61

987 60 0
                                    

Sinar matahari pagi mengusik tidurnya, namun matanya terasa sangat berat untuk terbuka, mungkin karena terlalu lama menangis tadi malam.

Setelah menyesuaikan diri dengan cahaya yang masuk, Bian mulai membuka kelopak matanya. Tatapannya tertuju pada sebuah lengan yang melingkar di perutnya dari arah belakang.

Posisinya yang membelakangi pemilik lengan membuatnya tidak dapat melihat wajah orang itu, namun Bian tahu betul kalau yang memeluknya adalah Istrinya.

Mengingat kejadian semalam membuat wajah Bian kembali mendung, dia berusaha menyingkirkan lengan Vivy agar bisa bangun dan melakukan aktivitas paginya.

"Mau kemana? " Terdengar suara serak khas bangun tidur dari belakang tubuh Bian, dia bahkan belum sempat menyingkirkan lengan yang melingkari perutnya.

Keterdiaman Bian yang tidak menjawab pertanyaan Vivy memberitahu wanita itu jika suaminya mungkin masih marah atas masalah kemarin.

"Mau kemana, hm? " Ulang Vivy.

"Ma-mau mandi " Cicit Bian takut, entah kenapa pelukan yang biasanya membuatnya nyaman kini terasa menakutkan.

"Nggak boleh, dengerin Ivy dulu " Ucap Vivy tegas, tak ingin di bantah, membuat Bian berhenti memberontak untuk lepas dari Vivy.

"Ivy mau minta maaf, gak seharusnya Ivy bentak Bian kemarin " Ucap Vivy tulus, dia benar-benar menyesal telah membentak Bian kemarin, padahal Bian hanya ingin membantunya menenangkan Alexa yang sedang menangis.

"Bian salah, Bian ganggu Ivy " Bian menundukkan kepalanya tanpa menghadap Vivy.

"Nggak gitu maksud Ivy, Bian gak ganggu, Ivy cuma lagi capek kemarin, maaf karena ngelampiasin semuanya sama Bian " Vivy membalikkan tubuh Bian agar menghadap dirinya, tangannya menyentuh kedua sisi wajah Bian dan menatapnya lekat.

"Ivy gak seharusnya bentak Bian, maaf karena bikin Bian takut " Vivy ingat wajah ketakutan Bian setelah di bentak olehnya, padahal dia tau jika Bian-nya tidak bisa di kasari, namun dia malah membentaknya hanya karena lelah, sungguh alasan yang tidak bisa di toleransi.

"Bian gak mau maafin Ivy? " Tanya Vivy sedih karena tidak mendapat jawaban dari Bian, namun sesaat kemudian dia merasakan pelukan hangat oleh suami kecilnya.

"Bian maafin, tapi jangan di ulangin lagi, Bian takut liat Ivy marah kayak kemarin " Suara lembut Bian membuat hati Vivy merasa lega, dia tidak bisa di diamkan lama-lama oleh suaminya.

"Ivy janji gak marah-marah sama Bian lagi, apalagi sampai bentak-bentak Bian kayak kemarin " Selain mengucapkan dari mulutnya, Vivy juga berjanji dalam hati untuk selalu menjaga perasaan Bian.

"Bian juga mau minta sesuatu sama Ivy, Bian mau kita rawat Alexa sama-sama, Bian gak mau liat Ivy kecapean kayak kemarin "

Vivy sedikit mengerutkan keningnya mendengar permintaan Bian.

"Ivy gak mau Bian capek, apalagi kalo Lexa lagi rewel "

"Bian Daddynya Vy, jadi Bian juga punya kewajiban untuk bantu Ivy ngurus Lexa, dan Ivy liat sendiri kalau Lexa gak pernah rewel kalo sama Bian " Bian  mencoba mencari alasan agar Vivy tidak selalu melakukan semuanya sendiri, setidaknya Bian ingin meringankan bebannya sampai mereka menemukan baby sitter yang tepat untuk Alexa.

"Huh, oke kalau itu mau Bian, tapi harus janji gak boleh sampai kecapean, Ivy gak mau Bian sakit " Vivy menghela napas pasrah mengiyakan keinginan Bian.

"Iyaaa Bian janji gak akan kecapean sampai sakit "

///////

"Mau kemana Vy? " Tanya Bian yang baru selesai dengan ritual mandinya.

Vivy yang hendak keluar dari kamar menghentikan langkahnya untuk menatap Bian, suaminya mendekat ke arahnya membuat aroma sabun yang menguar darinya memasuki indra penciuman Vivy.

"Mau ajak Lexa berjemur " Jawab Vivy atas pertanyaan Bian barusan, Alexa memang selalu berjemur sebelum mandi pagi, karena sinar matahari pagi sehat untuk bayi.

"Emang Sus Anna kemana? " Biasanya yang menemani Alexa berjemur adalah baby sitternya, seorang wanita berumur sekitar 30 tahun yang sudah datang sejak beberapa hari yang lalu.

"Lagi nyiapin perlengkapan mandinya Lexa "

"Biar Bian aja kalau gitu, Ivy mandi aja " Inisiatif Bian karena Vivy belum mandi sejak pagi.

Biasanya Vivy langsung mandi setelah bangun tidur, tapi tadi ada beberapa hal yang membuatnya menunda hal itu, salah satunya adalah Bian yang sedang cosplay menjadi bayi besarnya, dan tidak usah di jelaskan lagi apa yang mereka lakukan.

"Yaudah, nanti setelah 10 menit bawa masuk lagi biar dimandiin sama Suster " Vivy menyerahkan bayi dalam gendongannya kepada Bian, dan di terima dengan baik oleh pria itu, Alexa bahkan langsung tersenyum setelah berada di gendongan Daddynya.

"Cantiknya anak Daddy.... " Bian menguyel-nguyel pipi putrinya gemas, wajah bangun tidurnya sangat menggemaskan menurutnya.

"Bian... " Vivy mendatarkan wajahnya saat memanggil Bian, membuat suaminya mengernyit bingung karena dia tidak merasa telah melakukan kesalahan.

"Ivy gak suka ya, Bian bilang cantik ke cewek lain " Bian melongo mendengar alasan Vivy, apa-apaan dengan wajah serius itu? Dia bercanda kan?

"Ivy gak lupa kan kalo Alexa anak kita? "

"Tetep aja Ivy gak suka, pokoknya Bian cuma bilang gitu ke Ivy " Ucap Vivy serius, terdapat nada kesal dalam ucapannya, sedangkan yang mendengarnya hanya bisa menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

"Yaudah iya, sekarang Ivy cepetan mandi biar cantik " Pasrah Bian tak ingin mendebat Vivy, lebih baik dia mengalah saja daripada panjang ceritanya.

"Jadi kalau belum mandi Ivy gak cantik?! " Tanya Vivy sarkas, Bian jadi gelagapan di buatnya.

"Tadi Bian bilang kalau dia cantik, padahal kan juga belum mandi! " Lanjut Vivy tanpa menutupi kekesalannya.

"Nggak jadi, anggap aja Bian gak bilang apa-apa, sekarang Ivy cepetan mandi, Bian mau ke halaman dulu " Tanpa menunggu respon Vivy, Bian langsung melanjutkan kegiatannya yang tertunda karena sikap istrinya yang tiba-tiba aneh.

Dia jadi bingung sendiri, kenapa Vivy yang biasanya bersikap dewasa, kini jadi kekanak-kanakan, padahal hanya masalah sepele, tapi malah di perdebatkan.

Sebenarnya tidak masalah jika Vivy cemburu karena dia memuji kecantikan wanita lain, tapi ini adalah seorang bayi, dan bayi itu adalah putri mereka!

Sungguh, Bian tidak habis pikir dengan sikap Vivy yang seperti ini, namun lucu juga kalau di pikir-pikir, jarang-jarang kan Vivy bersikap seperti itu.

He is Mine (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang