Keesokan paginya, Vivy bangun terlebih dulu dari pada Bian, dia melihat suaminya yang tertidur pulas di sampingnya dan tidak mempunyai niatan membangunkannya.
Lama menatap pria manisnya, tatapannya teralihkan oleh pintu ruangan yang terbuka, menampilkan Ayah dan Bundanya.
"Loh, Bian masih tidur? " Kaget Retta mendapati anaknya tertidur di samping menantunya.
"Iya Bun, biarin aja dulu, kasian udah nungguin Vivy dari kemarin " Ucap Vivy tersenyum lembut ke arah Bundanya.
"Emang kamu gapapa kayak gitu? " Tanya Retta khawatir, pasalnya ranjang yang mereka tiduri tidak selebar di rumah, dan dia takut Vivy tidak nyaman dengan posisi itu, apalagi menantunya baru saja melahirkan.
"Gapapa Bun, udah dari kemarin juga kayak gini, kasian kalo di bangunin "
"Udah Bun, biarin aja, Vivy nya juga gak keberatan " Ucap Varo saat Retta hendak membantah ucapan Vivy, mendengarnya membuat Retta menurut dan menarik ucapannya yang hendak keluar.
"Cucu Bunda belum bangun Vy? " Tanya Retta mengubah topik, dia berjalan menuju box bayi yang berada di sisi ruangan dan melihat si kecil yang masih tertidur.
"Belum Bun, dari kemarin nyenyak banget tidurnya " Ucap Vivy terkekeh, mengingat bagaimana anaknya tertidur kemarin malam.
"Pinter banget cucu Oma " Retta mencubit pelan pipi cucunya membuat bayi mungil itu terbangun.
Mata kecilnya mengerjap lucu seakan menyesuaikan diri dengan sekitar, namun tidak ada suara tangis yang keluar seperti kebanyakan bayi saat tidurnya terganggu.
"Ah, gak sengaja kebangun! " Pekik Retta seakan benar-benar tak sengaja membangunkan cucunya, padahal dia melakukannya dengan sengaja karena ingin bermain dengan si kecil.
Mengetahui kejahilan istrinya, Varo menghampiri Retta dan mengusak rambutnya membuat sang istri merengut karena rambutnya berantakan.
"Kok gak nangis ya? " Heran Varo melihat cucunya yang tengah melihat mereka berdua dengan mata berbinar seakan baru menemukan sesuatu yang menarik, dan tidak terdengar suara tangis sedikitpun sejak dia terbangun.
"Bunda ajak main ya Vy? kan belum waktunya minum asi " Ucap Retta meminta izin kepada ibu dari cucunya.
"Terserah Bunda aja "
"Jangan aneh-aneh loh Bun, masih kecil banget dia " Ucap Varo memperingatkan, dia ingat kalau waktu Bian masih bayi dulu, istrinya sering memperlakukan Bian seakan anaknya sudah bisa berjalan, jadi dia khawatir akan terjadi sesuatu pada cucunya yang baru lahir.
"Iya Yah, tenang aja " Retta pun membawa si kecil untuk berjemur di taman rumah sakit, karena cahaya matahari pagi sangat baik untuk bayi.
"Ayah udah ngabarin kakek kamu " Varo memecah keheningan setelah kepergian Retta dari sana.
"Ya ampun, Vivy sampai lupa gak ngabarin mereka, makasih ya Yah udah ngabarin kakek " Vivy mengekspresikan keterkejutannya karena lupa mengabari sang kakek, lalu mengucapkan terima kasih yang tulus kepada ayah mertuanya.
"Eunghh " Terdengar suara lenguhan dari mulut Bian yang sedikit terbuka, di lanjut kelopak matanya yang perlahan terbuka.
"Udah bangun anak ayah? " Varo menghampiri Bian dan mengusap kepalanya.
"Eh, Ayah? " Bian langsung terlonjak dan mendudukkan dirinya saat menyadari kehadiran sang Ayah.
"Nyenyak tidurnya? "
Mendengar nada ejekan ayahnya, Bian hanya mencebikkan bibir sebagai respon. Wajar saja kalau dia telat bangun, karena biasanya Bian selalu tidur tepat waktu, tapi kemarin malam dia baru tidur saat lewat tengah malam.
"Bunda mana, Yah? " Tanya Bian beberapa saat kemudian.
"Di taman mungkin, berjemur sama si kecil "
Mereka pun mengobrol sampai jarum jam menunjukkan pukul 8, karena setelahnya Retta datang dan mengatakan kalau sudah waktunya si kecil di beri asi.
Retta dan Varo akan membeli sarapan untuk mereka semua karena sebelum berangkat kesini belum ada yang sarapan.
"Bian? " Panggil Vivy sesaat setelah menyusui anaknya.
"Kenapa Vy? Butuh sesuatu? "
"Nggak, cuma mau nanya aja "
Bian menaikkan alisnya bertanya.
"Bian udah punya nama buat si kecil? "
"Ivy mau Bian yang kasih nama? " Tanya Bian antusias, dia memang sudah menyiapkan sebuah nama untuk putrinya, tapi dia merasa Vivy lebih berhak memberinya nama setelah perjuangannya melahirkan sang buah hati.
"Iya " Jawab Vivy sambil tersenyum lembut.
"Zeva Alexa Kalandra " Bian menyebutkan nama anaknya dengan bangga.
"Pake nama belakangnya Ivy? " Tanya Vivy setelah mendengar Bian menyebutkan nama untuk anak mereka.
Meskipun dia yang mendominasi hubungan rumah tangga mereka, dia mengira jika Bian akan memberikan nama Arvaska yang merupakan nama keluarganya sebagai nama belakang anaknya. Ternyata Bian malah menggunakan nama Kalandra sebagai nama belakang putri mereka.
"Iya, Bian pengen dia kayak Ivy " Jawab Bian dengan cengirannya.
"Baby dengar kan? Daddy udah kasih nama buat kamu " Vivy berbicara pada bayi kecilnya yang kini telah di beri nama Alexa oleh Daddynya.
Seakan mengerti dengan perkataan Vivy, Baby Alexa menatap orang tuanya sambil tersenyum.
*******
Maaf yaaaa up kali ini dikit banget, soalnya aku kemarin lembur, jadi gak bisa nulis banyak, ini aja nyempet-nyempetin nulis seadanya🥺🥺
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Mine (END)
FanfictionWARNING!! cerita GXB Bagi yang ga suka cowok manja, skip ___... ___... ___... ___ "Mana ada cowok yang persis sama imajinasi lo, kalo pun ada pasti maunya sama yang sejenis" "Liat aja nanti" senyum miring tersungging di bibirnya. ___...___ Vianni g...