21

1.8K 99 0
                                    

Hari ini Bian di jemput oleh sopir Vivy, karena gadis itu sedang berada di luar kota untuk melakukan pertemuan penting dan akan kembali sore nanti.

Sopir Vivy yang juga pernah menjemputnya beberapa hari yang lalu ini bernama pak Anton. Pria baruh baya itu tidak lagi menggunakan mobil Audi seperti waktu itu, karena Bian tidak perlu berpura-pura lagi.

Beberapa menit di dalam mobil, Pak Anton merasa bahwa mobil hitam dibelakang mereka mengikuti mobil yang ia kendarai sedari keluar dari area sekolah.

Merasa aneh dengan sikap Pak Anton, Bian menanyakan apa yang sedang terjadi.

"Sepertinya mobil hitam di belakang mengikuti kita, tuan " Bian terkejut dan langsung melihat ke belakang, benar saja, ada sebuah mobil sedan berwarna hitam dibelakang mobilnya.

"Lalu sekarang bagaimana pak? " Tanya Bian cemas.

"Saya akan menghubungi anak buah nona dan meminta bantuan" Belum sempat pak Anton mengambil ponselnya, mobil yang sedari tadi mengikuti mereka kini menghadang mobilnya dari depan.

Pak Anton refleks menginjak rem hingga mobilnya berhenti. Kini ia diserang rasa panik melihat beberapa orang berbaju hitam keluar dari mobil itu dan menghampiri mobilnya.

Disebelahnya Bian tak kalah panik hingga matanya mulai berkaca-kaca. Bayangan-bayangan tentang penculikan yang pernah di alaminya kini berputar di otaknya bagai kaset rusak.

"Saya akan keluar, Tuan segera meminta bantuan kepada Nona Vivy! " Pak Anton keluar dari mobil setelah mengucapkan hal itu. Namun Bian tetap bergeming di tempatnya, ia tidak bisa menggerakkan tubuhnya untuk sekedar menghibungi Vivy.

Perkelahian tidak dapat dihindari oleh Pak Anton dan orang-orang berbaju hitam yang berjumlah 5 orang.

Meskipun pak Anton bisa ilmu bela diri, namun ia kalah jumlah. Pak Anton tidak sadarkan diri setelah 10 menit melakukan perlawanan.

Orang-orang berbaju hitam itu menghampiri mobil yang ditumpangi Bian dan membuka pintu secara kasar.

Salah satu orang itu menarik Bian paksa tanpa menghiraukan teriakan Bian yang memohon untuk dilepaskan.

Mereka sengaja memilih jalan yang sepi dan tidak terdapat CCTV agar kejahatan mereka tidak dapat dilacak.

Bian didorong kasar agar memasuki mobil mereka, lalu menjalankan mobil ke tempat yang telah diperintahkan.

///////

Vivy baru saja keluar dari ruang pertemuannya dengan klien penting Alzella. Begitu memasuki mobil, Vivy mendapatkan telepon dari salah satu anak buahnya.

"Ada apa? " Tanyanya begitu telepon terhubung.

"Ma-maaf nona.. "

"Cepat katakan! " Vivy tidak suka orang yang berbelit-belit, apalagi mendengar nada gugup darin seberang membuatnya mendapat firasat buruk.

"Tuan muda diculik" Cicit pria di seberang telepon takut, Vivy pasti akan memarahinya karena tidak becus bekerja.

"Bodoh! Bagaimana bisa Bian diculik?! cepat cari dia! aku akan segera ke sana" Benar saja, Vivy akana langsung murka mendengar kabar penculikan Bian.

Gadis itu langsung mematikan telepon dan mulai melajukan mobilnya.

Vivy meminta anak buahnya menjemputnya menggunakan jet pribadi agar lebih cepat sampai. Ia tidak ingin menunda pencarian Bian meski hanya beberapa menit.

Tiga puluh menit kemudian, Vivy sudah mendarat di Jakarta, ia langsung menuju rumah bertingkat dua yang ia jadikan markas untuk anak buahnya.

Vivy memang memiliki banyak anak buah yang mungkin ia butuhkan dalam kondisi tertentu. Dirumahnya hanya ada sekitar 3 orang yang ia perintahkan berjaga di sana, selebihnya berada di rumah ini agar Vivy bisa memanggilnya kapanpun saat ia butuhkan.

He is Mine (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang