Poor Young Hoon

65 11 1
                                    

Sebuah ruangan, Letnan Lee menatap dua gadis di depannya. Yoo Jung tertunduk diam.

"Untuk apa kalian meminta ponsel ?" Letnan Lee menatap.

"Kami ingin tahu apa orang tuaku— Ani... Orang tua teman-temanku ada di Penampungan..." Ae Seol menatap.

Letnan Lee menatap Ae Seol, dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Tolong biarkan teman-temanku menelepon orang tua mereka. Hanya sekadar untuk memastikan..." Ae Seol menatap.

"Peraturan tetap peraturan..." Letnan Lee menatap.

Yoo Jung terkejut melihat Ae Seol tiba-tiba berlutut di depan Letnan Lee, "Kumohon... Samchon..."

Letnan Lee juga terkejut dengan tindakan Ae Seol.

"Pemerintah meminta kami menjadi Pasukan Cadangan. Dan hari ini kami mengetahui bahwa kami harus melawan Alien Bola Ungu... Sepanjang aku berlari tadi aku melihat banyak mayat dimana-mana... Aku ketakutan jika salah satu mayat itu adalah temanku..."

Letnan Lee terdiam. Yoo Jung menutup mulutnya.

"Orang tua mereka pasti tidak akan pernah tahu jika anak-anak mereka akan menghadapi bahaya yang bisa merenggut nyawa mereka... Bagaimana jika... Para orang tua menunggu di Penampungan dan menantikan kepulangan anak-anak mereka tapi... Anak-anak mereka justru tinggal nama..."

Mata Letnan Lee terlihat berkaca-kaca. Yoo Jung menangis.

"Kumohon, Samchon..." Ae Seol memegang tangannya.

•••

Di kelas, Chi Yeol dan teman-temannya menunggu dengan cemas. Pemuda berkacamata itu tidak menduga bahwa alurnya berubah. Seharusnya Il Ha mengamuk dan ngotot ingin pulang tapi pemuda beralis tebal itu memilih tetap di sekolah.

Mereka juga tidak mengambil suara untuk menentukan siapa yang pulang dan tinggal.

Pintu kelas terbuka, mereka melihat Ae Seol yang membukanya, Yoo Jung masuk dengan membawa kotak berisi ponsel milik anak-anak kelas 3-2 yang sebelumnya dikumpulkan.

Ae Seol menatap teman-temannya satu per satu. Bo Ra melihat penampilan Ae Seol dan ia menduga bahwa gadis itu menangis.

"Ae Seol-ah..." Yoo Jung menyentuh bahunya.

Ae Seol menatap teman-temannya. "Hanya sekali saja kalian diperbolehkan untuk menelepon orang tua kalian, tanyakan keadaan mereka dan dimana mereka berada. Setelah selesai tolong kumpulkan lagi ponsel kalian..."

Mereka semua maju ke depan untuk mengambil ponsel masing-masing. Ae Seol mengambil ponselnya. Ia lalu berjalan menuju tempat duduknya.

Ae Seol menghubungi Bibinya. Ia mendekatkan ponsel di telinganya, menunggu panggilan itu tersambung.

"Eomma..." Ae Seol berkata setelah mendengar suara balasan dari seberang sana.

"Ae Seol-ah... Bagaimana bisa kamu menghubungi Eomma ?"

"Samchon memperbolehkan kami menelepon. Eomma... Apa kalian baik-baik saja ?"

"Ya... Kami baik-baik saja..."

"Apa Penampungan itu aman ?"

"Ya. Sebagian besar orang tua para murid ada di sini..."

"Benarkah... Aku ingin berbicara dengan Halmeoni..."

"Ae Seol-ah...."

"Halmeoni..."

"Seol-ah, kenapa suaramu serak ? Apa kamu sakit ? Apa pelatihan itu membuatmu tersiksa ?"

Duty After School : Save Friends [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang