10

6.9K 288 2
                                    

Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya tangis Bian mulai mereda, meskipun masih terdengar isakan-isakan kecil dari bibir berwarna pink itu.

"Udah tenang?? " Bian mengangguk.

"Mau jalan-jalan? biar gak sedih lagi"

"Nanti aja, Bian ngantuk habis nangis" Ucap Bian tetap bersandar di bahu Vivy.

Vivy mengusap sisa-sisa air mata di wajah Bian, lalu mengambil tisu untuk membersihkan ingus Bian yang keluar saat ia menangis tadi.

"Yaudah, kita pulang ya? biar Bian bisa istirahat dirumah" Bian memeluk Vivy dan menggelengkan kepalanya.

"Loh? katanya ngantuk? " Bian bergeming namun mengeratkan pelukannya pada tubuh Vivy.

Sepertinya Vivy paham, Bian mengantuk, tapi tidak mau berpindah dari pangkuan Vivy, begitu kan?

"Yaudah Bian tidur aja, Ivy tetep pangku Bian" cup..

Akhirnya Bian yang memang sudah mengantuk langsung tertidur lak lama setelah Vivy mengecup keningnya.

Vivy menidurkan Bian di kursi penumpang lalu beralih ke kursi kemudi dan menjalankan mobilnya meninggalkan area bandara.

Setibanya di mansion, Vivy langsung menuju ke kamar mereka dengan Bian yang berada dalam gendongannya.

Pelan-pelan ia menidurkan Bian di kasur, lalu ikut menyusul untuk mengistirahatkan tubuhnya sebelum mengerjakan pekerjaannya yang baru saja terkirim ke email nya.

Jangan lupa bahwa Vivy masih harus mengurus perusahaannya walau sedang cuti kuliah.

///////

Keesokan harinya, Vivy berangkat ke kampus setelah mengantarkan Bian ke sekolah. Bian juga sekolah di Kalandra, jadi masih satu lingkup dengan kampus Vivy.

Begitu sampai di kelas, Vivy langsung mendapat serangan pertanyaan dari Vella mengenai dirinya yang tidak mengikuti kelas selama 2 hari terakhir.

"Lo habis ngapain sih, mana sok misterius banget lagi gak mau kasih tau gue"

"Apaan sih, kan gue udah bilang tunggu gue masuk dulu baru gue critain" Ucapnya dingin. Vivy memang mengatakan akan menceritakan semua pada Vella saat dirinya sudah kembali ke kampus, padahal Vella sudah sangat penasaran sejak 2 hari yang lalu karena Vivy selalu memberinya alasan jika tidak datang ke kampus.

"Iya, iya... trus gimana? "

"Gue habis melepas gelar jomblo gue" Ucap Vivy disertai smirk nya yang langsung dihadiahi pelototan mata Vella yang hampir lepas dari tempatnya.

"SUMPAH?! Demi apa?! " Teriak gadis mungil itu yang menarik atensi seluruh mahasiswa yang berada di dalam kelas.

"Jangan ngegas napa sih" Vella yang menyadari bahwa dirinya menjadi pusat perhatian langsung meminta maaf kepada teman-temannya yang merasa terganggu oleh teriakannya barusan.

"Kok bisa? Uke mana yang lo santet Vy? sadar Vy, gak baik pake ilmu hitam, lo pasti ke dukun kan makanya ga kekampus kemarin-kemarin ini. Kalo lo mau punya pacar juga gak gini juga Vy" Ucap Vella panjang lebar sok menasehati Vivy. Gadis didepannya hanya memutar bola matanya malas mendengar 'nasehat' sahabat lucknut yang sangat tidak bermutu itu.

"Lo bisa gk sih mikir yang rasional, yang ada mati anak orang kalo gue santet. Dan lagi, mana mungkin gue yang cantik dan seksi ini pergi ke dukun buat dapetin cowok, yang ada cowok-cowok yang pengen dukunin gue" Kini Vella yang merotasikan matanya mendengar ucapan Vivy yang sangat percaya diri meskipun yang diucapkannya memang benar.

"Kok lo jadi narsisis gini sih? apa ini efek lo punya Uke ya? "

"Narsis tolol, bukan narsisis. Lo juga dari tadi uke-uke mulu, lo kira baby gue belok apa" Vivy menonyor kepala Vella pelan.

He is Mine (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang