"Loh, Vy?! Bian udah sembuh? " Vella yang melihat Vivy memasuki kelas langsung bertanya kaget.
Vella mendapat kabar tentang Bian beberapa hari yang lalu, saat ia menanyakan alasan Vivy tidak datang ke kampus.
Ia sempat meminta izin kepada Vivy untuk menjenguk Bian, namun Vivy melarangnya setelah menjelaskan kondisi Bian.
"Udah lebih baik, gue juga ada yang harus di lakuin di sini "
"Apaan? " Tanya Vella penasaran. Kalau di pikir-pikir memang aneh Vivy menyempatkan datang ke kampus dan bukannya ke perusahaan yang telah ia telantarkan selama beberapa hari terakhir.
Vivy pun menjelaskan alasan mengapa dirinya ke kampus hari ini, tentunya setelah mengajak Vella ke tempat yang benar-benar sepi agar tidak ada yang mencuri dengar pembicaraan mereka.
Setelah kemarin ia mempunyai dugaan tentang siapa yang menculik Bian, Vivy memerintahkan seluruh anak buahnya untuk menyelidiki keluarga William dan keterlibatannya pada penculikan Bian.
Namun yang tidak ia sangka adalah, satu-satunya petunjuk yang ia punya, pelayan yang ia curigai sebagai mata-mata penculik itu malah ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa dan tentunya memutus semua petunjuk.
Wanita itu ditemukan di tempat tinggalnya dengan kondisi tidak bernyawa, mulutnya berbusa menandakan ia meninggal karena racun.
Mendengar kabar itu membuat Vivy semakin yakin, jika wanita yang pernah menjadi pelayan di mansion mertuanya itu memang mempunyai hubungan dengan penculikan Bian.
Hal itu juga menguatkan dugaannya akan keterlibatan keluarga William dalam masalah ini.
Menurut spekulasi Vivy, yang berkemungkinan besar menjadi otak penculikan itu adalah Justin William, yang notabene adalah orang yang mengejar-ngejar dirinya.
Namun yang menjadi masalah ialah, ia tidak mempunyai bukti jika pelakunya adalah Justin, jadi ia tidak bisa menuduhnya begitu saja.
Oleh sebab itu, Vivy berencana mengajak Justin ke rumahnya untuk bertemu Bian, karena hanya Bian lah yang melihat siapa yang menculik dirinya sendiri.
"Lo yakin? " Tanya Vella setelah Vivy menceritakan semuanya secara singkat.
"Lo pikir? " Sarkas Vivy.
"Kalo emang Justin pelakunya, mana mau dia ketemu Bian? " Ucap Vella menyuarakan pikirannya.
Tiba-tiba Vivy menyentil dahi Vella.
"Lo kira gue goblok apa? Ya gak mungkin gue bilang alasannya ke cowok itu "
"Lah, terus gimana? " Vella jadi agak lemot saat ini, mungkin efek belum sarapan kali ya?
"Lo tau sendiri kan, kalo tuh cowok selalu ngajakin gue pulang bareng? tinggal gue iya in aja apa susahnya? " Vivy memutar bola matanya malas.
"Iya juga sih, tapi kan lo gk pernah mau dianterin dia, kalo dia curiga terus macem-macem sama lo gimana? " Tanya Vella panik.
"Lo tenang aja, gua udah merencanakan ini sebaik mungkin "
"Yaudah deh gue ngikut aja "
///////
Setelah kelas dibubarkan, Vivy dan Vella pergi ke kantin untuk makan siang. Mereka sengaja makan siang di kantin meskipun tidak ada kelas lagi setelah ini, alasannya tentu saja menunggu Justin mengajak Vivy pulang bareng.
Baru saja di bicarakan, Justin yang baru saja memasuki kantin langsung menuju meja Vivy dan Vella.
Sesuai prediksi, Justin mengajak Vivy untuk pulang bersamanya setelah berbasa basi menanyakan kenapa gadis itu tidak kuliah selama beberapa hari terakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Mine (END)
FanfictionWARNING!! cerita GXB Bagi yang ga suka cowok manja, skip ___... ___... ___... ___ "Mana ada cowok yang persis sama imajinasi lo, kalo pun ada pasti maunya sama yang sejenis" "Liat aja nanti" senyum miring tersungging di bibirnya. ___...___ Vianni g...