Ketika tiba di rumahnya, Vivy disambut dengan Bian yang berlari ke arahnya dan menerjang masuk ke dalam pelukannya.
Yang di katakan bibi di telepon tadi memang benar, Bian bersikeras menunggu Vivy di teras dan menolak untuk masuk.
"Kenapa gak istirahat di dalam? " Tanya Vivy kepada Bian yang berada dalam pelukannya.
Bian mendongak agar bisa menatap Vivy yang jauh lebih tinggi daripada dirinya.
"Tadi pas Bian bangun, Ivy udah pergi, jadi Bian tunggu Ivy pulang " Senyum lebar mengiringi ucapannya.
"Kan bisa tunggu di kamar? " Vivy sedikit menaikkan alisnya, tangannya mengusap puncak kepala Bian.
"Hehehe " Bian tak menjawab ucapan Vivy, pria itu malah semakin menempelkan tubuhnya pada tubuh Vivy.
"Sekarang ayo masuk " Ajak Vivy.
"Gendong... " Rengek Bian mengalungkan kedua tangannya ke leher Vivy.
Gadis itu hanya menurut, ia mengangkat tubuh kecil Bian lalu menciumi wajahnya gemas. Suaminya sangat imut, rasanya Vivy ingin memakan Bian saat itu juga, sayangnya suaminya masih kecil dan sangat polos, jadi ia harus menahannya.
"Berat badannya Bian sekarang berapa? " Tanya Vivy dalam perjalanan menuju kamarnya.
Vivy tiba-tiba ingat jika ia pernah menyuruh Bian menaikkan berat badannya, tapi sekarang ia merasa tubuh Bian masih sangat ringan.
"Eh, kenapa? Bian berat ya? " Tuh kan, lagi-lagi Bian menyimpulkan semuanya sendiri, padahal kan maksud Vivy bukan begitu.
"Iya, beraaaaat benget, jadi pengen Ivy lempar dari sini " Vivy sedang menaiki tangga, karena di rumahnya tidak ada lift seperti di mansion mertuanya.
Vivy hanya bercanda, namun yang berada di gendongannya malah salah paham, Bian sedih mendengar ucapan Vivy.
Apa ia harus mengurangi makannya, agar berat badannya turun? Bian takut Vivy tidak mau menggendongnya lagi.
"Bian jalan sendiri aja, nanti Ivy capek " Ucap Bian dengan kepala tertunduk, merasa bersalah karena tadi ia yang minta di gendong.
Loh, kok gini? Vivy jadi kaget sendiri dengan ekspresi Bian, padahal kan ia cuma bercanda? Vivy jadi tidak sadar jika langkahnya terhenti, membuat Bian semakin sedih karena mengira Vivy benar-benar akan menurunkannya.
Meskipun ia tadi berkata begitu, di dalam hatinya berharap setidaknya Vivy akan menggendongnya sampai ke kamar, jadi ia agak sedih saat Vivy menghentikan langkahnya.
Bian berusaha menapakkan kakinya ke lantai dan melepaskan dirinya dari Vivy, namun belum sampai terlepas, Vivy malah mengangkat tubuhnya lagi.
Bian menatap Vivy dengan kerutan samar di keningnya, sedangkan yang ditatap juga balik menatapnya tanpa melanjutkan langkahnya.
"Ivy bercanda " Ucap Vivy sebelum mencium pelipis Bian.
"Hah? " Bian menatap Vivy penuh tanya.
"Ivy gak serius tadi... Bian gak berat sama sekali "
"Ivy bohongin Bian? " Bibirnya mengerucut, menggoda Vivy yang imannya setipis tisu di bagi dua.
Vivy memberi kecupan singkat pada bibir mungil itu lalu terkekeh.
"Trus kenapa tadi nanyain berat badan Bian? "
"Ivy pernah suruh Bian naikin berat badan, kenapa sekarang masih ringan banget, hm? " Vivy menduselkan hidungnya ke ceruk leher Bian.
"Udah naik kok... " Jawab Bian dengan ukiran senyum di bibirnya, tak bohong bahwa Bian senang mendengar pertanyaan Vivy barusan.
Vivy bilang tubuhnya ringan, berarti Bian bisa minta gendong sama Vivy lagi, hehehe.
![](https://img.wattpad.com/cover/369353695-288-k182843.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Mine (END)
FanfictionWARNING!! cerita GXB Bagi yang ga suka cowok manja, skip ___... ___... ___... ___ "Mana ada cowok yang persis sama imajinasi lo, kalo pun ada pasti maunya sama yang sejenis" "Liat aja nanti" senyum miring tersungging di bibirnya. ___...___ Vianni g...