***
Saat ini gita baru sampai dirumah setelah ia tadi selesai bertemu dengan gracio. Sesampainya di rumah, gita langsung masuk dan bergegas menuju kekamarnya. Saat sampai dikamar gita sedikit terkejut karna tiba tiba marsha ada dikamarnya dan sedang tidur disofa.
Sepertinya marsha menunggu gita pulang sampai ketiduran. Gita pun menghampiri marsha dan langsung menggendong nya kekasur miliknya. Dengan sangat perlahan gita menurunkan marsha aga adiknya itu tidak terusik dari tidurnya.
"Maafin kakak ya cha.."
"pasti selama kakak pergi kamu jadi kesepian.."
"Aku tau banyak hal berat yang kamu lalui selama kakak gk ada disini.. tapi kamu hebat bisa lalui itu semua sendirian.."
"Aku gk tau apa kamu selalu menangis setiap malam seperti aku.. tapi semoga kamu gk akan merasakan rasa sakit seperti yang aku alami."
"Cukup aku yang menerima semua luka ini.. dan kamu harus bahagia."
"Entah itu aku atau orang lain yang menjadi alasan kau bahagia, tapi semoga kamu akan selalu bahagia.. aku sangat menyayangimu."
Tak terasa air mata gita mengalir begitu saja, hingga tanpa sadar air mata itu jatuh mengenai pipi marsha. Gita segera mengusap air matanya yang jatuh mengenai pipi adiknya itu.
Setelah gita mengusap lembut pipi dan pucuk kepala marsha, gita pun pergi menuju kamar mandi untuk mencuci wajah dan mengganti pakaianya. Setelah selesai gita kembali lagi kekasur dan merebahkan badanya disana sambil memeluk marsha.
"Good night dek.. mimpi indah."
Cup..
Gita pun mengecup sekilas pucuk kepala marsha kemudian ia segera menyusul marsha kealam mimpi. Gita tidur sambil memeluk marsha.
***
Kini gracio sedang berada dikamarnya, malam ini gracio tak bisa tidur karna ia terus kepikiran tentang perkataan gita saat ditaman tadi.
Perasaan gracio saat ini benar benar campur aduk, ia benar benar dibuat bingung dengan pilihan yang gita berikan. Saat ini ia hanya bisa memikirkan matang matang tentang keputusan apa yang akan ia ambil.
Tegukan demi tegukan minuman beralkohol disertai rokok yang ada ditangan gracio adalah hal yang menemaninya malam ini.
Huftt..
"Apa gue benar benar harus melepaskan shani?" Batin gracio bertanya.
"Apa gue harus ngorbanin anak gue demi keselamatan aldo?" Lanjutnya.
Semakin gracio memikirkan hal itu semakin rumit pula isi fikiranya hingga membuat Gracio semakin gencar pula meneguk minuman memabukan itu.
Tiba tiba ingatan tentang kebersamaan gracio dengan shani terlintas begitu saja difikiranya. Kenangan saat mereka masih pdkt, saat mereka menghabiskan waktu berdua dikala ada waktu luang, bahkan saat gracio menyatakan cintanya.
Semua itu terasa begitu indah baginya, setelah sekian lama akhirnya gracio bisa merasakan lagi arti kasih sayang. Gracio sangat menyayangi shani karna shani bisa membuat gracio merasa bahwa ia masih disayangi.
Dan sekarang ia harus dipaksa merelakan apa yang membuatnya merasakan kebahagiaan yang sudah lama hilang dari hidupnya. Gracio dipaksa harus merelakan shani yang saat ini menjadi sumber kebahagiaanya.
Tanpa aba aba setetes air matanya jatuh saat ia mengingat moment itu.
"Setelah sekian lama akhirnya gue bisa merasakan kebahagiaan lagi.. tapi.." gumam gracio pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalian Rumahku?
Acak"Bahkan kalian gk tau apa apa tentang gue.. jadi bagaimana mungkin kalian bilang kalo gue berubah dan bukan gita yang kalian kenal?" - Gita. "Karna sejak awal kalian memang nggk pernah tau apa pun tentang gue." - Gita.