53

888 53 5
                                    

Bertepatan dengan jam pulang kantor di RV Company, sebuah mobil sport berwarna hitam berhenti di depan gedung perusahaan, menarik perhatian siapapun yang ada di sekitarnya.

Semua orang menatap mobil itu dengan rasa ingin tahu yang mendalam. Mereka bertanya-tanya siapa yang mengendarai mobil itu, pasalnya sekarang sudah jam pulang kantor, jadi tidak mungkin ada klien besar perusahaan yang datang.

Pintu mobil terbuka, sepasang high heels dengan tinggi 12 cm muncul terlebih dahulu. Kemudian, seorang wanita dengan setelan semi formal berwarna abu-abu keluar dari sana.

Saat wanita itu muncul, atmosfer di sekitarnya berubah, mereka yang ada di sekitarnya merasa terintimidasi oleh aura dominannya.

Menghiraukan tatapan penuh tanya yang dilayangkan padanya, wanita itu melangkahkan kaki jenjangnya untuk masuk ke dalam.

Manager keuangan yang kebetulan bertemu wanita itu di loby langsung mengenalinya, dia menghampiri wanita itu untuk menyapa.

"Nona Vivy, apakah ada yang bisa saya bantu? " Tanya manager keuangan dengan sopan, dia tidak berani berada terlalu dekat dengan Vivy, takut wanita itu merasa risih.

"Saya ingin bertemu Ayah mertua saya " Ucap Vivy datar.

"Kalau boleh tau siapa mertua Anda? Saya akan memanggilkannya untuk Anda " Manager keuangan itu bertanya lagi se sopan mungkin, karena setahunya pemilik Kalandra menikah dengan seseorang tanpa latar belakang yang jelas, jadi tidak ada yang tau dari mana dia berasal, bahkan wajahnya saja tidak banyak yang tau.

"Tidak perlu, beritahu saja dimana ruangan  Presdir "

Hah?! Apakah maksudnya wanita di depannya adalah menantu dari presdirnya? berarti suaminya bukan dari keluarga tidak jelas? Tapi memang sengaja menutupi identitasnya?

Manager keuangan terkejut dengan persepsinya sendiri, namun dirinya tetap menunjukkan dimana kantor presdir kepada Vivy.

Setibanya di depan ruangan Varo, Vivy mengetuk pintu, lalu membukanya saat mendapat sahutan dari dalam. Di sana ada suami dan mertuanya yang sedang duduk bersama di sofa, terlihat sedang mengajari Bian entah tentang apa.

"Yah, Bun " Vivy menyapa Retta dan Varo.

"Anak Bunda, kangen banget... kok gak pernah ke rumah sih? " Retta menghampiri Vivy dan memeluknya, mengekspresikan kerinduannya setelah lama tidak bertemu.

Vivy memang belum bertemu Retta dan Varo sejak beberapa minggu yang lalu, saat mereka pulang pun dia tidak menemuinya, karena ada hal penting yang harus dia urus, jadi baru sekarang bisa bertemu.

"Maaf Bun, Vivy sibuk banget " Vivy balas memeluk Bundanya.

"Lain kali harus sering nengokin Bunda pokoknya " Retta mengerucut kan bibirnya merajuk.

"Iya Bun... Vivy sama Bian bakal sering-sering ke mansion Bunda " Vivy tersenyum meyakinkan.

"Bian, kamu mau pulang sekarang? " Tanya Varo.

"Iya yah, udah sore juga, kalian juga harus pulang, istirahat "

"Yaudah, ayo kita turun sekarang " Ajak Varo.

Mereka pun turun ke bawah dan menuju mobil masing-masing, Vivy bersama Bian, dan Retta bersama Varo.

Vivy melakukan mobilnya, perlahan menjauh dari arah perusahaan. Namun belum lama berkendara, Bian menyuruhnya untuk berhenti.

"Ada apa? " Tanya Vivy dengan alis terangkat. Mereka berada di jalan yang asing, tapi Bian tiba-tiba memintanya menghentikan mobil.

Bian menatap Vivy dengan mata anjingnya, dan kalian pasti tau apa yang terjadi.

"Mau apa? " Tanya Vivy yang peka jika Bian menginginkan sesuatu.

"Mau liat upin ipin " Jawab Bian antusias, entah kenapa dia tiba-tiba kepikiran makhluk botak kembar yang tidak bisa tinggi itu, dan dia ingin melihatnya.

"Kan bisa liat dirumah " Maksudnya menonton di TV, karena tidak ada anak botak di rumahnya. Namun Bian malah memberikan gelengan padanya.

"Gak mau di TV " Ucap Bian tegas.

"Trus mau cari kemana anak kembar yang botak? " Vivy mengerutkan keningnya dalam, hari sudah mulai gelap, tidak mungkin kan Bian akan mengajaknya keliling kota untuk mencari si kembar botak?

"Gak usah di cari, udah ketemu! " Bian menunjuk ke seberang jalan dengan semangat.

Tatapan Vivy mengikuti arah yang di tunjuk Bian, matanya membelalak terkejut saat melihat 2 pria gondrong yang mirip seperti preman, mereka duduk di depan sebuah gudang terbengkalai.

"Sejak kapan upin ipin jadi gondrong? Udah tua lagi " Gumam Vivy heran.

Meskipun suara Vivy sangat lirih, Bian masih bisa mendengarnya.

"Upin ipin itu botak Vy, gitu aja gak tau " Ejek Bian.

"Tapi mereka kan gondrong? "

"Makanya di botakin dulu " Ucap Bian dengan entengnya, membuat Vivy lagi-lagi membelalak terkejut.

"Bian serius? " Tanya Vivy tak percaya, makin hari makin aneh saja keinginan suaminya ini.

"Serius ihh " Bian langsung membuka pintu di sebelahnya dan keluar dari mobil tanpa menunggu Vivy.

Wanita itu segera menyusul suaminya yang berlari kecil menuju kedua pria gondrong tadi.

Saat sampai di sana, Vivy melihat kemarahan terpancar di wajah kedua orang itu, entah apa yang sudah dikatakan Bian pada mereka.

"Vy... Abangnya gak mau jadi upin ipin, padahal kan lucu " Ucap Bian mengadukan apa yang terjadi pada istrinya yang baru datang.

"Lo pikir kita apaan hah?! " Sentak salah satu pria itu.

"Biar saya jelasin dulu " Ucap Vivy menenangkan kemarahan pria itu.

"Kita gak ada maksud apa-apa, saya sedang hamil, dan suami saya ngidam ingin melihat kalian botak, jadi kalau boleh, apa kalian bersedia? " Tanya Vivy hati-hati, namun masih dengan nada datarnya.

"Nggak! Kita gak mau, kalian pergi saja! " Tolak pria yang satunya.

"Saya akan bayar " Mendengar kata 'bayar' dari Vivy membuat kedua orang itu sedikit tertarik.

"Berani bayar berapa lo? " Tanya pria itu menantang.

"Kalian mau berapa? "

"Satu orang sepuluh juta, gak bisa kurang " Ucap pria itu tegas.

"Oke " Pria itu sedikit terkejut dengan persetujuan Vivy, meskipun wanita di depannya terlihat kaya, dia kira akan dipikir-pikir dulu sebelum menyetujui nominal yang dia sebutkan, tapi ternyata wanita itu langsung menyetujuinya.

Vivy meminta anak buahnya yang mengikutinya diam-diam untuk membawakan uang cash, karena Vivy sendiri tidak membawanya.

Selagi menunggu uang di antarkan, Bian mengambil mengajak kedua pria itu ke barbershop untuk merubah mereka menjadi upin ipin, karena dia tidak punya alat cukur.

Setelah membotakkan kedua pria itu, Bian terlihat gembira bahkan mengajak mereka untuk berfoto.

Melihat Bian-nya senang mau tak mau membuat Vivy menyunggingkan senyumnya.

"Udah Vy, yok pulang " Ajak Bian setelah menyelesaikan sesi fotonya dengan upin ipin kw.

Vivy memberikan amplop coklat berisi uang cash sebanyak yang mereka minta, setelah itu pulang bersama Bian.

*******

Maaf yh up nya cuma dikit, lagi capek soalnya 😁😁

He is Mine (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang