60

1K 60 6
                                    

Siang harinya, Jacob langsung ke rumah sakit setelah tiba di Jakarta. Kedatangannya bertepatan dengan teman Vivy dan Bian yang juga berkunjung ke rumah sakit, mereka kesana sepulang dari sekolah. Jadi ruangan Vivy kini telah di isi oleh lebih dari 5 orang.

Retta dan Varo sendiri sudah pergi sejak tadi, jadi jacob yang merasa sebagai satu-satunya orang tua di sana hanya menggendong cicitnya sebentar lalu pulang dengan alasan beristirahat setelah perjalanan jauh.

Kini hanya tinggal Vella, Rey, Alvin, Rean dan Doni yang masih tinggal.

"Gak nyangka gue, kita masih jomblo Lo udah punya anak aja " Celetuk Doni tiba-tiba, tentunya hanya saat bersama kedua temannya, karena jika ada Vivy dia tidak akan seberani itu.

Bian, Rean dan Doni sedang duduk santai di sofa, sedangkan Baby Alexa sedang di rebutkan oleh Alvin dan Vella, Vivy sendiri hanya menonton bersama Rey tanpa mencegah mereka berdua.

"Makanya cari cewek, enak tau kalau udah nikah " Ejek Bian kepada kedua temannya yang sampai sekarang masih jomblo.

"Mentang-mentang lo ya? " Rean menonyor kepala Bian dengan kepalan tangannya, namun sangat pelan karena dia hanya bercanda.

"Lo mah enak, dapetnya yang kayak Kak Vivy, lah kalo gue yang nikah, mau makan apa istri gue? "

Bian terkekeh, benar juga apa yang dikatakan Doni, dia memang beruntung karena menikah dengan Vivy, bayangkan saja jika dia menikahi orang lain, masa iya mau di kasih makan pake uangnya Ayah sama Bunda, kan gak mungkin. Soalnya kalo pake uangnya Bian, Bian kan belum kerja, cuma beberapa kali ke kantor ayahnya untuk belajar, bukan benar-benar bekerja.

"Tuh kan, nangis!! " Sentak Vella saat bayi dalam gendongannya menangis, mungkin karena sedari tadi dipindah-pindah antara gendongan Vella dan Alvin.

"Kok aku sih?! Kakak tuh, gamau ngalah, aku kan mau gendong keponakan aku! " Balas Alvin tak mau kalah.

"Kan bisa gantian?! "

"Kenapa gak kakak aja?! "

Pertengkaran mereka terus berlanjut membuat perhatian semua orang di ruangan berpusat pada mereka. Namun suara tangis Alexa yang semakin keras menyadarkan keduanya untuk berhenti.

"Ututu, ponakannya aunty jangan nangis dong?? " Vella mencoba menenangkan bayi dalam gendongannya, tapi tangisannya tak kunjung berhenti.

"Vy... gimana nih, gamau diem? " Tanya Vella yang telah pasrah karena tidak bisa menenangkan Alexa.

"Sini gue coba, padahal dari tadi gak nangis sama sekali dia, Lo sih? " Vivy menyalahkan Vella, karena memang begitu kenyataannya. Alexa tidak menangis sedari pagi, namun kini malah menangis sangat keras gara-gara di perebutan sahabat dan adiknya.

Vivy mengambil alih Alexa ke dalam gendongannya, namun bayi kecil itu tak kunjung meredakan tangisnya, membuat semua orang panik karena di antara mereka tidak ada yang pernah berurusan dengan bayi sama sekali.

Yang paling panik adalah sang pelaku yang menyebabkan Alexa menangis, yaitu Vella dan Alvin.

"Sini biar sama Bian " Bian mendekati ranjang dan meminta Vivy menyerahkan Alexa kepadanya.

Semua orang hampir menjatuhkan rahangnya melihat bayi kecil itu langsung menghentikan tangisnya setelah berada dalam gendongan Bian. Vella dan Vivy bahkan tidak bisa meredakan tangis Alexa setelah beberapa menit menenangkannya, tapi Bian bisa langsung membuatkannya diam hanya dengan menggendongnya.

Bian sendiri kaget melihatnya, dia tidak menyangka kalau anaknya akan langsung terdiam setelah dia gendong.

"Fiks, Lo bapaknya " Celetuk Alvin tiba-tiba setelah sadar dari keterkejutannya.

He is Mine (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang