05

3.8K 201 1
                                    

Hari ini Retta dan Varo mengundang Vivy untuk makan malam di mansion mereka, mereka berdua setuju untuk mendiskusikan masalah  yang mereka bahas kemarin dengan Vivy dan Bian.

Sebelum itu, Retta berencana menceritakan kondisi mereka terlebih dahulu kepada Vivy. Karena takutnya Vivy akan menolak mentah-mentah permintaan mereka didepan Bian dan menyakiti hati putra semata wayangnya itu.

Dan disinilah kedua wanita itu sekarang, taman belakang mansion yang lumayan jauh dari ruang utama. Tadi begitu Vivy datang Retta langsung mengajak gadis itu ke taman belakang sebelum Bian mengetahui kedatangan Vivy, karena jika lelaki itu tau dipastikan tidak ada waktu berdua untuk Retta membicarakan hal ini dengan gadis itu.

"Ada apa bun?? " Vivi memulai pembicaraan karena Retta hanya diam sejak tiba disini. Wanita itu sepertinya gugup karena dari tadi menggigit bibir bawahnya dan meremat-remat tangannya sendiri

Setelah menarik nafas panjang, Retta pun mulai berbicara "Sayang, bunda mau ngomong serius sama kamu. Bunda minta kamu jangan potong ucapan bunda sebelum bunda selesai bicara, oke?? "

Vivy hanya mengangguk mengiyakan, Retta menggenggam kedua tangan Vivy dan melanjutkan apa yang ingin ia sampaikan.

"Perusahaan Ayah sedang dalam masalah, dan kita harus ke Korea untuk menyelesaikan masalah itu" Vivy terkejut namun ia tetap diam atas permintaan bundanya tadi.

"Masalah yang terjadi di perusaan lumayan besar dan sepertinya membutuhkan waktu yang sangat lama untuk mengembalikannya seperti sedia kala"

Retta mengambil nafas sebelum melanjutkan.

"Namun yang menjadi masalah disini adalah, Bian menolak untuk ikut dan ingin tetap disini. Meskipun Bian mengatakan bahwa ia bisa tanpa kehadiran Ayah dan bunda, tapi bunda lah yang paling tau bagaimana kondisi Bian" Vivy mengerutkan kening bingung dengan apa yang barusan ia dengar, memangnya kenapa dengan kondisi Bian? Bian memang terlihat berbeda dari anak SMA yang pernah ia temui, namun ia kira itu memang sifat Bian sejak kecil yang selalu dimanja oleh Ayah dan bundanya.

Retta pun menceritakan semuanya kepada Vivy, tanpa ditutup-tutupi.Mulai dari kecelakaan yang dj alami Bian, trauma dan ketakutan Bian, kelakuannya yang kekanak-kanakan,serta sifatnya yang sangat manja dan menempel kepada bundanya.

"Bunda dan Ayah setuju untuk menitipkan Bian kepada kamu, karena kami yakin kamu bisa menjaga Bian saat kami pergi"

Vivy sedikit terkejut mengenai kejadian yang menimpa Bian serta kondisi anak itu yang baru ia dengar sekarang. Namun untuk menjaga Bian.... bisakah ia benar-benar menjaganya, bertemu anak itu saja membuatnya mati-matian manahan diri agar tidak menerkamnya saat itu juga, bagaimana kalau mereka sampai satu rumah, Vivy tidak bisa membayangkannya.

Retta menatap wajah Vivy yang masih terdiam untuk mencari tahu ekspresi yang apa yang ia berikan atas ucapannya barusan. Namun ia tak menemukan jawaban apapun dari wajah datar Vivy, gadis itu sungguh pintar mengatur ekspresi, padahal hatinya sungguh berbunga-bunga karena tak lama lagi ia bisa selalu bersama Bian-nya, meskipun agak ragu tentang pengendalian dirinya.

Retta agak ragu untuk mengatakan tentang pernikahan yang kemarin ia usulkan kepada Varo, ia takut Vivy menolaknya dan marah kepadanya karena meminta sejauh itu.

"Vivy" Panggil Retta menarik kembali atensi Vivy.

"Iya bunda? "

"Sebelumnya bunda minta maaf kalau apa yang akan bunda ucapkan buat kamu ngerasa gak nyaman atau apapun itu, bunda minta kamu jangan marah ya sama bunda dan Ayah?? "

"Kenapa bunda ngomong kayak gitu, emang ada apa bun? Vivy gak akan marah kok sama bunda dan Ayah" Vivy mengerutkan kening bingung dengan ucapan bundanya, kenapa juga ia harus marah kepada orang yang sudah sangat berjasa dalam hidupnya.

"Bukannya Ayah sama bunda gak percaya sama kamu dan Bian, tapi bisa aja ada hal yang tidak kita inginkan saat kalian tinggal bersama dengan status yang belum jelas" Vivy terdiam.

'Njir, apa bunda tau kalo gue mau ngapa-ngapain anaknya? gagal dong rencana gue serumah sama Dede Bian' Jeritnya dalam hati.

Melihat keterdiaman Vivy membuat Retta cepat-cepat melanjutkan, takutnya gadis itu salah paham karena ia mengatakan statusnya yang belum jelas.

"Vivy udah bunda anggap anak bunda, tapi kita gak ada yang tau mungkin ada waktu dimana kalian gak sengaja melakukan sesuatu yang gak seharusnya" Ucapnya yang dibalas anggukan oleh Vivy.

"Iya bunda Vivy ngerti kok, Vivy gak akan tinggal sama Bian, Vivy akan sering-sering kesini buat nengokin Bian"

"Loh, maksud bunda bukan kayak gitu" Retta butu-buru menggelengkan kepalanya menimbulkan kerutan dikening Vivy.

"Kamu mau kan nikah sama Bian?? " Tanya Retta penuh harap.

'Hahh? Gue gak salah denger kan, demi apa gue mau dinikahin sama bocil gueeee. Mamaaaa anakmu mau nikah omaigoott, berarti gue boleh macem-macemin Bian dong??' Beda diluar beda di dalam, meskipun ia menjerit-jerit tak karuan dalam pikirannya, wajahnya tetap datar dan keterdiamannya menimbulkan kepanikan untung sang bunda.

"Bunda gak maksa kok, ini juga cuma rencana bunda sama mama kamu waktu kuliah dulu buat jodohin anak-anak kami. Kalau emang kamu gak mau juga gapapa, dilihat dari manapun, permintaan bunda emang terlalu egois dan mementingkan keluarga bunda" Retta menunduk menyembunyikan matanya yang mulai berkaca-kaca, sungguh ia takut Vivy membencinya karena permintaan ini. Karena bagaimana pun jika mereka menikah pastinya hanya akan merepotkan Vivy, melihat kondisi Bian yang berbeda dengan anak lainnya.

"Bunda..... " Vivy yang baru tersadar dari lamunan indahnya menyadari bahwa Retta telah salah paham atas keterdiamannya, ia pun memeluk bundanya menenangkan.

"Bunda, Vivy mau kok" Vivy menjawab dengan senyumnya membuat Retta langsung menangkup wajah gadis itu setelah melepas pelukan mereka.

"Kamu gak bercanda kan sayang? " Vivy menggeleng, Retta pun kembali memeluknya erat saking bahagianya.

Retta sudah lama menginginkan Vivy sebagai menantunya, namun karena Bian masih terlalu dini untuk menikah, ia pun mengubur dalam-dalam keinginannya itu.

Lihatlah sekarang, karena masalah yang menimpa keluarganya, gadis yang ia inginkan untuk menjadi menantunya kini telah setuju menikah dengan putranya.

Retta yakin Vivy adalah pilihan paling tepat untuk menjaga putranya.

He is Mine (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang