44

1.1K 67 0
                                    

"Silahkan Nona, Tuan muda " Bibi meletakkan 2 gelas susu di meja yang berada di depan kedua majikannya. Mereka sedang menonton TV di ruang tengah sejak tadi sore hingga kini menjelang petang.

Sejak mengetahui bahwa dirinya hamil, Vivy tidak lagi menyiapkan kebutuhan-kebutuhan Bian seperti biasanya, bukannya tak mau, tapi Bian melarangnya dan meminta Bibi yang melakukannya. Bian sadar jika tanpa menyiapkan kebutuhannya saja Vivy sudah kerepotan karena menuruti keinginannya yang sering tidak masuk akal, jadi hanya hal itu yang bisa dia lakukan agar mengurangi beban Vivy.

Baru saja di bicarakan, lagi-lagi Bian tiba-tiba menginginkan sesuatu yang berada di luar nalar.

Tangannya terulur untuk mengambil susu stoberi nya setelah Vivy mengambil susu ibu hamil miliknya, namun ia masih bimbang apakah harus mengatakan keinginannya atau tidak, karena yang di inginkannya saat ini sangatlah aneh.

"Di minum dulu, nanti dingin " Ucap Vivy menegur karena Bian hanya melihat susu stroberi nya tanpa meminumnya.

"Eh? " Bian yang baru tersadar dari lamunannya langsung meminum susunya lalu meletakkan gelasnya kembali ke meja. Setelah itu barulah dirinnya menempel kepada Vivy seperti kucing yang minta di belai pemiliknya.

"Bian mau sesuatu? " Bukankah gadis itu sangat peka, dengan bertingkah seperti itu saja sudah bisa ditebak bahwa Bian menginginkan sesuatu.

"Hum " Bian mengangguk semangat namun belum mengatakan keinginannya.

"Mau apa? "

Bian terlihat ragu untuk mengatakannya atau tidak, takutnya Vivy akan menolaknya, jika begitu Bian lebih memilih untuk tidak mengatakannya, toh buat apa kalau tidak dituruti, mood nya akan rusak jika sudah terlanjur meminta namun di tolak mentah-mentah oleh istrinya.

"Kalo ga bilang, Ivy gak tau Bian mau apa " Tatapannya yang teduh di sertai usapan pada puncak kepala Bian, namun pria itu masih tidak yakin untuk mengatakannya.

"Ivy usahain sebisa mungkin " Seakan mengerti kebimbangan Bian, Vivy mencoba membujuk agar Bian mengatakannya, karena dia juga tidak mau kalau nanti anaknya ileran jika kemauannya tidak dituruti.

Setelah beberapa saat mempertimbangkan, Bian memutuskan untuk mengungkapkan permintaannya.

"Bian pengen ngerampok kantornya Ivy, tapi Ivy gak boleh bilang siapa-siapa " Ucapnya lirih.

"Hah?! " Sepertinya Vivy mengalami masalah pendengaran pada telinganya, mana mungkin anaknya mau ngerampok kan?

"Bisa di ulangi lagi? " Vivy meminta Bian untuk mengulangi perkataannya, maka Bian langsung mengulang apa yang baru saja di ucapkannya.

"Maksudnya gimana sih, Ivy gak paham? " Vivy memilih keningnya mendengar permintaan Bian yang sangat di luar nalar, mana ada orang ngidam mau ngerampok.

Bian pun menjelaskan bahwa dia ingin seperti yang ada di film-film, masuk ke dalam perusahaan sambil menggunakan topeng dan memegang pisau untuk mengancam semua orang agar memberikan rahasia perusahaan.

"Ivy, boleh yaa?? " Pintanya memelas, matanya sudah seperti anjing yang meminta tulang, tangannya pun bergelayut manja di lengan Vivy.

Vivy terlihat seperti tengah memikirkan permintaan Bian barusan, tapi bukan Vivy namanya jika menolak permintaan suami kecilnya.

Dan kalian tau sendiri apa yang terjadi selanjutnya.

(Sesuai imajinasi masing-masing yh, Author sendiri bingung gimana caranya nyeritain perampokan Bian di kantornya Vivy, Absurd bangett pasti😄)

///////

"Vy... Bian capek banget " Vivy hanya menghela napas pasrah mendengar keluhan suaminya. Mereka baru saja pulang dari kantor Vivy setelah melakukan 'perampokan' disana.

He is Mine (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang