Tahap demi tahap acara telah di lalui dengan lancar, kini Vivy sudah berada diluar gedung Kalandra dan berjalan menuju mobilnya. Sebenarnya ia ingin pulang bersama Bian, tapi sepertinya situasi sedang tidak memungkinkan, karena area Kalandra masih sangat ramai setelah berakhirnya acara.
Vivy tadi sudah menyuruh salah satu sopirnya untuk menjemput Bian, jadi sudah ada mobil yang stand by di depan sekolah.
Setelah memasuki mobilnya, Vivy mengirim pesan kepada Bian untuk memberitahunya jika sudah ada yang menjemputnya didepan sekolah, agar pria itu tidak bingung nantinya.
Setelah mengirim pesan singkat itu, Vivy melakukan mobilnya menuju ke mansion. Gadis itu sedang malas untuk bekerja, lagipula asistennya sudah mengurus semuanya dengan baik, jadi ia akan menunggu kepulangan Bian saja.
///////
"Bian, gue ga nyangka deh kita yang bakal kepilih" Rina memeluk Bian saking senangnya, kini mereka berada dibelakang panggung setelah menerima ucapan selamat dari teman-temannya.
Bian hanya meresponnya dengan senyuman, karena jujur ia sendiri tidak menyangka bahwa dirinyalah yang terpilih.
"Lo pulangnya gimana? bareng gue yuk? " Ajak Rina semangat. Sudah sering gadis itu mengajak Bian untuk pulang bersamanya, namun Bian selalu menolak karena memang sudah ada sopir yang menjemputnya.
"Gue pulang sendiri aja" Tolak Bian secara halus, pria itu memang tidak enakan, jadi ia takut menyakiti perasaan Rina karena terus menolak ajakan gadis itu. Tapi mau bagaimana lagi, jika dulu orang tuanya yang melarangnya untuk di antar temannya, kini ada Vivy yang melarangnya untuk dekat dengan teman ceweknya.
"Yaudah deh, tapi bareng ke depan ya?? " Rina menggandeng tangan Bian setelah mendapat anggukan dari pria itu.
Setibanya di halaman depan, Bian yang sudah membaca pesan dari Vivy langsung berpamitan pada Rina dan mencari sopir Vivy yang katanya sudah stand by didepan sekolah.
"Tuan Bian ya" Tanya seorang pria paruh baya yang baru saja menghampiri Bian yang baru saja keluar dari gerbang.
"Iya? "
"Saya disuruh nona Vivy untuk menjemput tuan" Ucap pria paruh baya yang belum Bian kenal itu sopan.
Bian hanya mengangguk lalu mengikuti pria itu yang memberitahu dimana letak mobilnya.
Pria itu menuju mobil Audi R8 yang tidak terlalu mencolok diantara mobil-mobil lainnya. Vivy sengaja menyuruh sopirnya untuk membawa mobil yang paling murah di garasi agar tidak membongkar identitas Bian, jadi pria paruh baya itu tidak mempunyai pilihan lain selain membawa mobil itu.
Pria paruh baya itu membukakan pintu belakang untuk Bian, namun ditolak dengan alasan Bian ingin duduk di kursi depan karena tidak suka di belakang sendirian.
Pria itu hanya menurut dan membiarkan Bian melakukan apa yang ia mau.
Beberapa menit berada di jalan, akhirnya mobil yang ditumpangi Bian memasuki pekarangan mansionnya.
Bian segera turun setelah mobil berhenti, ia berlari ke dalam mansion tak sabar ingin menemui Vivy-nya, padahal belum tentu gadis itu langsung pulang setelah dari sekolahnya, namun Bian berharap gadis itu tidak bekerja dan serang ada di dalam.
Di saat yang sama, Vivy yang baru saja turun dari kamarnya mendapati Bian yang sedang berlari memasuki mansion.
Pria itu berbinar saat melihat dirinya, Vivy segera turun untuk menghampiri Bian yang terlihat senang itu.
Begitu jarak mereka terkikis, Bian langsung melemparkan dirinya yang langsung ditangkap oleh Vivy. Pria itu memeluk tubuh Vivy erat melampiaskan kebahagiaannya, sampai tidak sadar jika kedua kakinya juga melingkari tubuh gadis itu. Kini ia sepenuhnya berada dalam gendongan Vivy.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Mine (END)
Fiksi PenggemarWARNING!! cerita GXB Bagi yang ga suka cowok manja, skip ___... ___... ___... ___ "Mana ada cowok yang persis sama imajinasi lo, kalo pun ada pasti maunya sama yang sejenis" "Liat aja nanti" senyum miring tersungging di bibirnya. ___...___ Vianni g...