40

1.4K 68 0
                                    

"Ke kantin yuk? Rean udah nunggu dari sana " Ucap Doni kepada teman sebangkunya.

Bel istirahat sudah berbunyi, Doni dan Bian langsung menuju kantin karena Rean sudah ke sana duluan.

"Kalian mau pesen apa? Biar gue pesenin " Doni menawarkan kepada kedua temannya setelah mereka duduk di salah satu bangku kantin.

"Gue nasi goreng sama minumnya jus jeruk " Rean.

"Aku nasi goreng juga deh, tapi minumnya jus stroberi "

Setelah menerima pesanan kedua temannya, Doni pergi memesan makanan lalu kembali duduk di bangkunya, nanti pesanannya akan di antarkan ke meja mereka.

"Eh btw kalian tau gak kenapa liburannya mendadak diperpanjang? " Tanya Doni tiba-tiba, sambil menunggu pesanannya datang, apa salahnya mengobrol.

Sontak Bian menatap kaget ke arah Doni, kenapa tiba-tiba bahas itu sih, masa iya dia harus bilang kalau alasannya karena Vivy masih ingin liburan dengannya, kan malu.

"Entah, gue juga penasaran, baru kali ini ada pengumuman mendadak di grup sekolah " Ucap Rean merespon ucapan Doni, sedangkan Bian hanya diam pura-pura tak tau.

"Gue kan penasaran yah, jadi gue tanya pak Tino, tapi dia juga gak tau alasannya apa, katanya perintah langsung dari kepala sekolah " Doni memang sempat bertanya kepada pak Tino, biasalah tukang kepo, namun ia tidak mendapat jawaban yang memuaskan.

"Loh, bukannya kalau sekolah mau di liburan harus ada rapat dewan guru dulu yah? kok pak kepsek buat keputusan sendiri? yaa walaupun gue juga seneng sih liburnya nambah "

"Eh, Bi, Lo kok diem aja sih? " Doni menegur Bian yang hanya mendengarkan percakapannya dan Rean.

Meskipun Bian memang jarang bicara, tapi biasanya Bian akan nimbrung jika mereka sedang berbincang seperti ini.

"Aku gak tau mau ngomong apa "

"Lo tau sesuatu ya? " Doni menyipitkan matanya curiga, di susul Rean yang mengerutkan keningnya menatap Bian.

"E-enggak kok, apaan sih, mana aku tau " Bian mencoba mengelak, namun suaranya yang gugup membuat Doni dan Rean semakin curiga.

"Beneran! " Tegasnya melihat raut tak percaya teman-temannya.

"Udah deh, lo jujur aja, kita udah temenan lama, keliatan banget kalo lo boong " Rean.

Bian mengerutkan bibirnya kesal, padahalkan ia berniat pura-pura tak tau saja, kenapa malah di paksa sih, lagian juga gak penting juga.

"Aku bilang, tapi jangan di ledekin? "

"Lah, emang kenapa? ngapain juga kita ngeledekin lo? "

"Jadi tuh, kan aku lagi keluar kota sama kak Vivy, trus pas besoknya mau pulang, dia mau tetep disana 2 hari lagi katanya, ya aku nolak dong, aku bilang kalau aku gak mau bolos sekolah, trus kalian tau sendiri lanjutannya gimana " Pasrah Bian menceritakan apa yang terjadi, awas aja kalau sampai kedua temannya meledek dirinya.

"Anjir, jadi sekolahnya di liburin soalnya Lo gak mau bolos sekolah?? " Tanya Doni cengo.

"Pemilik sekolah mah bebas " Ucap Rean.

"Minta libur lagi dong Bi? Yakin deh kalo lo yang minta gak bakal di tolak " Ucap Doni tak tau malu, udah di kasih bonus malah ngelunjak.

"Apaan sih, emang aku apaan? " Kesal Bian, dia sudah menduga kalau akan seperti ini.

"Suami pemilik sekolah, hahaha " Ejek Doni.

"Enak banget yah, kalo mau bolos sekolahnya yang libur, kalau kita mah boro-boro, mau bolos malah kena BK " Rean ikut-ikutan menggoda Bian.

"Kalian ih, katanya gak ngeledekin?! "

"Siapa juga yang ngeledek, kita kan bicara fakta, iya gak? " Doni meminta pendapat Rean dan dihadiahi anggukan oleh pria itu.

"Tau ah, mau makan aja, laper! " Kebetulan pesanan mereka telah di antar, jadi Bian mengalihkan perhatiannya pada makanan di depannya.

"Iya-iya, kita diem " Doni.

"Oh iya guys, gue mau ngomong sesuatu ke kalian " Ujar Rean di tengah-tengah kegiatan makan mereka.

"Apaan? " Tanya Doni, sedangkan Bian hanya melihatnya dengan tatapan bertanya.

"Minggu depan abang gue nikah, kalian dateng yah? "

"Loh, bang Rey mau nikah? " Tanya Bian yang memang sudah mengenal kakak dari temannya itu.

"Iya, gue juga cuma ngundang kalian, yang lain gue gak tau " Maksudnya teman-temannya yang lain, karena Rean hanya dekat dengan Doni dan Bian, makanya dia hanya mengundang mereka, selebihnya orang tuanya yang akan memberikan undangan.

"Kayaknya Istri lo juga dateng deh, soalnya calon kakak ipar gue sahabatnya kalo gak salah "

"Kak Vella? "

"Lo tau? " Tanya Rean kaget, dia kan belum memberi tau mereka, dan setaunya teman-temannya tidak ada yang tau siapa pacar abangnya.

"Sahabat kak Vivy cuma kak Vella, dan aku juga berneh ketemu beberapa kali "

"Sempit banget ya, dunia " Celetuk Doni tiba-tiba, hanya dirinya yang tidak masuk kedalam pembicaraan mereka, karena Doni memang tidak tau apa-apa.

///////

"Vy, kak Vella mau nikah ya? " Tanya Bian saat sedang berduaan dengan Vivy di ruang tengah.

"Kok Bian tau, kan belum di kasih tau? " Heran Vivy.

"Soalnya kak Vella nikah sama kakaknya Rean, trus tadi Rean ngundang Bian ke acara nikahannya, makanya tau kalau kak Vella mau nikah sama bang Rey "

"Oh gitu? Iya, mereka nikah minggu depan, Bian kesana sama Ivy ya? "

"Nggak deh, Bian mau sama bibi aja " Gurau Bian tepat saat Bibi lewat di sebelahnya, membuat wanita itu terkejut hingga menjatuhkan sapu yang dipegangnya.

"Yaudah sama Bibi aja, nanti Ivy sama pak Anton " Vivy memalingkan wajahnya pura-pura kesal.

"Ivy apaan sih? aneh-aneh aja " Bian tertawa sembari berpindah ke hadapan Vivy agar bisa menatapnya.

"Siapa yang tadi yang bilang mau kesana sama Bibi? " Vivy mempertahankan wajahnya yang pura-pura kesal.

"Kan cuma becanda Sayang.... " Ucap Bian sontak membuat Vivy memerah, ini pertama kalinya Bian memanggilnya seperti itu, dan panggilan itu sontak membuat jantungnya berdisko dan wajahnya berwarna merah.

"Eh, kok Ivy wajahnya merah? Ivy sakit? " Bian seketika panik melihat wajah Vivy yang menjadi sangat merah, Bian mengulurkan tangannya untuk menyentuh kening Vivy.

"Nggak panas " Gumam Bian setelah tangannya menempel di kening Vivy, Bian jadi bingung apa yang terjadi pada istrinya, wajahnya merah namun tidak panas, berarti bukan deman, lalu kenapa?

"Ivy nggak papa " Ucap Vivy cepat sambil menyingkirkan tangan Bian, apakah suaminya tidak tau kalau wajahnya merah karena ulahnya, lagian Vivy lemah banget, masa cuma di panggil sayang saja sudah se ngefek ini pada tubuhnya.

He is Mine (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang