Kalau gak suka bab ini skip aja gapapa, tolong jangan komen buruk, oke?
*******
Setelah mengirim pesan kepada Vivy untuk menjemputnya, Bian memainkan hp nya sembari menunggu di kursi tunggu yang ada di depan sekolah.
Saking fokusnya menyelami media sosial, Bian sampai tidak sadar jika ada sebuah mobil berhenti di depannya dan ada orang yang menariknya masuk. Begitu sadar dari keterkejutannya Bian sudah berada di dalam mobil yang kini berisi 3 orang jika ditambah dirinya.
Bian terkejut melihat siapa yang ada di dalam mobil itu, wajah mereka tidak asing, dan Bian ingat sekali dimana bertemu kedua wanita itu.
Ya, mereka adalah Nindy dan Reva.
Begitu mengenali wajah orang yang membawanya, Bian merasa ada hal buruk yang akan terjadi. Namun belum sempat berteriak, mulutnya sudah di bungkam dengan sebuah kain yang sepertinya sudah di beri obat bius, karena tak lama kemudian kesadarannya mulai terenggut.
.
.
.
Di saat matanya kmbali terbuka, Bian mendapati dirinya berada di tempat asing yang mirip seperti, hotel?
Keningnya mengerut saat menyadari bahwa tempat itu memanglah sebuah kamar hotel.
"Udah bangun lo? " Sebuah suara di sebelahnya mengagetkan Bian yang memang tidak menyadari kehadiran orang itu saat membuka matanya tadi.
Bian menoleh untuk melihat Njndy dan Reva yang sedang duduk di sofa di sebelah ranjang.
"Mau apa kalian?! " Tanya Bian saat Nindy mulai beranjak mendekatinya. Bian yang tadinya berbaring kini mendudukkan dirinya, membuat selimut yang menutupi tubuhnya melorot dan memperlihatkan tubuh polosnya.
Menyadari ada sesuatu yang aneh, Bian mengintip ke dalam selimut dan melihat bahwa tidak ada sehelai benang pun menutupi tubuhnya selain selimut itu.
"Gausah pura-pura bodoh, lo pasti tau kita mau apa? kan itu emang keahlian lo? " Nindy duduk tepat di sebelah Bian dan menyusupkan tangannya ke bawah selimut.
Bian masih sangat terkejut dengan apa yang terjadi, sampai tangan laknat itu meremat pantatnya hingga membuatnya terlonjak.
Spontan Bian mendorong wanita itu agar menjauh darinya, dia menggenggam selimut yang menutupi tubuhnya sebagai pertahanan akhir.
Maskipun Bian seorang pria, dan yang menculiknya seorang wanita, namun tubuh Bian sangat lemah, apalagi jika harus menghadapi 2 orang yang sepertinya ingin membalas dendam padanya.
Merasa tidak terima di dorong oleh Bian, Nindy mendekat lagi dan menampar pria itu. Setelah itu menyuruh Reva memegangi Bian agar dia bisa memulai rencana mereka.
"Apa-apaan ini?! Lepas!! " Teriak Bian saat Reva mengunci kedua tangannya di belakang punggung.
"Diem lo, jalang! Ini semua karena lo udah sok berkuasa di hadapan kita! " Nindy menyibakkan selimut yang menutupi Bian hingga tubuh polosnya terekspos.
"Nggak! jangan mendekat! " Teriak Bian histeris, dia takut wanita itu akan macam-macam padanya, nggak, Bian gak mau.
"Sebenernya gue bisa aja ngelakuin ini waktu lo masih pingsan, cuma gue kasian sama lo, nanti lo gak bisa nikmatin juga " Nindy melebarkan kaki Bian secara paksa, meskipun Bian mencoba memberontak, tenaganya kalah dengan gadis itu.
"Nggak! Jangan, aku mohon! " Bian mulai mengeluarkan air mata saat melihat apa yang dilakukan Nindy.
"Tenang aja, bentar lagi istri tersayang lo bakal dateng kesini, kita cuma mau berbaik hati untuk memberitahu siapa suaminya sebenarnya " Ucap Nindy di iringi senyum kemenangan di bibirnya, dia memasukkan beberapa jarinya langsung ke dalam lubang belakang Bian tanpa peringatan.

KAMU SEDANG MEMBACA
He is Mine (END)
Hayran KurguWARNING!! cerita GXB Bagi yang ga suka cowok manja, skip ___... ___... ___... ___ "Mana ada cowok yang persis sama imajinasi lo, kalo pun ada pasti maunya sama yang sejenis" "Liat aja nanti" senyum miring tersungging di bibirnya. ___...___ Vianni g...