17

4K 206 4
                                    

Bian menaiki taksi untuk pergi ke Kalandra Corp. Setibanya di sana ia baru menyadari jika dompet dan ponselnya ada di dalam tas yang entah sekarang berada di mana.

Bian menjelaskan kepada sopir taksi bahwa Hp dan dompetnya ketinggalan, jadi Bian akan ke dalam dulu meminta uang kepada Vivy, namun sopir taksi itu malah membentaknya dan mengatai dirinya.

"Lain kali kalo emang gak punya uang gak usah naik taksi, jalan kaki aja, kalo gini saya yang rugi" Marah sopir taksi itu.

"Bian bakal bayar kok, tapi Bian ke dalem dulu pinjem uang" Cicit Bian takut.

Perdebatan Sopir taksi dan Bian mengundang seorang petugas keamanan mendatangi mobil taksi itu. Petugas keamanan itu mengetuk kaca mobil dan bertanya apa yang terjadi.

"Dia menaiki taksi ku tapi tidak mau membayar! " Sopir taksi itu menjelaslan dengan kemarahan diwajahnya.

"Om, Bian boleh pinjem uangnya dulu nggak? Bian janji nanti Bian ganti kalo udah di dalem" Pinta Bian kepada petugas keamanan itu, siapa tau pria paruh baya itu lebih mengerti kondisinya dari pada sopir taksi.

"Berapa? " Tanya petugas keamanan kepada sopir taksi, lalu memberikan satu lembar uang berwarna merah kepada sopir taksi itu.

Akhirnya sopir taksi itu pergi dari sana setelah Bian turun dari mobilnya. Bian mengucapkan terima kasih petugas keamanan yang telah membantunya terlepas dari sopir taksi.

Jujur Bian ingin segera ke dalam dan bertemu Vivy, namun ada-ada saja yang terjadi padanya. Bian di antar ke resepsionis oleh petugas keamanan yang tadi membantunya, namun wanita yang bertugas di meja itu mengatakan jika ingin bertemu Vivy harus membuat janji terlebih dahulu.

Bian sangat kesal, tapi ia juga tidak boleh marah karena mereka memang tidak tau siapa Bian.

"Bian gak punya janji sama kak Vivy, tapi kak Vivy pasti mau kok ketemu sama Bian" Ucap Bian meyakinkan.

"Maaf, Nona Vivy sendiri yang meminta agar tidak diganggu karena sedang ada meeting penting dengan kantor pusat" Wanita itu menjelaskan dengan ramah agar Bian mengerti.

Sebenarnya sudah sering ada yang datang dan ingin menemui pemilik Kalandra itu dengan alasan yang tidak jelas, dan wanita itu yakin jika pria dengan seragam SMA yang berantakan itu juga demikian, namun ia mempunyai kewajiban bersikap ramah kepada seluruh tamu yang datang, jadi ia bersikap ramah kepada Bian karena itu memang harus ia lakukan.

"Tapi Bian mau ketemu kak Vivy... " Mohon Bian. Bian akui dia memang egois karena mengganggu Vivy yang sedang sibuk, tapi kali ini ia benar-benar membutuhkan Vivy-nya.

"Bagaimana kalau anda telepon dulu nona Vivi nya? , jika memang nona Vivy mengizinkan saya akan mengantarkan ke atas" Wanita itu menawarkan, namun itulah masalahnya, Bian tidak tau ponselnya dimana, kalau ponselnya ia bawa ia akan langsung menghubungi Vivy sejak tadi.

"Bian gak bawa Hp, bisa minta tolong teleponin gak? "

Wanita itu menghela nafas pasrah, ia mencoba menghubungi nomor asisten Vivy karena jika menghubungi gadis itu pasti tidak akan di angkat.

Setelah panggilan terhubung, ia mengatakan kepada asisten Vivy tentang apa yang terjadi dibawah, lalu panggilan diputus sepihak oleh asisten Vivy tanpa memberikan jawaban.

Resepsionis itu mengembalikan telepon kantor le tempat semula lalu kambali menatap Bian.

"Saya sudah menghubungi asisten nona Vivy, tapi beliau tidak mengatakan apapun dan memutus sambungan telepon" Bian yang mendengar itu tidak bisa tidak merasa kecewa. Kenapa sesulit ini bertemu dengan istrinya, padahal biasanya gadis itu selalu ada untuknya.

He is Mine (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang