65. Lembar Baru - END

21 1 0
                                    

Kertasku sudah penuh dengan tinta hitam hingga berlubang
Sudah cukup
sampai sini
Aku harus membuka lembar kertas baru, dan
Meninggalkan masa lalu kelam selamanya

🌹🌹🌹

Jangan lupa follow Mamauzda dan vote+komenya ya guys.

🌹🌹🌹

Happy Reading

🌹🌹🌹

Kalea membeku. Rasanya lidahnya ini mau berkata jujur, tetapi jika itu terjadi, apa arti dari segala usahanya selama tiga tahun ini? Lantas, jika dia jujur, apa yang akan dilakukan oleh pria di hadapannya ini?

Ya, dia baru saja menyatakan cinta pada gadis bernama Rapunzel, tetapi bukankah gadis itu telah lenyap sejak tiga tahun lalu? Ya, Kalea yang membuatnya seperti itu. Dia tidak mau mengingat sosok dirinya sebagai Rapunzel Ferrara—putri seorang pembunuh, yakni Fernando Ferrara. Terlebih, ayahnya dulu adalah pembunuh kedua orang tua Satria.

"Aku adalah Kalea. Bukankah kamu sudab lihat KTP-ku?" ucap Kalea dingin.

"Tidak. Kamu bukan Kalea! Aku tidak pernah mengenal orang bernama Kalea! Katakan yang sejujurnya sebelum aku yang menebak!" ancam Satria.

"Lalu jika kamu menebaknya, apa yang akan terjadi, Satria?" tekan Kalea seraya menatap Satria dengan bola mata bergetar.

Sebuah bulir bening kembali terjatuh dari sudut mata wanita itu.
"Tidak akan ada yang berubah ...." Suara Kalea bergetar.

"Kedua orang tuamu telah mati, mereka dibunuh oleh ayahku dan ayahku juga sudah tiada karena bunuh diri. Dan KAMU!" Kalea sudah tidak tahan lagi.

"Kamu juga hampir mati ... itu semua karena Rapunzel! Karena gadis itu! Karena dia kabur dari Mansionnya  karena dia mencintaimu .... karena Rapunzel Ferrara ...."

Satria langsung menarik tubuh wanita yang sejak tadi menyebut dirinya Kalea itu ke dalam dekapannya.

"Karena Rapunzel, aku hampir kehilangan kamu .... seharusnya aku tidak usah jatuh cinta, seharusnya aku tidak bertemu denganmu ...."

Satria hanya diam saja sambil mendekap tubuh Kalea dan mengelus punggungnya.

"Ini semua bukan salahmu, Rapunzel ...." bisik Satria masih memanggil wanita itu dengan nama lamanya. 

Kalea langsung melepaskan diri dari pelukan Satria.
"Apa kamu tidak marah padaku? Kamu tidak jijik padaku? Kamu tidak ingin balas dendam padaku?" cecar Kalea putus asa. Ah, sampai akhirnya dia mengemukakan identitas aslinya tanpa sadar.

Satria menggeleng.
"Sejak awal, keputusanku untuk menampungmu. Meskipun kamu agak memaksa. Dan ...." Satria melipat bibirnya.

"Dan apa?" tanya Kalea.

Satria merogoh saku jasnya dan mengambil dompetnya. Di dalam dompet tersebut ada sebuah kantong kecil dengan resleting. Dia kemudian mengeluarkan sebuah cincin perak sederhana.

"Ini ... hari itu. Hari di saat kamu menyatakan perasaanmu padaku. Hari di saat kita bertengkar. Hari di saat—"

"Di saat kamu menghilang," potong Kalea.

Satria tersenyum tipis.
"Ya. Hari itu. Hari itu aku ingin melamarmu," ungkap Satria. Sontak kedua mata Kalea membelalak.

"Me-melamar?" Jantung wanita itu berdebar-debar. Ia tidak pernah tahu akan hal ini.

Bawa Aku Bersamamu (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang