29

1.4K 92 2
                                    

Justin duduk di sofa yang berada di ruang tamu, sedangkan Vivy pamit ke dapur untuk membuatkan minuman.

Diam-diam Vivy mengirimkan pesan kepada Bian untuk turun ke bawah, mengatakan bahwa ia menunggu di ruang tamu.

Vivy membawa jus jeruk yang telah ia buat dan meletakkannya di depan Justin, lalu duduk si sofa yang agak jauh dari pria itu.

Tak lama kemudian, Vivy mendengar langkah kaki dari arah kamarnya menuju ke bawah.

Ia menoleh untuk melihat Bian yang tengah berlari ke arahnya, tanpa melihat Justin yang memang duduk membelakangi tangga.

Setelah sampai di bawah, Bian baru menyadari jika ada orang lain selain Vivy di ruang tamu, membuatnya menoleh untuk melihat orang tersebut.

Kedua pria yang sedang bertatapan itu sama-sama terkejut, namun raut wajah yang lebih muda lebih mengarah ke takut dan panik.

Justin langsung berdiri saat melihat Bian juga sedang menatapnya. Ia takut jika bocah itu mengungkapkan apa yang telah ia lakukan, bisa-bisa Vivy yang mulai terbuka padanya malah berbalik membencinya jika mengetahui kebenarannya.

Matanya menatap tajam Bian untuk memperingati bocah itu agar tutup mulut.

Melihat sorot ketakutan Bian sedikit membuatnya tenang karena menganggap jika bocah itu tidak akan mengatakan apapun pada Vivy karena takut padanya.

Namun yang tidak ia ketahui adalah, Vivy memperhatikan setiap perubahan ekspresi yang terjadi pada wajahnya dan juga Bian.

Gadis itu sekarang sangat yakin jika dugaannya memang benar, dan sebelum Justin berencana untuk kabur, ia langsung memerintahkan anah buahnya untuk menangkap pria itu.

Vivy memang sudah mempersiapkan hal ini sejak kemarin, jadi di rumahnya sudah ditempatkan lebih banyak penjaga daripada hari-hari biasa.

"Vy?! Apa maksudnya ini?! " Justin memberontak berusaha melepaskan tangannya yang di kunci di belakang tubuhnya.

Mengabaikan Justin, Vivy memerintahkan anak buahnya membawa pria itu ke penjara bawah tanah miliknya.

Setelah kepergian Justin, Vivy baru menyadari jika suaminya masih terdiam dengan ekspresi yang tidak bisa ditebak.

Bian memang tidak mengetahui rencana Vivy, jadi pria itu pasti sangat kaget sekarang, namun itulah yang Vivy inginkan, agar ia bisa melihat ekspresi Bian saat melihat Justin, untuk mengetahui apakah benar Justin yang menculiknya atau tidak.

Namun baru saja hendak memeluk Bian dan menenangkannya, Vivy dikejutkan tubuh Bian yang terhuyung ke belakang dan tidak sadarkan diri.

Untung saja Vivy segera menangkapnya, jadi pria itu tidak sampai terjatuh ke lantai.

Vivy segera menggendong Bian dan membawanya ke kamar dan meminta Bibi menghubungi dokter pribadinya.

Gadis itu menatap sendu suaminya yang terbaring di ranjang, jika ia tau akan begini, ia akan membicarakan dulu hal ini kepada Bian. Setidaknya pria itu tidak akan terlalu terkejut hingga kehilangan kesadarannya.

Saat dokter tiba, Vivy langsung menyuruhnya untuk segera memeriksa Bian.

"Tuan muda hanya mengalami shock hingga memicu trauma nya, setelah sadar mungkin akan histeris seperti beberapa hari yang lalu, Nona hanya perlu menenangkannya dan membuatnya merasa aman " Dokter menjelaskan panjang lebar.

Yang memantau perkembangan Bian setelah pulang dari rumah sakit adalah dokter pribadi Vivy, jadi wanita itu sudah mengetahui kondisi fisik maupun mental Bian.

"Apakah ada yang lain? " Tanya Vivy, siapa tau ada obat yang harus di minum Bian atau semacamnya.

"Tidak ada, kondisi mental Tuan muda sudah lebih baik, jadi hanya perlu membuatnya selalu merasa tenang dan kesehatannya akan pulih seperti sedia kala, juga jangan sampai membuatnya lelah karena tubuhnya sangat lemah, saya sarankan untuk meminum vitamin dan makan makanan sehat "

He is Mine (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang