07

3.5K 181 2
                                    

"Kak Vivy disini? kok malem sih datengnya, kan jadi ga bisa lamaaa" Bian yang baru turun dari lantai dua langsung menuju meja makan yang telah di isi oleh kedua orang tuanya dan juga mendapati Vivy berada disana.

Bian memang tidak tau kalau Vivy akan makan malam di rumahnya.

"Duduk dulu Bian, bunda yang suruh kak Vivy kesini karena mau ngomongin sesuatu sama kalian" Varo menatap Retta menuntut jawaban, ia belum diberi tahu jawaban apa yang diberikan Vivy kepada Retta karena tadi Bian keburu turun duluan.

Retta mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum untuk mengkode suaminya bahwa rencana mereka berhasil.

Yang di kode pun membalas dengan anggukan tak lupa disertai senyuman dibibirnya.

"Mau ngomongin apa bun?? " Tanya Bian penasaran.

"Makan dulu, nanti setelah makan baru bunda kasih tau" Retta mengambil nasi dan meletakkannya di piring Bian agar anaknya itu tak lagi bertanya-tanya, karena jika mereka membicarakannya sekarang bisa-bisa makanannya menjadi dingin dan tidak enak.

.

.

.

Setelah makan malam yang dilalui dengan khidmat karena Varo melarang pembicaraan saat makan, kini mereka berempat telah duduk diruang tengah untuk membicarakan perihal pernikahan Vivy dan Bian.

"Jadi gini, Bian tau kan kalau perusahaan ayah sedang ada masalah? " Retta memulai pembicaraan yang lebih difokuskan ke Bian itu, karena hanya Bian lah yang belum mengetahui masalah pernikahan itu.

Bian mengangguk "Kan Bian udah bilang kalau Bian bisa jaga diri sendiri bun. Bunda sama ayah pergi aja gapapa kok"

"Iyaa bunda tau kalau Bian bisa jaga diri sendiri, tapi bunda tetep khawatir kalau ga ada yang jagain Bian, kan Bian udah terbiasa dengan adanya Bunda di sisi Bian"

"Bian ga mau ikut buuunnnn" Rengeknya karena Retta akan memaksanya untuk ikut ke Korea.

"Iya bunda tau, bunda ga akan nyuruh kamu ikut kok, bunda udah minta Kak Vivy buat jagain Bian" Bian berbinar mendengar ucapan bundanya.

"Berarti Bian bisa ketemu kak Vivy terus dong bun?? " Bian bertanya sambil menatap Retta dengan mata berbinarnya. Sungguh ekspresi itu benar-benar menggemaskan dimata Vivy.

Retta mengangguk "Tapi.. "

"Tapi apa bun? "

"Bian tau kan kalau kalian sudah sama-sama dewasa? dan bunda gak mau kalau sampai terjadi 'sesuatu' yang seharusnya tidak kalian lakukan jika berada di satu rumah tanpa pengawasan ayah dan bunda, Bian ngerti kan?? "

Bian mengerutkan keningnya bingung, sebenarnya ia kurang paham dengan apa yang dimaksud bundanya, sesuatu? yang seharusnya tidak dilakukan?Ya ampun! apakah bundanya tau rahasia mereka di toko es krim?! Sungguh polos pikiran anak ini.

Akhirnya Bian mengangguk agar tak mendapat omelan bundanya tentang es krim itu.

"Ayah sama bunda sudah sepakat untuk menikahkan kalian berdua, Bian mau kan?? " Ucapan Retta sontak membuat Bian membulatkan matanya terkejut.

Karena Vivy membelikannya es krim bundanya mau menikahkan mereka berdua?? apakah jika yang membelikannya es krim adalah tante-tante genit bundanya akan tetap menikahkannya dengan tante-tante itu? Bahkan Bian ngeri memikirkannya.

Tapi tunggu, sepertinya ada yang salah, apa hubungannya es krim dan menikah, benarkan? Dan juga, meskipun setelah menikah mereka juga bisa memakan banyak ea krim, apalagi bundanya tidak akan tau karena sedang berada di Korea.

Apa jangan-jangan... yang dimaksud bunda adalah... Wajah Bian tiba-yiba memerah memikirkannya, bagaimana bisa bundanya membahas hal seperti itu didepan Vivy, Bian kan jadi maluuu.

Kembali ke cerita, Vivy melihat Bian yang terdiam selama beberapa saat, memberanikan diri menanyakan sesuatu yang sedari tadi membuatnya penasaran karena keterdiaman Bian.

"Bian ga mau ya?? " Tanya gadis itu super duper lembut, bahkan ia sendiri tidak menyangka kalau mulutnya ternyata bisa berbicara selembut itu.

Retta dan Varo yang tadinya memusatkan atensinya kepada Bian kini menatap Vivy dengan raut wajah yang tidak bisa diartikan. Apakah benar Bian menolak perjodohan ini?

Bian yang mendengar suara lembut Vivy barulah sadar dari lamunannya yang sampai kemana-mana "Hah? nggak kok" Jawabnya cepat.

Vivy pun tersenyum mendengarnya "Jadi Bian mau nikah sama Vivy? "

"Kakak sendiri, mau nggak nikah sama Bian? " Vivy menatap wajah polos Bian dan tidak tahan untuk menyentuh pipi chubby nya.

"Vivy mau kok, jadi gimana? Bian mau? " Bian mengangguk cepat dengan senyum lebar menghiasi wajahnya. Pipinya semakin memerah karena tangan Vivy tak kunjung lepas dari sana.

Retta dan Varo tak kalah bahagia karena rencana perjodohan yang mereka buat berjalan lancar. Meskipun sedari tadi hanya diam dan menjadi pendengar, tak ayal Varo juga deg-deg an saat menunggu keputusan final dari mereka berdua.

"Kalau kalian udah setuju, kita bisa rencanain tanggal buat pernikahan kalian, tapi kalau bisa minggu ini ya, soalnya bunda sama ayah juga harus cepet-cepet berangkat ke Korea"

"Menurut Vivy gausah deh bun"

"Loh, kenapa Vy?" Tanya Retta mewakili wajah penasaran ketiganya.

"Vivy tau alasan bunda dan ayah menyembunyikan identitas Bian diluar sana, dan Vivy juga setuju dengan hal itu"

Retta dan Varo memang menyembunyikan identitas putra semata wayang mereka dari publik hingga tidak ada yang tau bahwa Bian Faresta adalah pewaris dari RV company.

Bukan tanpa sebab, namun kepribadian Bian yang polos gampang mempercayainya orang lain mambuat Retta dan Varo khawatir ada orang yang berniat jahat kepada Bian jika mengetahui Bian adalah putranya. Mereka juga tidak ingin teman-teman Bian mau berteman dengan Bian hanya karena statusnya.

"Baiklah jika itu mau kamu, sebenarnya ayah juga setuju untuk tidak mengadakan pesta pernikahan kalian dalam waktu dekat ini, setidaknya sampai Bian menyelesaikan study nya" Kali ini Varo yang berpendapat didukung anggukan oleh Retta.

"Bunda dan ayang gak usah khawatir, biar Vivy yang urus semuanya, kalian bisa fokus menangani masalah RV company yang harus segera diselesaikan"

"Terima kasih sayang, sekarang bunda gak khawatir lagi karena kamu dan Bian sudah sepakat untuk menikah, kalau semisal bunda berangkat 2 hari lagi gapapa kan? semakin cepat semakin baik"

"Kok cepet banget bunda?? "

"Sebenarnya kita akan berangkat minggu depan, tapi karena kamu udah disini, lebih baik ayah sama bunda segera kesana. Bian gapapa kan, sayang? "

"Umm, iya deh bun, biar masalahnya ceper selesai dan bunda bisa pulang lagi kesini"

"Kalau Bian gapapa, Vivy juga ga masalah"

"Makasih sayang, sekarang kita istirahat ya, udah malem, besok kalian juga harus mengurus pernikahan kalian ke kantor Urusan agama "

"Iya bun'

He is Mine (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang