Bugh!
Sebelum Ziva mendaratkan bibirnya di bibir mungil Bian, dia dihentikan oleh sebuah tendangan yang membuatnya terjungkal ke belakang.
Dia mendongak untuk menatap sang pelaku yang kini tengah menatapnya tajam. Tak mau kalah, Ziva berdiri dari posisinya dan menatap Vivy dengan dagu terangkat.
"Siapa Lo? Berani-beraninya ikut campur urusan gue?! " Murka Ziva, namun Vivy hanya menatapnya dingin di sertai aura mengintimidasi.
"Urusan Lo? cih " Vivy berniat mengabaikan gadis itu untuk saat ini, karena kondisi Bian tidak terlihat baik-baik saja, jadi masalah lain bisa di tangani nanti.
Namun gadis SMA itu seakan tak menerima nasib baiknya, dia menghentikan Vivy yang hendak membawa Bian ke mobilnya.
"Jangan sentuh dia! " Ziva marah karena merasa miliknya di sentuh wanita tak dikenal itu.
"Oh terserah gue dong? " Vivy menaikkan sebelah alisnya, jika memang gadis ini berniat mencari masalah untuk dirinya sendiri, Vivy tidak keberatan untuk meladeninya.
"Dasar jalang! Dia punya gue! " Ziva mencoba merebut Bian yang berada dalam rengkuhan Vivy, namun tangkisan Vivy lebih cepat, membuat Ziva tersungkur dengan posisi yang tidak elit sama sekali.
"Diam bitch! Berani Lo sentuh suami gue, keluarga lo akan hancur! " Ancam Vivy, bukan sekedar ancaman, karena dari informasi yang dia dapat, perusahaan keluarga Ziva masih berada di bawah naungan Kalandra Corp, jadi jika Vivy benar-benar ingin menghancurkannya, mudah saja baginya.
"Suami? " Beo Ziva tanpa menutupi keterkejutannya, dia tidak menyangka bahwa wanita di depannya adalah istri dari si manisnya.
Ziva mengira jika yang menjadi istri Bian mungkin sepantaran atau di bawahnya, dia tidak mengira jika wanita dominan di depannya adalah istrinya.
Dan apa tadi? Wanita itu mengancam akan menghancurkan keluarganya? dia kira dia siapa.
Ziva tidak akan takut dengan ancaman wanita itu.
"Lo pikir gue takut? " Tantang Ziva dengan wajah sombongnya, dia tidak akan mengakui kalau wanita itu lebih berkuasa darinya, dan dia sudah bertekad untuk merebut Bian dari wanita itu.
"Oh, begitu? Tunggu saja nanti " Ucap Vivy dengan smirk nya, lalu membawa Bian menuju mobilnya.
Ziva hanya menatap kepergian Vivy dan Bian dengan berbagai rencana di otaknya. Dia tidak tau jika semua rencana yang dia susun hanya sia-sia, karena dia tidak akan mempunyai kesempatan untuk melakukannya.
///////
Setelah tiba di rumahnya, Vivy menuntun Bian menuju kamar mereka. Dia masih marah mengingat kejadian yang baru saja terjadi, kalau saja dia telat datang, Bian pasti mengalami sesuatu yang lebih dari ini.
"Vy, dia udah pergi kan? " Tanya Bian setengah linglung, efek dari pemaksaan Ziva padanya tadi.
Tersenyum hangat, Vivy duduk di samping Bian lalu mengusap belakang kepalanya.
"Udah, Bian tenang aja, sekarang Bian aman "
"Bian tadi takut banget Vy... " Ucapnya mengadu, dia merentangkan tangannya meminta pelukan.
"Iya, Ivy tau, mulai besok Bian gak akan ketemu dia lagi " Vivy memeluk Bian dan membawanya berbaring di ranjang.
"Sekarang Bian harus tidur siang, bentar Ivy ambilin baju dulu " Vivy mengambil atasan piyama lalu membawanya kepada Bian.
Dia melepas seluruh pakaian Bian dan hanya menyisakan celana dalamnya saja, setelah itu memakaikan atasan piyama yang telah dia ambil tanpa bawahan, karena Bian selalu tidur seperti itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/369353695-288-k182843.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Mine (END)
FanfictionWARNING!! cerita GXB Bagi yang ga suka cowok manja, skip ___... ___... ___... ___ "Mana ada cowok yang persis sama imajinasi lo, kalo pun ada pasti maunya sama yang sejenis" "Liat aja nanti" senyum miring tersungging di bibirnya. ___...___ Vianni g...