47

2K 109 0
                                    

"Vy!! " Vivy menolehkan kepalanya untuk melihat Bian yang tengah menuruni tangga sambil meneriakkan namanya.

Vivy mengerutkan keningnya melihat baju yang di kenakan Bian, sebuah kaos oblong berwarna biru langit dan celana panjang berwarna putih, tidak aneh memang, tapi bukan itu yang seharusnya dipakai saat akan ke sekolah.

"Kok gak pake seragam? " Tanya Vivy heran.

"Bian mau ikut Ivy ke kantor " Jawab Bian di sertai cengirannya.

"Loh? Ivy kan mau kuliah? " Kening Vivy berkerut samar, seingatnya ia tadi pagi memberi tahu Bian kalau hari ini dia akan menghadiri kelas, dan pastinya tidak akan ke Kalandra maupun Alzella.

Bian mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan Vivy " Tapi Bian pengen liat Ivy kerja " Tak bohong, dia memang menginginkannya.

Huh..

"Yaudah, kita ke kantor " Putus Vivy sebelum mengajak Bian keluar dan menuju mobilnya.

.
.
.

"Bukankah Nona akan ke kampus hari ini? " Tanya Zen yang terkejut melihat kedatangan presdirnya yang tiba-tiba. Biasanya Vivy akan mengabarinya dulu jika akan ke kantor, agar dia bisa menyiapkan hal-hal yang penting di hari itu.

"Atur kembali jadwalku hari ini, tapi jangan terlalu padat, karena aku harus menemani Bian " Sontak tatapan Zen beralih ke sebelah Vivy, dan dia baru menyadari jika ada Bian di sana.

"Baik nona " Ucapnya sedetik kemudian.

Begitu Zen meninggalkan ruangannya, Vivy mengajak Bian untuk duduk di sofa yang letaknya agak jauh dari meja kerjanya, namun saat dirinya hendak duduk di samping Bian, pria itu malah mengusirnya dan menyuruhnya untuk bekerja.

"Nggak mau ditemenin aja? " Tanya Vivy menaikkan kedua alisnya.

"Nggak! " Tolak Bian tegas sambil menggelengkan kepalanya. "Bian kan mau liat Ivy kerja " Lanjutnya.

"Yaudah, kalo butuh apa-apa bilang aja " Vivy pun berlalu menuju meja kerjanya dan mengerjakan beberapa file yang baru dikirim oleh Zen.

Bian memperhatikan Vivy yang tengah serius dengan senyuman tersungging di bibirnya. Mungkin anaknya ingin melihat ibunya bekerja, karena kalau Bian sendiri lebih suka manja-manjaan dengan Vivy dari pada melihatnya bekerja.

Setelah satu jam berlalu, Vivy telah tenggelam dalam pekerjaannya, namun Bian malah semakin tidak bisa diam karena mulai bosan, dia memainkan hp lalu mematikannya, menyalakannya lagi lalu mematikannya lagi, begitu terus sampai benar-benar bosan dan memutuskan untuk menghampiri Vivy.

Vivy yang tengah fokus ke layar di depannya terkejut karena ada yang memeluknya dari belakang, dia hendak marah karena ada yang berani menyentuhnya, namun urung karena melihat Bian yang melakukan itu. Karena terlalu fokus bekerja membuatnya lupa jika Bian sedang berada di ruangannya.

"Kenapa, hm? " Vivy melepas tangan Bian yang melingkari lehernya, lalu memutar kursinya ke samping agar bisa menatap suaminya.

Bian mengerucutkan bibirnya lalu duduk menyamping di pangkuan Vivy, tak lupa mengalungkan tangannya ke leher jenjang istrinya.

"Bosen " Ucap Bian lebih seperti menggerutu, padahal dia sendiri yang minta tadi.

"Kan tadi Bian sendiri yang pengen? " Vivy mencium hidung Bian gemas, namun kegiatannya ter interupsi karena pintu ruangannya di ketuk dari luar.

Bian segera berdiri dari pangkuan Vivy takut ada yang melihatnya, setelah itu pintu ruangan Vivy terbuka dan ternyata sekretarisnya yang mengetuk.

"Ada apa? " Tanya Vivy dingin, membuat wanita yang menjabat sebagai sekretarisnya merinding dibuatnya, belum terbiasa menghadapi langsung presdirnya karena Vivy memang jarang ke kantor.

He is Mine (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang