CHAPTER 67

1.1K 128 15
                                    

***

Satu bulan berlalu.

Kini gita sedang berada dikamarnya, ia tengah sibuk dengan laptopnya. Gita sedang mengecek setiap email yang masuk, terlihat gita begitu fokus pada apa yang ada dihadapanya.

Disaat gita sudah selesai membaca email yang masuk, gita pun teringat pada sesuatu. Ia pun beranjak dari tempat duduknya kemudian berjalan menuju ke lemari dan mencari sebuah kotak yang dulu ia simpat disana.

Setelah gita menemukan kotak yang ia cari, ia pun segera membuka kotak tersebut dan mengambil sebuah kunci laci yang ia simpan disana.

Setelah laci itu terbuka, terlihat benda benda rahasia yang dulu ia simpan disana termasuk sebuah flashdisk yang entah apa isinya.

Gita mengambil flashdisk tersebut kemudian ia pasang pada laptopnya. Setelah flashdisk itu terpasang, terlihat beberapa file dan berkas yang muncul pada layar laptopnya.

Gita pun membuka sebuah file yang ternyata berisikan banya foto tentang gita dan seseorang disana.

Semakin gita melihat foto foto tersebut, bayangan tentang masa lalunya semakin teringat dengan jelas. Gita menatap layar laptopnya dengan pandangan yang sedikit buram karna air matanya terlihat menggenang dikedua bola matanya.

"Sudah 2 tahun berlalu ternyata.." gumam gita pelan.

Gita memejamkan matanya mencoba menahan air matanya agar tak menetes namun semua itu percuma. Air matanya menetes begitu saja saat ia mengingat bagaimana cara tuhan mengambil sesuatu yang berharga baginya.

Banyak hal berharga yang tuhan ambil darinya, ia hanya mencoba menerima semua itu dengan ikhlas. Meski mengikhlaskan semua itu sangat sulit baginya.

Entah sudah berapa kali gita kehilangan apa yang ia sayangi namun gita selalu terlihat baik baik saja. Bahkan jika orang lain melihat gita, mereka pasti akan mengira jika gita selalu bahagia dan menikmati kehidupanya.

Nyatanya gita sudah berunglang kali ingin menyerah atas kehidupanya, ia selalu memendam itu semua sendirian. Bahkan bisa dibilang hanya raganya saja yang masih ada tapi tidak dengan hati dan jiwanya.

Hatinya sudah lama hancur, jiwanya sudal lama pergi bersama orang orang yang selalu meninggalkanya dan mentalnya sudah rusak bahkan sejak ia belum mengerti apapun tentang dunia.

Saat ini gita hanya mengisi raganya saja tanpa mengharapkan kebahagiaan datang menghampirinya. Gita sudah tak percaya akan adanya kebahagiaan, justru sekarang ia hanya mengharapkan kehancuran.

Inilah kebahagiaan versi gita, menghancurkan dirinya sendiri demi melihat orang lain bahagia. Semakin gita menghancurkan dirinya sendiri, maka semakin dekat pula ia dengan kebahagiaan.

Fikiran gita melayang pada kisah perjalanan hidupnya mulai dari masa lalu hingga saat ini. Gita merasa jika ia hanya hidup bersama kenangan bukan kenyataan.

Hanya melalui kenangan itu gita bisa merasakan jika ia hidup dengan seseorang yang ia sayang.

Kenangan demi kenangat terlintas dikepala gita, entah itu kenangan pahit, manis, bahagia, ataupun sedih. Semuanya menjadi satu disana.

Karna berisiknya isi dalam kepalanya, gita sudah tak mempu menahan semuanya.

Malam itu gita melepaskan penderitaanya lewat air mata, darah yang menetes dari tanganya, kamar yang berantakan, minum alkohol dan sebungkus rokok yang menenangkanya.

***

Pagi pun tiba.

Saat ini shani sedang berada didapur, seperti dulu setiap pagi shani akan memasak kemudian ia akan membangunkan adik adiknya.

Kalian Rumahku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang