08

3.7K 210 2
                                    

Hari telah berganti, status 2 manusia berbeda jenis kelamin itu juga telah berubah.

Vivy dan Bian baru saja keluar dari Kantor Urusan Agama untuk mengurus pernikahan mereka, kini mereka telah sah menjadi sepasang suami istri dimata negara dan agama.

Bian mengayun-ayunkan tangannya yang digenggam oleh Vivy selama berjalan menuju mobil Vivy yang terparkir agak jauh dari pintu masuk KUA. Hari ini dia sangat bahagia karena Vivy telah sah menjadi istrinya, yang berarti akan selalu menemaninya setiap hari.

Sepolos itu pikiran Bian tentang pernikahan mereka, bahkan Vivy yakin tidak akan ada malam pertama antara dirinya dan Bian.

"Mau makan siang diluar apa pulang? " Tanya Vivy begitu mereka memasuki mobil.

"Mau Sushi boleh?? " Tanya Bian tak lupa disertai binar dimatanya ketika menatap Vivy. Sungguh bocah yang kini telah menjadi suaminya itu sangat menggemaskan setiap waktu.

Mana mungkin Vivy menolak permintaan suami kecilnya ini, apalagi hanya untuk permintaan kecil seperti itu. Gadis itu menganggukkan kepalanya yang disambut senyum lebar oleh Bian.

"Bian nanti mau jalan-jalan? "

"Jalan-jalan?? "

"Iya, mumpung gak sekolah"

"Hum, Bian mau. Kak Vivy mau ajak Bian kemana?? " Bian mengangguk lalu menatap Vivy saat bertanya.

Disisi lain, Vivy merasa aneh saat mendengar panggilan Bian untuknya, padahal kemarin-kemarin Bian juga memanggilnya seperti itu, tapi sekarang rasanya tuh... kayak beda aja gitu.

Dia kan udah nikah sama Bian, jadi dia ngerasa kek pedofil gitu kalo nikahin anak di bawah umur, padahal selisih umur mereka juga gak jauh-jauh amat sih, tapi kan tetep aja Bian belum genap 17 tahun, dan itu masih anak-anak. Kalau aja bukan karena kuasa Vivy mana boleh dia nikahin si bocil.

"Heaven on earth kalandra" Vivy menjawab pertanyaan Bian yang tadi.

Heaven on earth kalandra adalah taman hiburan yang baru diresmikan beberapa bulan yang lalu oleh Kalandra Corp.

"Beneran?? " Tanya Bian antusias. Bukannya Bian tidak pernah ke tempat seperti itu sebelumnya, namun jika ia berlibur bersama orang tuanya, Retta dan Varo selalu me-reservasi seluruh tempat untuk menjaga identitas Bian agar tidak bocor.

Bian merasa kurang lengkap karena tempat yang biasanya ramai itu menjadi sepi dan ia tidak menyukainya. Jadi ketika Vivy berencana mengajaknya ke taman hiburan yang normal itu tentu membuatnya sangat senang.

"Tapi ada syaratnya" Vivy memarkirkan mobilnya ditempat parkir restoran Jepang yang cukup terkenal dijakarta.

"Syarat?? " Bian memiringkan kepalanya dengan alis terangkat saat menatap Vivy.

"Bian gak boleh panggil aku kakak" Vivy balas menatap Bian sambit tersenyum.

"Terus Bian panggil apa? "

"yaaa panggil nama aja" Vivy meletakkan tangannya diatas kepala Bian dan mengelusnya perlahan.

Bian memikirkannya sejenak lalu mengangguk tanpa bertanya alasan mengapa Vivy melarangnya memanggil kakak, padahal itu seharusnya hal yang wajar mengingat usianya 4 tahun dibawah Vivy.

"Umm panggil Ivy boleh?? " Cicitnya.

"Itu lebih baik:) "

Mereka pun keluar dari mobil dan memasuki restoran yang lumayan ramai itu karena memang sedang jam makan siang.

"Kamu suka sushi? " Vivy bertanya karena Bian terlihat sangat lahap memakan makanan didepannya.

Bian hanya mengangguk sebagai jawaban karena mulutnya penuh dengan makanan.

He is Mine (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang