CHAPTER 71

461 107 26
                                    

***

Kediaman keluarga natio, malam hari pukul 22:30 wib.

Malam ini hujan turun dengan sangat deras mambasahi ibu kota itu. Suara petir yang menggelegar menambah kesan menyeramkan. Dinginya udara yang berpadu dengan derasnya hujan dan ditambah dengan suara petir yang saling bersautan, semua itu tak dapat menghentikan dua orang yang kini tengah berdiri berhadap hadapan.

Dibawah guyuran air hujan, kedua orang itu berdiri saling berhadapan dengan pistol yang mengarah pada satu sama lain.

Brak...

Suara pintu rumah yang didobrak dari dalam terdengar sangat keras, dan setelahnya terlihat shani, jinan dan marsha yang keluar dari dalam sana.

Begitu orang orang itu berhasil keluar dari dalam rumah, mereka langsung terkejut karna disuguhkan pemandangan yang cukup mencekam.

Kedua orang itu tak menghiraukan keberadaan shani, jinan dan marsha yang kini berkumpul di teras depan rumah dan menatap mereka dengan pandangan bingung dan penuh kekhawatiran.

"Hentikan!! Apa maksudnya semua ini!?" Ucapan tegas dari shani tak mampu membuat kedua orang itu menghentikan niat mereka.

Kedua orang itu masih berdiri berhadapan dengan pisisi yang masih sama yaitu pistol yang saling mengarah pada satu sama lain dan siap merenggut nyawa mekera kapan saja.

"Sudah waktunya buat lo tepatin janji itu cio." Ucap gadis yang tengah mengarahkan pistolnya itu pada seseorang yang ada didepanya itu.

"Apa yang lo rencanain sebenarnya!?" Tanya gracio dengan nada tegas.

"Gue gk rencanain apapun, dan pilihan lo sekarang hanya membunuh atau dibunuh!" Ujar gadis itu dengan nada tenang dan wajah datarnya.

"Kalau begitu, kasih gue alasan kenapa gue harus bunuh lo git." Ucap gracio dengan nada dinginya.

Gita tak langsung menjawab apa yang diinginkan gracio barusan, ia nampak menatap kearah shani dan saudaranya yang lain.

Tak lama pistol yang gita arahkan pada gracio tadi, kini pistol itu mengarah pada shani. Dan hal itu tentu membuat semua orang yang ada disana terkejut dan semakin khawatir.

"Gita!! Lo apa apaan sih!?" Bentak jinan.

"Kak gita! Jangan bercanda, ini gk lucu.. tau gk!!" Bentak marsha yang terlihat sudah sangat kecewa dengan sikap gita.

Gracio yang melihat gita mengarahkan pistolnya pada shani, ia pun dibuat panik.

"Apa gue masih perlu kasih tau alasan lo buat bunuh gue?" Ucap gita santai sembil menatap pada gracio.

Seketika gracio terdiam, ia tak tau lagi harus berbuat apa sekarang. Gracio merasa serba salah karna situasi yang ia hadapi sekarang.

"Kenapa lo mau bunuh kakak lo sendiri!?" Bentak gracio disertai rasa emosi dan kebingungan.

Gita yang mendengar itu hanya tersenyum miring kemudian menatap kearah perut shani yang kini mulai membesar.

"Siapa yang bilang gue akan bunuh shani? Yang akan gue bunuh adalah anaknya." Jelas gita dengan nada dinginya.

Seketika semua orang yang ada disana langsung terkejut mendengar ucapan gita barusan.

Mendengar ucapan gita barusan, marsha pun langsung berdiri didepan shani hingga pistol yang diarahkan pada shani tadi, kini berganti mengarah pada marsha.

Kalian Rumahku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang