Para petinggi perusahaan menyambut hangat kedatangan Vivy, mereka berdiri dan menunduk hormat menunggu pemimpin mereka untuk duduk.
Vivy duduk di kursi utama lalu menyuruh Bian duduk di sampingnya.
(Acaranya di skip aja yah, kelamaan☺☺)
Setelah menyelesaikan acara utama, seluruh tamu undangan dipersilahkan untuk makan atau sekedar mengobrol dengan sesama tamu.
Acara seperti ini biasanya digunakan untuk menambah relasi yang akan menguntungkan perusahaan, jadi tidak aneh lagi kalau Vivy dikelilingi oleh banyak pengusaha sukses yang menginginkan kerja sama dengannya.
Para penjilat itu seakan tak mau menyingkir padahal Vivy sudah menunjukkan raut tak suka dengan kehadiran mereka.
Biasanya Vivy tidak terlalu keberatan dengan kehadiran orang-orang seperti ini, karena beberapa kadang juga berhasil menarik minatnya untuk bekerja sama. Namun kali ini berbeda, ia yakin Bian tidak nyaman dengan kehadiran orang-orang ini, jadi Vivy memutuskan untuk menjauhkan kerumunan itu dari suaminya.
"Tunggu sebentar " Ucap Vivy datar pada beberapa pria paruh baya di depannya. Setelah itu menoleh ke samping untuk menatap Bian.
"Bian makan dulu ya, kan tadi belum makan malam, Ivy mau kesana dulu bentar " Senyum kecil mengiringi ucapan lembut Vivy.
Mendapat anggukan dari Bian, Vivy secara pribadi menyuruh pelayan mengambilkan makanan favorit suami kecilnya, baru setelah itu agak menjauh dari sana untuk meladeni beberapa penjilat itu.
"Eh, Lo Bian kan? " Tak lama setelah Vivy menjauh darinya, Bian mendapati seorang pria seumurannya mendekat dan duduk di sebelahnya.
"Iya? " Alis Bian terangkat, ia tidak merasa mengenal pria itu sebelumnya.
"Gue Alvin, kita satu sekolah " Pria yang menyebut dirinya Alvin itu mengulurkan tangannya saat memperkenalkan diri, dan di balas canggung oleh Bian.
"Oh, iya " Bian bingung harus berkata apa, ia tidak bisa bersosialisasi dengan orang yang baru ia kenal, jadi ia kembali melanjutkan makannya yang tertunda.
Selain itu, tujuan pria itu menyapanya juga tidak jelas, setelah memperkenalkan dirinya, tidak ada lagi percakapan antara keduanya.
Bian tidak menyadari, jika pria di sampingnya tersenyum miring saat ia meminum jus stroberi yang tadi disiapkan bersama makan malamnya.
Beberapa menit kemudian, Bian telah menyelesaikan makannya bertepatan dengan Vivy yang sudah kembali ke meja mereka, sedangkan Alvin sudah pergi entah kemana, tepat sebelum Vivy datang.
Tiba-tiba saja, Bian merasa ada yang aneh dengan tubuhnya, padahal AC di ruangan itu sudah dinyalakan, tapi mengapa tubuhnya panas?
Ia membuka jas yang dikenakannya lalu meletakkannya di meja, namun rasanya masih panas, jadi ia melepas 2 kancing teratas kemejanya.
Di samping itu, Vivy juga merasakan keanehan pada suaminya, wajahnya memerah, dan tingkahnya seolah sedang kepanasan, padahal ruangan ini sangat dingin.
"Bian kenapa, hm? " Tanya Vivy memastikan, sembari mengusap sisi wajah Bian.
"Panas... " Rengek Bian pelan, agar tidak ada yang mendengarnya selain Vivy
"Mau ke kamar aja? " Vivy menawarkan, siapa tau Bian lebih nyaman jika meninggalkan keramaian disana.
"Emang pestanya udah selesai? "
"Ayo ikut Ivy " Vivy menarik tangan Bian dan mengajaknya ke lantai paling atas, presidential suite.
Tentang pesta yang sedang berlangsung, Vivy tidak peduli, lagipula acara utamanya sudah selesai, jadi ia lebih memilih mengutamakan kenyamanan bayi kecilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Mine (END)
FanfictionWARNING!! cerita GXB Bagi yang ga suka cowok manja, skip ___... ___... ___... ___ "Mana ada cowok yang persis sama imajinasi lo, kalo pun ada pasti maunya sama yang sejenis" "Liat aja nanti" senyum miring tersungging di bibirnya. ___...___ Vianni g...