"Sudah ada kabar? " Vivy berbicara melalui earphone kepada salah satu anak buahnya. Ia saat ini sedang kalut karena Bian belum juga ditemukan hingga matahari terbenam.
"Belum Nona, lokasi terakhir yang dapat dilacak dari ponsel tuan muda berhenti di TKP awal"
"Sial, cepat cari lagi!! Kalian harus bisa menemukan Bian sebelum matahari terbit! " Ucap Vivy memerintah.
Vivy sedang berada di bandara untuk menjemput ayah dan bundanya, mereka langsung terbang ke Indonesia setelah menerima kabar dari Vivy bahwa Bian di culik.
"Vy! bagaimana dengan Bian?! " Saking asiknya melamun, Vivy tidak sadar kalau Ayah dan bundanya telah menghampiri dirinya.
Vivy menggeleng menjawab pertanyaan bundanya, wanita paruh baya itu langsung memeluk suaminya dan menangis di dada pria itu.
"Maaf " Gumam vivy, ia merasa bahwa ini semua salahnya. Ia bahkan tidak bisa menjaga Bian.
"Ini bukan salah kamu, kita cari Bian sama-sama, oke? " Varo berusaha menenangkan Vivy yang menyalahkan dirinya sendiri. Istrinya masih terisak karena putra kesayangan mereka yang masih belum diketahui keberadaannya.
Tiba-tiba saja ponsel Vivy berdering panjang menandakan ada telepon masuk. Saat melihat bahwa itu dari anak buahnya, Vivy langsung mengangkatnya berharap ada kabar baik.
"Ada apa? "
"Keberadaan tuan muda sudah diketahui"
"Dimana?! " Tanya Vivy cepat, ia sedikit bersemangat mendengar kabar yang baru saja diterimanya.
Orang tua Bian yang melihat itu juga sedikit berharap bahwa Vivy mendapat kabar baik, melihat ekspresi gadis itu yang tidak seperti sebelumnya.
"Saya akan mengirimkan alamatnya pada Anda"
Vivy segera mengajak Retta dan varo menuju ke alamat yang baru saja dikirim oleh anak buahnya yang menghubunginya tadi.
Sekitar satu jam menempuh perjalanan, mereka tiba di sebuah rumah sakit yang berada di pinggiran kota.
Retta langsung mendapat firasat buruk ketika mobil yang ia tumpangi berhenti di sebuah rumah sakit.
"Kenapa kita ke sini? Jangan bilang... " Retta tak kuasa menahan air matanya menduga bahwa putra semata wayangnya berada didalam.
"Apa yang terjadi sama Bian? Kenapa kita kesini? " Tanya Retta histeris.
"Ayah gak tau bun.. kita masuk dulu biar kita tau apa yang terjadi" Varo mencoba menenangkan istrinya.
Di sisi lain, Vivy menatap rumah sakit yang tidak terlalu besar didepannya dengan perasaan campur aduk. Senang, takut, dan... sedih?.
Vivy senang karena Bian sudah ditemukan, namun ia takut terjadi sesuatu pada Bian, sedangkan sedih? ia sendiri tidak tau mengapa perasaan itu lebih mendominasi dalam dirinya. Ini bukan pertanda buruk kan?
Vivy segera keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah sakit itu diikuti Retta dan Varo.
Di dalam, ia sudah disambut beberapa anak buahnya yang langsung mengantar dirinya menuju IGD dimana Bian tengah mendapat perawatan.
Vivy mendapati sekitar 10 anak buahnya tengah berjaga disekitar ruang IGD.
"Apakah dokter sudah keluar? " Tanya vivy yang langsung menghampiri anak buahnya, sedangkan Retta dan Varo melihat kondisi putra mereka dari kaca 2 arah yang terdapat di pintu.
"Belum Nona, dokter masih di dalam ruangan semenjak satu jam yang lalu"
"Bagaimana kalian bisa menemukannya? "
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Mine (END)
FanfictionWARNING!! cerita GXB Bagi yang ga suka cowok manja, skip ___... ___... ___... ___ "Mana ada cowok yang persis sama imajinasi lo, kalo pun ada pasti maunya sama yang sejenis" "Liat aja nanti" senyum miring tersungging di bibirnya. ___...___ Vianni g...