36

1.5K 86 2
                                    

Merasa Bian telah tertidur, Vivy menjauhkan dirinya perlahan, agar tidak mengganggu tidur Bian.

Dia mengambil handphone nya untuk memeriksa tugas yang ia berikan kepada anak buahnya, namun sebelum melakukan itu, matanya tertuju pada sebuah pesan yang mengatakan jika pelaku yang memberikan obat kepada Bian telah di tangkap, dan orang itu juga yang mengirimkan Video padanya beberapa hari yang lalu.

Vivy beranjak dari kasur dan pergi ke kamar mandi, jalannya agak pincang, karena bagian bawahnya terasa agak nyeri.

Sebenarnya Vivy masih mengantuk, namun ia berencana menyelesaikan masalah ini sebelum Bian terbangun, jadi ia bergegas turun setelah membersihkan dirinya.

Vivy menuju ke salah satu kamar di hotel itu, karena di sana lah anak buahnya menempatkan orang itu.

Setelah sampai di depan kamar yang di maksud, Vivy langsung membuka pintu dan masuk ke dalam.

Betapa terkejutnya dia melihat seorang pria manis sedang terlelap di atas ranjang, ia mendekat untuk melihat lebih jelas, matanya menyiratkan kerinduan saat melihat pria itu.

Vivy duduk di pinggiran kasur tepat di samping anak lelaki itu, ia jadi bertanya-tanya, apa benar pria itu yang mengganggu Bian, namun apa alasannya?

Merasakan ada yang memegang pipinya, pria itu terbangun untuk menemukan Vivy yang tengah menatap lekat wajahnya dengan ekspresi yang tidak bisa di artikan.

Pria itu duduk lalu menghamburkan dirinya untuk memeluk erat Vivy, sedangkan gadis itu hanya diam tanpa membalas ataupun menolak pelukan itu.

Vivy masih bimbang, ia bingung harus bagaimana menyikapi situasi ini, di satu sisi pria ini adalah orang yang berusaha mengganggu hubungannya dengan Bian, namun di sisi lain ia tidak bisa berbohong jika dirinya sangat merindukan pria ini, dan telah menantikan pertemuan ini selama 2 tahun terakhir.

"Al kangen... " Suara lembut pria itu menyapa gendang telinga Vivy, membuat kerinduannya membuncah hingga tanpa sadar membalas pelukan pria itu tak kalah erat.

"Boleh kakak tanya sama Al? " Tanya Vivy lembut, ia memutuskan untuk bertanya baik-baik pada pria itu, namun jika jawabannya tidak memuaskan, mau tak mau ia akan mengirimnya ke luar negeri dan menjauhkannya dari Bian.

"Hum " Pria itu mengangguk, dan Vivy merasakannya karena mereka masih berpelukan.

"Kenapa Al ngelakuin itu kemarin? Dan kemana aja Al selama ini? "

"Al boleh pangku? " Cicit pria itu gugup, takut Vivy menolaknya.

Namun Vivy mengangguk, ia membawa pria itu ke pangkuannya, disusul kepala pria itu yang bersandar di bahunya, persis seperti yang sering mereka lakukan dulu.

Pria itu menceritakan semua yang dia alami mulai 2 tahun yang lalu, juga alasan tentang alasannya melakukan perbuatannya kemarin.

Di sisi lain, di waktu yang sama dengan tempat berbeda, Bian baru membuka matanya dan tidak menemukan Vivy di sampingnya.

Bian mendudukkan dirinya, ia senyum-senyum sendiri melihat noda darah di kasur putih itu, berarti kemarin bukan hanya pertama kali untuk dirinya, namun juga untuk Vivy.

Bian ke kamar mandi untuk membersihkan diri, lalu berniat mencari keberadaan Vivy.

Saat keluar dari kamar, ia menemukan seorang pegawai hotel yang tengah berdiri di samping pintu.

"Nona Vivy menyuruh saya membersihkan kamar jika anda sudah bangun " Ucap pegawai hotel sebelum Bian sempat bertanya.

Bian mengangguk sebagai respon, lalu menanyakan dimana keberadaan Vivy saat ini.

He is Mine (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang