Siang itu, suara gending pengiring penganting melantun syahdu dan merdu. Begitu indah dan megah, semegah pasangan pengantin yang duduk di atas pelaminan. Lintang tampak gagah, bertelanjang dada dengan bawahan batik, di dadanya melintang selempang selendang berwarna putih. Di kepalanya bertengger mahkota kecil berhias kembang melati, sosoknya tak ubah seperti seorang pangeran. Adapun Puspitaloka, dia juga semakin jelita dengan rambut dihiasi rangkaian melati.
Lintang yang lagi asyik bercengkerama dengan sang istri sambil memandang para tamu undangan mendadak bergetar. Dari gerbang padepokan yang dihiasi oleh rangkaian janur tampak masuk berbarengan Ki Cipta Reksa, Nyai Jinggan, Anggun, dan.....
Lintang ingin menyebut nama lelaki berpakaian merah itu, namun entah mengapa lidahnya mendadak kelu.
"Indradhanu," sebut Lintang dalam hati dengan lirih.Matanya menatap kedatangan lelaki itu dengan dada bergemuruh, semakin dekat lelaki itu menghampirinya, maka semakin keras detak jantung hatinya.
Dhanu dan keluarganya benar-benar mendekati pelaminan, agaknya ingin memberi restu dan ucapan selamat."Selamat ya, Nak Lintang!" Ucap Ki Reksa.
"Terima kasih, paman," jawab Lintang gugup, matanya melirik pada Dhanu yang ada paling belakang. Lelaki yang dilihati juga memandang hampa padanya.
Selanjutnya giliran Nyai Jinggan dan Anggun yang menyalami pasangan mempelai.
"Selamat ya, semoga menjadi keluarga yang bahagia," tutur Anggun.
"Pastinya," sahut Puspita dengan senyum sumringah.
Tibalah kini giliran Dhanu, lelaki bermata bagus itu telah tegak berhadapan dengan Lintang. Untuk sesaat, keduanya tampak mematung.
Lintang merasa bersalah, entah mengapa dengan melihat Dhanu dia bisa merasa sedikit tenang, darahnya yang selalu menggelegak karena birahi yang dipicu Air Iblis Sorga Neraka bisa menjadi sejuk. Pesona dan aura yang dimiliki Dhanu benar-benar bisa menekan pengaruh ilmu hitam Dewi Ular itu.
Dhanu paksakan tersenyum, walau nyatanya pahit sekali. "Dewa Agung, kuatkan hatiku! Untuk kali ini saja, beri aku kemampuan untuk menatap matanya." Doa Dhanu di dalam hati.
"Se...selamat ya, semoga hidupmu selalu bahagia! Menjadi nahkoda biduk rumah tangga yang baik, lekas dikaruniai anak-anak yang lucu dan sehat. Pokoknya, aku ingin kau menjadi laki-laki paling bahagia di atas bumi ini," Ucap Dhanu dengan agak gugup, bisakah dia ikhlas sedang dalam hatinya dipenuhi oleh rasa kecewa.
Lintang terpana, dia benar-benar tak menyangka ucapan Dhanu barusan bisa begitu indah. Bukankah dia telah mengecewakannya? Seharusnya Dhanu mencaci maki, melampiaskan seluruh amarah karena telah diberi harapan palsu. Dicintai namun tidak untuk dimiliki. Tak terasa air mata Lintang luruh. Dia lekas menarik Dhanu ke dalam pelukan. Seerat mungkin dia memeluk Dhanu. Isak tangisnya telah menggelegar.
"Maafkan aku, Dhanu! Maaf, ada yang salah dengan diriku. Aku juga tak tahu mengapa aku bisa sejahat ini." Bisik Lintang di telinga Dhanu.
Melihat Lintang yang tiba-tiba memeluk Dhanu sambil menangis, tentu saja perhatian semua orang jadi tertuju padanya. Semua orang menebak-nebak apa sebenarnya yang telah terjadi.
Puspita merasa tidak enak karena mereka menjadi pusat perhatian, "Kakang, lepas! Sudahi pelukanmu!" Tegur Puspita.
"Diam, kau Puspita! Aku masih ingin memeluk Dhanu. Dia kekasihku!" Gelegar Lintang, dia berontak dari pengaruh jahat yang menguasai pikirannya. Dia ingin memperjuangkan Dhanu sekarang juga.
Dibentak oleh pengakuan jujur Lintang itu, karuan saja Puspita marah. Dia murka sekaligus sakit hati, bisa-bisanya sang suami membuat pengakuan yang mempermalukannya di hari berbahagia ini. Puspita dengan gelap mata mencabut keris hias pengantin di pinggang belakang Lintang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAWAR DARAH & HALILINTAR BIRU
Fantasy"Hridaya pravahita anugraha" Cinta adalah anugerah yang mengalir dari hati. Lintang Arganata seorang murid cekatan dari padepokan Linggabuana mendapatkan tugas memberikan undangan adu tanding Kanuragan ke Padepokan Kembang Dewa. Di sana Lintang Arg...