Vivy merasakan nafas Bian mulai teratur, berarti pria itu telah terlelap dalam tidurnya. Tangannya menyingkap selimut yang menutupi tubuh atas Bian dan mengecek apakah ada memar di perut pria itu.
Ternyata benar, ada sedikit memar di bagian kanan perut Bian. Vivy meminta Zen untuk membawakan air es ke ruangannya lalu membawa air itu untuk mengompres Bian.
Vivy meletakan kain yang telah dibasahi dengan air es itu ke bagian yang memar secara perlahan, agar tidak membangunkan Bian.
Setelah itu ia memakaikan lagi selimut yang tadi ia singkirkan, sebelum dirinya khilaf dan melakukan yang tidak-tidak pada Bian.
Vivy keluar dari kamar itu dan duduk di kursi kebesarannya. Ia menyuruh Zen untuk masuk ke dalam ruangannya untuk membahas masalah yang menimpa Bian. Sekalian memberikan baju yang tadi ia pesan.
Suaminya bilang bahwa ia akan tau sendiri nanti, berarti itu berhubungan dengannya bukan?
"Apa yang terjadi di Kalandra Senior high School? " Tanya vivy datar.
"Nona sudah tau? " Tanya sang asisten membuat raut wajahnya vivy semakin datar. Apa-apaan dengan pertanyaan itu? apakah asistennya mengetahui sesuatu dan tidak memberitahunya?
"Jelaskan semuanya jika tidak ingin gajimu dipotong"
"Ma-maaf nona, saya bermaksud menyampaikan hal ini setelah meeting dengan kantor pusat selesai, tapi sebelum meeting itu selesai nona sudah terlebih dulu meninggalkan ruangan, jadi saya belum berkesempatan memberitahukan masalah itu pada nona"
"Tidak usah berbelit-belit, katakan apa yang terjadi di sana"
"I-itu nona, ada gosip yang beredar tentang nona dan salah satu siswa disana" Ujar Zen gugup. Sungguh berhadapan dengan nona nya ini sangat menyeramkan, apalagi jika mode marah seperti ini, rasanya ia bisa di telan hidup-hidup jika melakukan kesalahan sekecil apapun.
"Gosip apa? " Heran Vivy, ia yakin pasti yang digosipkan dengannya adalah Bian, siapa lagi yang berinteraksi dengannya selain suaminya itu.
Zen tidak menjelaskan semuanya dengan kata-kata, ia menunjukkan layar ponselnya yang berisi foto-foto Vivy dan Bian yang berada di mall dengan kata-kata tidak pantas menurutnya.
Bagaimana bisa ada orang yang menyebarkan gosip murahan seperti ini? tentu saja Bian akan sangat terpukul jika melihat hinaan dan cacian yang ditujukan padanya.
"Pihak sekolah sudah membersihkan semua foto-foto ini dan menjelaskan bahwa itu adalah kesalahpahaman, pelaku yang menyebarkan foto ini juga sudah diketahui, jadi kita tinggal menunggu perintah nona untuk tindakan selanjutnya"
"Siapa yang menciptakan gosip murahan itu? " Tanya Vivy dingin.
"Salah satu peserta yang tidak terpilih menjadi king SMA dan 2 orang temannya. Otak dari semua gosip yang beredar adalah pria itu yang bernama Diki dirgantara"
'Diki? nama itu juga yang telah menyakiti Bian, ingin main-main denganku hm? ' Ucap Vivy dalam hati dengan smirk di bibirnya.
Zen ngeri sendiri melihat ekspresi Vivy, namun ia belum bisa undur diri karena Vivy belum memberinya perintah untuk langkah selanjutnya.
"Biarkan saja dulu, orang-orang yang telah mempercayai gosip murahan itu tidak akan langsung tutup mulut meskipun sudah dijelaskan bagaimana pun, apalagi hanya dengan kuasa kecil yang dimiliki kepala sekolah" Vivy terkekeh merendahkan, bukannya sombong, tapi itulah kenyataannya.
"Kalau mereka memang tidak bisa dibungkam oleh pihak sekolah, bukankah itu akan merusak nama baik nona? apakah kita harus mengklarifikasi bahwa nona tidak mengenal pria itu? " Zen langsung terdiam begitu Vivy memberikan tatapan tajam padanya. Apakah ucapannya ada yang salah?
"Coba perhatikan baik-baik pria difoto itu" Sesuai perintah Vivy, Zen melihat lagi foto yang ada di ponselnya dengan seksama.
Meskipun sedikit tidak jelas, namun wajah itu terlihat tidak asing di matanya, tapi siapa.
Tiba-tiba otaknya mendapat pencerahan dan mengingat bahwa pria di foto itu adalah pria yang sama dengan yang sekarang ada di kamar bosnya.
"Dia... "
"Suamiku" Ucapan Vivy membuat pria itu menjatuhkan rahangnya saking terkejutnya.
"Suami? " Beo nya.
"Kau pikir? Bagaimana mungkin aku menjadikan pria se-manis itu sebagai simpanan ku seperti yang digosipkan" Vivy memutar bola matanya malas saat mengingat kembali gosip itu.
"Dan pastinya aku tidak akan mengatakan bahwa aku tidak mengenali suamiku sendiri" Lanjutnya kemudian, membuat Zen yang tadi mencetuskan ide itu meringis merasa tersindir.
"Lalu apa yang harus saya lakukan? "
"Nanti aku akan memberitahumu setelah suamiku bangun, dia yang akan memutuskannya"
"Kalau begitu saya permisi" Vivy meresponnya dengan anggukan singkat.
Setelah Zen keluar dari ruangannya, Vivy segera kembali ke kamar sebelum Bian bangun dan mencari dirinya.
Gadis itu menghampiri Bian yang masih terlelap di ranjangnya. Ia menaiki ranjang dan membaringkan dirinya disisi Bian.
Merasakan gerakan disampingnya, Bian yang merasa tidurnya terganggu seketika membuka matanya. Ia tersenyum mendapati Vivy yang kini memeluk perutnya.
"Tidur lagi? "
"Eungg! " Bian menggeleng lalu memeluk Vivy erat.
"Perutnya masih sakit? " Tanya Vivy lembut, berbeda sekali dengan tadi saat bersama Zen.
"Dikit"
"Maaf, Ivy ga bisa jagain Bian" Sesal Vivy.
"Nggak kok, ini bukan salahnya Ivy, mereka aja yang ga suka sama Bian, jadi lukain Bian"
"Nggak Bian, ini bukan tentang luka kamu aja, tapi gosip gak bener itu juga ulah mereka. Emang salah Ivy yang lupa gak pake masker waktu ke mall waktu itu, maafin Ivy"
"Ini bukan salah Ivy, lagian Bian gapapa kok, Bian ga suka kalau Ivy ngomong kayak gini" Bian membalas tatapan penuh penyesalan yang dilayangkan gadis itu dengan tatapan tegas, ia ingin meyakinkan Vivy bahwa ini bukan salahnya, lagipula semua sudah terjadi bukan?
"Tapi gara-gara masalah ini Bian pasti gak nyaman kan disekolah? , pasti banyak yang ngomong nggak-nggak ke Bian"
"Ivy tenang aja, Bian gak akan kenapa-kenapa kok" Ucap Bian meyakinkan, meski sebenarnya ia ragu dengan apa yang ia ucapkan barusan.
Entah apa yang akan terjadi besok, yang pasti Bian tidak ingin membuat Vivy khawatir dan menyalahkan dirinya sendiri.
"Kalau misalnya Vivy ungkapin hubungan Bian sama Ivy gapapa? " Tanya gadis itu meminta persetujuan Bian.
"Kenapa tiba-tiba? "
"Ivy gak mau suami Ivy di cap buruk sama orang lain, selain itu kalau mereka tau Bian suaminya Ivy setidaknya kita gak perlu sembunyi-sembunyi lagi kalau di luar, dan Vivy bisa gunain kekuasaan Ivy buat lindungin Bian"
"Bunda sama ayah gimana? " Tanya pria itu, sebenarnya ia tidak masalah hubungannya dengan Vivy diketahui oleh orang lain, namun ayah dan bundanya lah yang selalu menutup rapat identitasnya didepan publik.
"Ivy sudah bicarain ini sama mereka, dan mereka setuju. Tapi hanya status Bian sebagai suaminya Ivy, karena mereka belum menemukan musuh utama mereka di perusahaan, jadi ayah sama bunda belum memutuskan untuk membongkar identitas Bian sebagai pewaris perusahaan"
Bian menghela nafas lega mendengarnya, meskipun belum sepenuhnya membongkar identitasnya, setidaknya ia tidak perlu sembunyi-sembunyi lagi saat bersama Vivy seperti yang dikatakan gadis itu.
Hari itu Bian habiskan di kantor Vivy dan menemani gadis itu bekerja. Ia menolak saat Vivy menawarkan untuk pulang dan mengatakan kalau ingin melihat istrinya bekerja. Sebagai bucinnya Bian, Vivy hanya bisa menuruti permintaan pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is Mine (END)
FanfictionWARNING!! cerita GXB Bagi yang ga suka cowok manja, skip ___... ___... ___... ___ "Mana ada cowok yang persis sama imajinasi lo, kalo pun ada pasti maunya sama yang sejenis" "Liat aja nanti" senyum miring tersungging di bibirnya. ___...___ Vianni g...