berinteraksi dengan calon anak mereka.

He is Mine (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang