46

962 57 2
                                    

Baru saja memasuki ballroom hotel, matanya sudah di manjakan dengan pernak-pernik pesta yang menghiasi seluruh ruangan. Menurutnya terlalu berlebihan untuk ukuran pesta ulang tahun, apalagi ini adalah perayaan ulang tahunnya yang pertama dengan orang luar, jadi dia belum terbiasa.

Meskipun terlahir dengan sendok emas di mulutnya, Bian terbiasa menjalani kehidupan sederhana, terlebih saat di depan umum, jadi ini terlalu melenceng dari gaya hidupnya.

"Apa gak terlalu berlebihan Vy? " Tanya Bian setelah berjalan beberapa langkah dari pintu masuk.

Vivy menoleh ke arah Bian tanpa menghentikan langkahnya "Nggak kok, sekarang kita kesana, semuanya udah nunggu " Vivy menarik tangan Bian menuju salah satu sudut yang sudah disiapkan untuk mereka berkumpul.

Begitu Vivy tiba di sana dengan Bian di sampingnya, seluruh pasang mata yang mengelilingi meja panjang itu seketika melihat mereka.

"Ayah! Bunda! " Seru Bian yang langsung berlari menghampiri kedua orang tuanya yang sangat dirindukannya.

Varo dan Retta berdiri dari duduknya dan memeluk putra semata wayang mereka, jejak kerinduan terpancar di wajah kedua paruh baya itu.

"Bian kangen! "

"Iyaa Bunda juga kangen Bian " Ucap Retta sembari mengusap surai hitam Bian.

"Anak ayah sehat? " Tanya Varo setelah pelukan mereka terlepas, dan di balas anggukan semangat oleh Bian. Retta dan Varo tersenyum lega melihatnya.

Di sisi lain, Vivy yang menyaksikan momen haru antara suami dan mertuanya, tiba-tiba merasakan  telinganya panas dikarenakan ada yang menjewernya.

Baru saja hendak mengamuk dan memarahi sang pelaku, ternyata yang berada di sampingnya adalah kakek tersayangnya, tidak jadi deh.

"Kenapa? mau marah?! dasar anak nakal! " Jacob mendelikkan matanya saat Vivy menoleh ke arahnya dengan wajah garang.

"Eh, nggak kok, siapa juga yang mau marah, lepasin dong kek? " Vivy berucap datar, namun juga sedikit kesal, bisa-bisanya telinganya di jewer seperti anak kecil di hadapan banyak orang, mana ada mertuanya pula, mau di taruh di mana mukanya.

"Ini hukuman! Siapa suruh menunda-nunda kedatangan ku ke sini?! " Meskipun berkata begitu,  Jacob melepaskan tangannya pada telinga Vivy yang sudah memerah.

"Maafin Vivy deh " Vivy mencoba melembutkan suaranya untuk membujuk kakeknya agar tidak marah, bisa bahaya kalau pria tua itu tidak memaafkannya, siapa yang akan membantunya mengurus Kalandra untuk kedepannya, kan Vivy butuh banyak waktu luang buat manjain suaminya.

"Kali ini kakek maafkan " Ucap kakeknya membuat seutas senyum tersungging di bibir Vivy.

"Sayang deh sama kakek "

Semua yang hadir di sana hanya menonton kejadian di depan mereka tanpa menyela, lumayan kan, drama gratis hehe.

"Terima kasih kalian sudah dateng ke sini, saya ingin mengumumkan sesuatu " Ucap Vivy setelah semua orang duduk di tempatnya masing-masing, di antaranya ada Retta, Varo, Jacob, Alvin, Doni, Rean, Vella dan Rey. Dia sengaja menggunakan bahasa formal karena ada kakek dan mertuanya yang lebih tua darinya.

Mereka semua mengangguk sebagai respon ucapan Vivy.

"Emm Saya mau memberi tahu kalau saya sedang hamil " Ucap Vivy sambil melirik beberapa orang di depannya.

"HAH?! " Sentak mereka serempak, tak ada yang tak terkejut dengan apa yang baru saja di katakan Vivy.

"Ka-kamu hamil? " Retta yang pertama sadar dari keterkejutannya langsung menghampiri Vivy, karena ada jarak di antara teman duduk mereka.

He is Mine (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang