45

1K 64 0
                                    

"Bian mau nen boleh? " Ucap Bian dengan raut polosnya.

"Hah?! " Vivy terkejut mendengar ucapan Bian barusan, wajahnya seketika merah karena malu.

"A-apa? " Tanyanya memastikan bahwa pendengarannya tidak salah.

"Ihh Ivy pura-pura gak denger ya? " Bian mengerucut kan bibirnya kesal, kerana menurutnya ucapannya sudah cukup jelas tadi.

"Bian beneran? " Pria itu mengangguk menegaskan permintaannya.

Perlahan Vivy melepaskan tali yang mengikat bathrobe nya, menampilkan tubuh bagian depannya yang tak tertutup apapun. Meskipun telah melakukan yang lebih dari ini, tapi rasanya masih sangat malu jika bagian pribadinya di lihat oleh Bian.

Tanpa menunda lagi, Bian langsung meraup puting Vivy yang ada di depannya, Ia seperti bayi baru lahir yang pertama kali di beri Asi.

Vivy merasakan tubuhnya meremang begitu asetnya bersentuhan dengan lidah Bian, ia berusaha menahan hasratnya agar tidak melakukan hal yang lebih dari ini, karena bagaimanapun melakukan hubungan suami istri di awal kehamilan tidak baik bagi janin.

Entah sampai kapan Bian melakukan itu padanya, Vivy tidak mengingatnya karena tertidur duluan tadi malam.

Pagi ini Vivy lebih dulu terbangun dengan posisi kepala Bian di atas dadanya. Tangannya menyingkap selimut yang menutupi keduanya dan terkejut saat melihat bathrobe yang tadi malam menutupi tubuh Bian kini telah hilang entah kemana. Buru-buru ia mengembalikan selimut yang menutupi tubuh mereka, sebelum ada hal-hal yang tak di inginkan terjadi.

"Eungghh " Bian melenguh pelan sebelum kelopak matanya terbuka perlahan.

Sadar bahwa mulutnya masih menempel pada bagian yang menonjol di dada Vivy, Bian segera melepaskannya dan menjauhkan wajahnya dari sana.

"Malu, hm? " Goda Vivy melihat Bian menutup wajahnya dengan selimut. Vivy yakin suaminya malu setelah meminta nenen padanya tadi malam.

"Ivy diem! " Vivy terkekeh mendengar pekikan Bian yang teredam selimut.

"Happy sweet seventeen, bunny " Ucap Vivy tepat di telinga Bian yang masih tertutup selimut.

Bian mengenyahkan rasa malunya dan membuka selimut yang menutupi wajahnya. Begitu selimutnya terbuka, Vivy langsung menyambar bibir merah muda di depannya dan melumatnya perlahan.

Vivy tersenyum setelah melepas ciumannya, Bian masih ngos-ngosan setelah ciuman yang diberikan Vivy barusan, dia tadi masih belum siap, jadi dia kehabisan napas saat bibir Vivy tak kunjung terlepas dari bibirnya.

"Bian gak lupa kan kalo sekarang ulang tahunnya Bian? "

"Nggak kok, makasih udah ngucapin "

"Nanti jangan lupa Doni sama Rean ajak kesini aga sorean "

"Oke "

Pesta yang disiapkan oleh Vivy akan diselenggarakan nanti malam, namun ia berniat memberitahu orang terdekat yang tentang kehamilannya sebelum pesta dimulai, jadi nanti sore adalah waktu yang tepat untuk melakukannya.

Untuk Retta dan Varo, mereka sudah pulang kemarin sore, sengaja untuk merayakan ulang tahun Bian hari ini. Sedangkan kakek Vivy dan Alvin akan datang nanti siang, langsung ke rumah yang dulunya di tempati oleh orang tua Vivy, baru setelah itu ke tempat Vivy sore harinya.

"Sekarang bangun trus siap-siap ke sekolah "

.

.

.

"Semangat belajarnya, jangan tidur terus " Vivy mengusap puncak kepala Bian setelah menghentikan mobilnya di depan gerbang sekolah Bian.

Beberapa hari ini Vivy mendapat laporan dari salah bawahannya yang ditugaskan untuk menjaga Bian, dia bilang Bian lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah dengan tidur dan jarang memperhatikan pelajaran.

Sebenarnya Vivy tidak masalah dengan hal itu, karena dia tidak pernah menuntut Bian untuk melakukan sesuatu yang tidak di sukainya, hanya saja Bian sendiri yang memaksa untuk sekolah walaupun tubuhnya lemas setelah mengalami morning sickness, jadi dia hanya ingin Bian mengetahui batas tubuhnya sendiri.

Kalau memang tidak kuat ya tidak usah sekolah, tidak usah memaksakan hingga tidur di sekolah, bukankah kasur di kamarnya lebih nyaman dari pada meja yang keras.

"Nggak ah, males " Sahut Bian enteng, dihadiahi cubitan di hidungnya oleh Vivy.

"Pemalas banget sih suaminya Ivy " Ucap Vivy seraya memainkan pipi Bian gemas setelah mencubit hidung suaminya.

"Ivy sakit... " Rengek Bian agar Vivy melepaskan pipinya yang mulai memerah.

"Iya iyaaa " Kali ini Vivy mengecup singkat bibir Bian setelah menjauhkan tangannya.

"Bian turun dulu ya, keburu telat "

"Cium dulu " Vivy mendekatkan pipinya ke arah Bian, dan langsung di hadiahi beberapa kecupan dari bibir pria itu.

Setelah Vivy membalas mencium pipinya, Bian segera turun dan berjalan menuju kelasnya. Di sana sudah ada kedua temannya yang sedang mengobrol karena bel masuk memang belum berbunyi, jadi Rean belum kembali ke kelasnya.

"Eh Bian? SUT bro " Ucap Doni yang pertama kali melihat kedatangan Bian.

"SUT apaan? " Tanya Rean heran mendengar ucapan Doni.

"Selamat ulang tahun, goblok! gitu aja gak tau " Rean menonyor kepala Doni dengan kepalan tangannya karena telah mengatainya goblok, dan di balas pelototan tak terima oleh pria itu.

"Eh, jangan berantem kenapa sih? Masih pagi juga " Bian melerai kedua temannya yang sepertinya hendak bertengkar karena hal sepele barusan.

"Lagian tuh orang pagi-pagi bikin emosi " Doni menunjuk Rean dan dibalas dengusan tak suka oleh Rean.

"Oh iya, HBD Bi " Kali ini Rean yang mengucapkan.

"Makasih temen-temen, jangan lupa ya nanti dateng " Bian mengingatkan temannya untuk datang ke acaranya nanti.

"Pasti dong, kita udah dapet undangannya kok "

"Btw tumben ultah lo di rayain, emm... biasanya kan nggak " Ucap Rean pelan takut menyinggung temannya itu.

"Sebenernya aku juga gak terlalu pengen ada pesta-pesta kayak gitu, Kak Vivy yang pengen ngerayain, jadi yaa aku nurut aja "

"Wajar sih, istri lo kan kaya banget, gak mungkin lah sweet seventeen lo gak di rayain, malah aneh kalo nggak ada pesta " Ucap Doni setelah berpikir sesaat.

"Kalo boleh tau siapa aja yang di undang? " Tanya Rean penasaran, pasalnya alamat pesta yang tertulis pada undangan yang dikirimkan ke rumahnya bertempat di hotel terbesar Kalandra, dan di sana terlalu besar jika hanya untuk pesta ulang tahun, apalagi setahunya teman Bian tidaklah banyak.

"Nggak tau juga ya, Kak Vivy cuma bilang mau ngundang temen sekolahnya Bian, gak tau siapa aja "

"Jangan bilang satu sekolah di undang semua?! " Tanya Doni terkejut dengan pemikirannya sendiri.

Kalandra Senior High School merupakan SMA terbaik dan terbesar di Jakarta, dan seluruh siswa-siswi nya jika dihitung tidak kurang dari 3000 orang mulai dari kelas 10 sampai kelas 12,tidak mungkin kan kalau Vivy mengundang semuanya hanya untuk merayakan ulang tahun Bian.

"Eh, nggak tau ya, udah deh, nggak usah bahas itu, liat nanti aja " Bian sendiri akan sangat terkejut jika Vivy mengundang orang sebanyak itu untuk merayakan ulang tahunnya, meskipun bagi Vivy jumlah itu pasti sedikit jika dibandingkan beberapa tamu yang datang untuk acara yang di adakannya.

"Kalian datengnya nanti sore ya? " Lanjut Bian sebelum Doni dan Rean berkata apa-apa.

"Ngapain? kan acaranya malem? " Doni menaikkan sebelah alisnya heran, gak mungkin kan kalau mereka datang sore untuk bantu-bantu persiapan pesta, secara Vivy uangnya banyak, tinggal ngucapin beberapa kata, jadi deh pestanya.

"Mau kumpul-kumpul aja, nanti ada kak Vella sama bang Rey juga kok "

"Emm oke deh "

He is Mine (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang